Pengawal baru saja kembali dari tugasnya mengantar surat di kediaman Huang. Dia masuk ke ruang kerja Raja Wei dan berlutut dengan sebelah kaki.
"Apa jawabannya?" tanya pemuda yang duduk santai di kursi sambil memegang cangkir teh nya.
"Nona Huang akan menghadiri undangan itu!" jawab pengawal.
"Gelarnya sekarang seorang putri. Kamu harus lebih sopan menyebutnya Yu." ucap pria itu lalu menyeruput tehnya.
"Hamba mengerti! Maafkan hamba Yang Mulia!" ucap Yu sambil berlutut sebelah kaki dan menghormat dengan kedua tangannya.
Yu adalah pengawal setia Raja Wei yang sudah mengikutinya selama 10 tahun. Saat itu dia hanya seorang budak yang di jual dipasar budak. Raja Wei membebaskan semua tawanan budak dan Yu akhirnya mengikuti Raja Wei sampai sekarang.
"Yang Mulia,"
Raja Wei melirik Yu, "Ada apa?"
"Maaf, Yang Mulia, tapi, hamba tidak tau apakah hamba boleh mengatakan hal ini."
"Katakanlah!"
"Menurut hamba, Putri Huang tidak seperti rumornya yang angkuh dan sombong. Bahkan Putri mengucapkan Terima Kasih pada hamba yang rendahan ini."
"Aku sudah tau, pergilah!"
"Hamba undur diri." ucap Yu lalu meninggalkan ruangan.
"Huang Se Se, Orang seperti apakah dirimu?" batin Raja Wei.
Dia bangkit dari duduknya, mengambil hanfu hitam beserta topeng perak berukir sayap lalu terbang melalui jendela dan melewati atap-atap rumah menuju kediaman Huang.
KAMAR PUTRI HUANG
"Nona, Ling Er sudah menyiapkan air untuk mandi!"
"Terima Kasih Ling Er, keluarlah! aku akan mandi sendiri." ucap Se Se sambil melepas baju hanfu nya dan menyisakan sehelai hanfu putih tipis kemudian masuk ke dalam air.
"SREKKK!"
Pria bertopeng itu masuk melalui jendela kamar. Pemuda itu duduk di kursi dan minum teh yang ada di meja. Lama dia menunggu, gadis itu belum keluar juga.
1 cangkir
2 cangkir
3 cangkir
Raja Wei sudah menghabiskan isi teko itu, tetapi nona rumah yang di tunggu tidak kunjung menyelesaikan acara mandinya.
Pria itu membuka kain pembatas antara kamar dan tempat pemandian, dia berjalan ke arah pemandian dan melihat tidak ada siapapun di sana.
"Hehhh! bisa-bisanya aku di permainkan seorang gadis."
Flashback
Baru saja memejamkan mata sambil berendam di air hangat. Se Se yg pendengarannya tajam, mendengar suara pintu jendela terbuka. Dia segera memakai bajunya dan keluar dari pintu belakang.
Melihat tidak ada pergerakan di dalam kamar, Se Se duduk di taman bunga untuk menunggu tamu tak di undangnya itu.
"Penguntit ini betah sekali di kamarku, walaupun hanya ada teh disana!" batinnya.
********
"Apa teh nya sangat enak?" tanya Se Se yang melihat pria penguntit berjalan ke arahnya.
"Lumayan"
"100 tael" ucap Se Se sambil mengulurkan tangannya
"Gadis ini berani sekali meminta 100 tael untuk seteko teh!" batin pria itu.
Melihat pria di depannya hanya diam, Se Se tersenyum dan berkata "Apa kamu tidak sanggup membayar teh yang kamu minum?"
"Kediaman Huang sepertinya sangat miskin hingga putrinya menjual teh dengan harga yang luar biasa." cibir pria itu.
"Tuan penguntit, itu adalah teh terakhir yang aku miliki bulan ini. Bukankah seharusnya kamu membayar harga mahal karena sudah menghabiskan tehku tanpa izin?" ucap Se Se sambil menaikkan alisnya.
"Apa maksudnya teh terakhir?" tanya pria itu dalam hati.
"Bukankah kamu calon permaisuri Raja Wei? Apa kamu semiskin itu?" tanya pria itu pada Se Se.
"Jika kamu tidak sanggup membayarnya maka pergilah!" ucap Se Se sambil berlalu meninggalkannya.
"Wajahnya terlihat sedih. Apakah hanya perasaanku saja?" batin Raja Wei.
HARI PESTA
Se Se merias diri dengan kosmetik yang dia buat sendiri dengan bahan alami yang ada di sekitarnya. Dia tidak ingin memakai kosmetik yang tidak jelas bahannya.
Dia mulai menggambar alis memakai arang, kemudian mengambil kuas kecil di mejanya. Dia mulai membentuk bibirnya memakai kuas dan pemerah bibir yang di buatnya dari kelopak bunga mawar.
Dia memakai sumpit yang di panaskan untuk membentuk bulu matanya agar lentik. Kemudian memerahkan pipinya dengan sedikit bubuk mawar merah.
"Aakhh! Nona, Nona cantik sekali!" ucap Ling er yang baru masuk membawa seember air untuk nonanya membersihkan tangan.
Ling Er melihat ke arah nonanya tanpa berkedip. Nona di depannya saat ini terlihat seperti orang lain. Sangat cantik dan membuat orang yang melihatnya lupa untuk menutup mulut dan mengedipkan mata.
Memakai hanfu putih ungu dengan kerah berbulu halus. Sebagian rambutnya terurai dan rambutnya memakai hiasan bunga emas.
"Tutuplah mulutmu sebelum ada lalat yang menjadikannya sarang" ucap Se Se sambil tersenyum melihat tingkah laku pelayannya.
Se Se mengambil sebuah cadar dilemari dan memakainya.
"Tok tok tok!" suara pintu di ketuk.
"Maaf, Nona, kereta kuda yang di sediakan Raja Wei telah sampai di depan kediaman." ucap seorang pelayan sambil memberi hormat.
"Baiklah. Aku akan berangkat sekarang. Ling er bawalah kotak di meja." Se Se bangkit dari duduknya lalu berjalan dengan di ikuti Ling Er.
"Silahkan Putri Huang!" sapa pengawal dan kusir kereta yang datang menjemput.
"Terima Kasih." jawab Se Se sambil tersenyum lalu naik ke kereta kuda dibantu oleh Ling er.
ISTANA MERAK
Seorang gadis turun dari kereta memakai cadar diwajahnya. Pelayan dan pengawal mengikutinya berjalan di belakang.
Kasim berteriak dengan kuat, "Putri Huang telah tiba!"
"Hormat pada Ibu Suri, semoga Ibu Suri panjang umur dan Selamat ulang tahun Ibu Suri" ucap Se Se sambil memberi hormat kepada tuan rumah.
"Bangun dan duduklah Putri Huang!" titah Ibu Suri.
"Di mana aku harus duduk?" batin Sese.
"Kemari!" ucap seorang pria dengan topeng di wajahnya.
"DEG!"
"Kenapa penguntit itu di sini?" gumam Se Se masi diam tidak bergerak dengan jantungnya yang berdetak lebih kencang.
"Kemarilah!" Ucap pria itu lagi dengan suara yang lebih tinggi.
Dia melangkah dengan ragu ke arah pria itu dan duduk di sampingnya.
"Apa dia Raja Wei? tidak terlihat seperti pria tua." tanyanya dalam hati.
Semua orang yang ada di sana menatap Putri Huang dengan penasaran, rumor mengatakan Putri adalah gadis yang cantik, tapi kenapa dia menutup wajahnya? batin mereka semua dalam hati.
"Apakah rumor Putri Huang gadis cantik hanyalah rumor belaka?" bisik seorang wanita pada teman di sampingnya.
"Entahlah, mungkin wajahnya sangat jelek sehingga di tutupi." sela wanita disebelahnya.
Terdengar bisik-bisik para tamu yang penasaran dengan wajah Putri Huang. Sedangkan yang di bicarakan hanya duduk diam menatap kosong ke arah mejanya.
Karena semua tamu telah tiba, acara pun dimulai.
PEMBERIAN HADIAH
Di mulai dari Kaisar dan Ratu yang memberikan lukisan Tuan Shi. Tuan Shi merupakan seorang pelukis terkenal, yang lukisannya tidak ternilai harganya.
Kemudian di lanjutkan para Pangeran dan Putri
"Ambillah!" bisik Raja Wei sambil menyerahkan sebuah kotak di tangannya.
Belum sempat di ambil dia melanjutkan perkataannya "Ini hadiah untuk Ibu Suri".
"Tidak di sangka pria yang di rumorkan kejam ini masih sempat memikirkan hal seperti ini." batin Se Se.
"Selamat ulang tahun Ibunda, hadiah ini khusus saya persembahkan untuk Ibunda." Ucap Raja Wei menyerahkan kotak kecil yang ada di tangannya kepada kasim.
Kasim menyerahkan kotak kepada Ibu Suri yang kemudian membukanya. Mata Ibu Suri membesar kaget melihat isi di dalam kotak.
Giok hijau terang yang sangat indah dengan ukiran naga. Giok yang sangat mempesona! Semua tamu yang melihatnya berpikir ingin memilikinya.
^^^BERSAMBUNG...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 325 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus Sukses
2023-07-02
0
HoneyXing 🍯
lah punya ruang dimensi.. apa tidak ada kosmetik dan kebutuhan lainnya?
2023-06-29
0
Bibirnya Kyung-soo🐧🍉
penguntit = calon suami😄
2023-06-04
0