"Karena saya sudah berjanji akan mengabulkan permintaan Nona, saya akan melakukannya. Tapi Kaisar ini penasaran, kenapa Nona meminta pembebasan perjodohan Putri Huang yang tidak ada hubungannya dengan Nona?
Raja Wei menatap gadis itu dengan wajah menyelidik. Dia ingat pernah melihatnya masuk ke kediaman Huang.
"Apa hubungan gadis ini dengan keluarga Huang?" batin Raja Wei.
"Hamba hanya ingin, sahabat hamba menikah dengan orang yang dia cintai. Mohon Kaisar mengabulkannya!" jawab Se Se yang mengarang seolah Putri Huang adalah sahabatnya.
"Saya akan memberinya hak penuh untuk menentukan pasangannya tanpa terikat oleh peraturan negara." janji Kaisar pada sang gadis.
"Terima Kasih, Yang Mulia Kaisar." ucap Se Se sambil memberi hormat pada Kaisar
Kemudian dia membalikkan tubuhnya ke arah Putra Mahkota.
"Yang Mulia Putra Mahkota masih harus banyak latihan berjalan agar langkah kakinya lebih kuat. Rajinlah berlatih, Yang Mulia." saran sang gadis sebelum meninggalkan istana.
Di luar istana Raja Wei telah menunggunya di gerbang masuk. Se Se menghela nafas panjang saat melihat Raja Wei disana. "Hufff...!"
"Pria ini, pasti akan mencari masalah lagi." pikirnya.
"Ada yang ingin saya bicarakan dengan anda Nona, tolong ikut dengan saya!" perintah Raja Wei.
Raja Wei membawa gadis itu ke kediaman nya. Dia mengajak sang gadis ke Paviliun Utama. Semua pelayan terkejut melihat tuannya membawa pulang seorang gadis.
Ini pertama kali Tuan mereka membawa wanita. Bahkan mantan-mantan istri Tuannya yang telah meninggal belum pernah menginjakkan kaki mereka di Paviliun Utama.
Pelayan di sana saling melirik dan tersenyum. Mereka merasa senang tuannya sudah mulai mendekati wanita. Mereka harap Tuannya akan segera menikah dan memiliki penerus keluarga.
Mereka duduk berhadapan di sebuah meja bundar. Se Se memperhatikan ruangan itu, banyak buku-buku di lemari penyimpanan buku dan matanya berhenti di sebuah lukisan yang tergantung di sebuah dinding.
Raja Wei tersadar bahwa lukisan itu adalah lukisan wajah tamunya saat ini. Dia segera menjelaskan tanpa di tanya. "Ehemm... Ehemm! Lukisan itu di berikan Xuan untuk mencari Nona."
Sang gadis hanya mendengarkan tanpa berkata apapun.
"Gadis ini benar-benar sulit di dekati." batin Raja Wei.
"Yu, minta pelayan menyiapkan makan malam dan antar kemari." perintah pria bertopeng itu pada pengawalnya.
Tidak lama kemudian pelayan membawa banyak makanan. Ayam bakar, ikan asam manis, daging tumis kecap manis dan beberapa jenis sayuran.
"Makanlah!" ucap Raja Wei sambil menatap sang gadis.
"Terima Kasih, tapi saya tidak lapar Yang Mulia."
Alis mata Raja Wei mengerut. Wajahnya terlihat tidak suka dengan jawaban sang gadis. Dia mengingat gadis ini sangat lahap saat makan dengannya beberapa waktu lalu. Kenapa sekarang gadis ini tidak menyentuh makanannya?
Melihat perubahan wajah Raja Wei, sang gadis ingin cepat pergi dari hadapannya. Dia berdiri dari kursinya, "Yang Mulia, saya permisi pulang. Silahkan nikmati makan malam anda."
Gadis itu menunduk hormat kemudian berjalan keluar, namun baru beberapa langkah saja sudah terdengar suara dari Raja Wei.
"Berhenti! Saya belum mengizinkanmu pergi!"
Raja Wei berdiri dan berjalan ke arah Se Se. Dia menarik tangannya dan melangkah kembali ke meja.
"Kamu tidak boleh pergi jika belum menghabiskan makanan ini!" ucapnya pada Se Se.
"Huffff...!"
Gadis itu menghela napas panjang menahan amarahnya.
Karena tidak ingin mencari masalah, dia akhirnya duduk kembali di kursi, mengambil sepasang sumpit di meja dan kemudian mulai makan.
"Sepertinya rakyat di negara ini, belum tau bahwa Raja Wei yang mereka hormati adalah seorang pria aneh yang suka memaksakan kehendaknya." gumam gadis itu sambil memasukkan sesuap nasi di mulut mungilnya tanpa menatap Raja Wei.
Raja Wei tersenyum kecil, menatapnya yang sedang mengunyah makanan dengan terburu-buru. Dia tidak merasa marah dengan sindiran yang di gumamkan gadis di depannya.
Beberapa menit kemudian...
"Permisi, Yang Mulia! Saya sudah menghabiskan semua makanan ini. Apakah saya boleh pergi sekarang?" tanya sang gadis dengan wajah dinginnya.
"Yu, siapkan kereta kuda. Antarkan Nona Florence pulang." perintah Raja Wei.
"Tidak perlu, saya akan pulang sendiri, Yang Mulia." ucap sang gadis kemudian berdiri, menunduk hormat dan berjalan keluar.
"Ikuti dia!" perintah Raja Wei pada Yu.
"Baik, Yang Mulia." jawab Yu.
Yu mengikuti gadis itu dari belakang. Dia melihatnya masuk ke kediaman Huang dan menunggunya di sana, namun hingga tengah malam gadis itu belum keluar. Yu menyerah dan kembali melaporkan hasil pengamatannya.
"Yang Mulia, Nona Florence masuk ke kediaman Huang dan tidak keluar lagi hingga saya kembali." ucap Yu.
Raja Wei menaikkan alis dan memegang pelipisnya. "Apakah gadis itu tinggal di kediaman Huang?" tanyanya dalam hati.
HARI BERIKUTNYA
"Tok! Tok! Tok...!"
"Masuklah"
"Nona, ada kasim yang datang membawa titah kaisar. Nona dipanggil ke aula utama." Ucap seorang pelayan kepada Se Se.
"Aku sudah tau, pergilah lebih dulu, aku akan ke sana setelah mengganti pakaian."
"Baik, Nona." jawab pelayan itu.
Gadis itu segera mengganti pakaian dan menuju aula utama. Nyonya Xin, Huang Minwan dan Huang Lin Wan sudah menunggu di sana.
Kasim berdiri di depan Huang Se Se dan membacakan perintah kaisar.
"Huang Se Se yang telah diberi gelar sebagai Putri Huang akan dibebaskan dari segala ikatan perjodohan. Putri Huang diberi kekuasaan penuh untuk menentukan pasangannya. Keputusan ini bersifat mutlak dan berlaku hingga akhir hidupnya!"
"Saya mengucapkan Terima Kasih kepada Yang Mulia Kaisar." ucap sang putri tersenyum bahagia sambil menundukkan kepalanya.
Kasim berjalan pergi meninggalkan kediaman. Melihat bayangan Kasim yang sudah menghilang, Nyonya Xin melangkah mendekati Se Se.
"PLAKKK!!!"
Nyonya Xin menampar putri tirinya dan kemudian bertanya, "Apa yang kau lakukan di luar sana hingga pernikahan ini di batalkan?"
Nyonya Xin sangat marah mengetahui pembatalan pernikahan itu.
"Jika pernikahan ini di batalkan, maka hadiah pernikahan harus di kembalikan kepada Raja Wei. Padahal aku telah berniat untuk memberikan harta itu kepada kedua putriku saat menikah nanti"." batin Nyonya Xin.
Se Se terkejut mendapat tamparan yang tidak di duganya. Dia melamun karena terlalu senang sebab pernikahannya dibatalkan, sehingga tidak menyadari sebuah tangan mengarah ke pipinya. Dia menatap tajam Nyonya Xin dengan mata yang sedikit membesar.
"PLAKKK!"
Se Se membalas tamparan dari Nyonya Xin, kemudian berkata padanya, "Nyonya Xin, kamu, hanya seorang Selir. Ingatlah batasan seorang selir di negara ini, dan di kediaman ini juga tidak ada peraturan yang mengatakan bahwa seorang selir boleh menghina putri kandung dari istri pertama.
"Ketahuilah bahwa kedudukanmu di rumah ini, tidak cukup tinggi untuk bisa mengatur kehidupanku! Jika kau masih tidak sadar diri, jangan salahkan aku bertindak kasar."
Nyonya Xin terjatuh ke lantai, dia memegang wajahnya yang terasa amat perih, akibat tamparan yang baru saja dia terima. Se Se melangkah keluar dari tempat itu, meninggalkan ibu tiri dan adik tirinya.
"Ibu, apakah ibu tidak merasa bahwa gadis jalang itu sudah banyak berubah? Dia bahkan berani melawan ibu sekarang." tanya Lin Wan pada ibunya.
"Benar, memang sangat berbeda. Sejak terjatuh ke kolam sepertinya dia telah berubah menjadi orang yang berbeda. Saat ini aku bahkan sulit menghadapinya." jawab Nyonya Xin geram.
Ling Er berlari masuk ke kamar Se Se. Terlihat senyum merekah di bibirnya, dan raut wajahnya sangat bahagia.
"Nona, Ling Er sangat senang mendengarnya. Sekarang Nona tidak perlu menikah dengan Raja Wei." ucap Ling Er.
Se Se mengganti pakaiannya, kemudian mencari sesuatu di lemari yang ada di sudut kamar. Setelah menemukan benda itu dia memasukkannya ke dalam lengan bajunya.
"Gantilah bajumu! Kita akan keluar untuk merayakannya." ucap Se Se.
"Siap, Nona." jawab Ling Er.
Kereta kuda melaju melewati beberapa lorong dan kemudian sampai pada tempat tujuannya. Mereka berhenti di depan restoran yang pernah di datangi oleh Florence (Se Se yang menyamar) dan Xuan (Raja Wei yang membuka topeng nya)
Se Se turun dibantu oleh pelayannya, mereka memilih meja sebelah kanan yang lebih sepi dari tempat lainnya. Se Se tidak menyukai keramaian.
"Nona, apakah aku boleh memesan banyak makanan?" tanya Ling Er pada Se Se.
"Emmm, pesan saja semua yang Ling Er inginkan." jawab Se Se sambil mengangguk.
Beberapa saat kemudian pelayan mengantarkan makanan. Ling Er melihat makanan di meja itu dengan mata berbinar dan air liur yang hampir menetes.
"Makanlah!" ucap Se Se tersenyum kepada pelayan nya yang terlihat sangat kelaparan.
"BUGHH! BUGHH! BUGHHH!"
Terdengar suara dari depan pintu restoran. Banyak orang mendekat ke sumber suara karena penasaran. Ling Er masih makan dengan lahap. Se Se berjalan keluar dan mengamati keramaian itu.
^^^BERSAMBUNG...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 325 Episodes
Comments
°nina°
selir yg ga sadar diri
2023-06-13
0
Bibirnya Kyung-soo🐧🍉
buat apa pembatalan perjodohan kalo ujung2nya jadi Istri Raja Wei juga😅....
2023-06-04
0
sri handayani
nyimak gregetan
2023-04-11
0