AULA UTAMA
Terlihat seorang pria paruh baya sedang berdiri diruangan aula bersama beberapa pemuda yang memakai baju pengawal.
Se Se sampai di aula dan bertanya "Ada apa Nyonya Xin mencariku?"
"Berani sekali kau memukuli Tuan Muda Mo? Kau harus segera minta maaf padanya!" teriak Nyonya Xin.
Sese menatap beberapa orang yang sedang berdiri disana. Dia mengabaikan Nyonya Xin yang dianggapnya tidak penting.
Seorang pemuda menunjuk ke arah Sese dan berkata, "Tuan besar, dia yang telah memukul Tuan Muda kemarin"
"Kau... berani sekali bocah sepertimu memukuli anak keluarga Mo!" bentak pria yang dipanggil Tuan besar itu.
"Anak anda memang pantas dipukuli. Jika anda tidak bisa mengajarinya, maka saya yang akan memberinya pelajaran!" jawab Sese dengan nada ketus.
"Jangan kira kalian kediaman Huang bisa seenaknya memukuli orang. Jika kalian tidak mau bertanggung jawab, maka kami keluarga Mo akan membawa kasus ini ke pengadilan!" ancam lelaki itu.
"Saya akan menunggu surat panggilan dari pengadilan. Silahkan Tuan Mo keluar dari sini karena kediaman Huang tidak sanggup menerima tamu seperti anda!" tegas Sese pada lelaki tua yang sedang mengancamnya.
"KAU... KAU... KAU...!!!" ucap lelaki itu menahan amarahnya sambil menunjuk jari nya ke arah Sese.
Amarah lelaki itu memuncak hingga wajahnya merah padam dan dia pergi dari ruangan itu sambil berkata "Kalian tunggu saja pembalasan dari ku. Aku tidak akan melepaskan kalian!"
"HUANG SESE!!!" teriak Nyonya Xin.
Nyonya Xin berdiri dan berjalan ke arah Sese. Dia mengayunkan tangannya namun ditahan oleh sebuah tangan lain sebelum mendarat ke pipi gadis itu.
Sese mengibaskan tangannya yang sedang menggenggam tangan Nyonya Xin. Kemudian mendorongnya hingga terjatuh ke lantai.
Dia menatap Nyonya Xin dengan mata yang dipenuhi aura membunuh. Nyonya Xin ketakutan dan tidak berani melawannya.
"Huang Sese... kau benar-benar tidak sopan!" ucap Minwan menaikkan suaranya.
Sese melirik ke arah suara itu kemudian menjawab, "Menyebut nama lengkap Nona Pertama dirumah ini dengan mulut mu juga merupakan hal yang tidak sopan, Huang Minwan!"
"Kau...!!" geram Minwan.
Sese berjalan meninggalkan aula itu tanpa meladeni adik tirinya lebih lama, dia menuju ke kamarnya. Sampai di halaman, dia melihat keluarga Li yang sedang duduk menatap meja dengan wajah khawatir.
Mereka menunggu Nona nya dengan cemas. Ling er membawakan makanan dan minuman, namun mereka hanya duduk menatapi makanan itu.
Melihat Nona yang di tunggu sudah kembali, mereka segera berdiri dan menunduk hormat.
"Duduk dan makanlah..." ucap Sese sambil berjalan dan kemudian duduk disalah satu kursi.
Mereka masih berdiri menundukkan kepalanya. Nyonya Li menggendong balita yang masih tertidur.
"Duduklah... makanan ini akan segera dingin, makanlah selagi hangat." ucap Sese pelan sambil melihat balita yang tertidur itu.
Dia mengulurkan tangannya tanda meminta balita itu dipindahkan kedalam gendongannya. Nyonya Li menyerahkan balita itu padanya.
"Siapa nama anak kecil ini?" tanya Sese.
"Namanya Li Xiao Cheng. Cheng dari kata berhasil." jawab Nyonya Li.
"Xiao Pao, Xiao Le, Xiao Cheng.... nama yang sangat cocok." gumam Sese.
"Makanlah lebih dulu... Saya akan mengganti perban luka Xiao Cheng." ucap Sese sambil menggendong Xiao Cheng dan masuk ke kamarnya.
Selesai mengganti perban dilukanya, Sese mencari beberapa pakaian lama miliknya yang sudah tidak terpakai. Dia meminta Ling er untuk memberikan baju itu kepada Li Xiao Xing.
Xiao Cheng masih tertidur. Sese mengeluarkan perhiasannya. Dia berniat menggadaikan barang itu untuk membangun kamar kecil di halaman. "Miskin sekali Nona dikediaman ini." batinnya.
"Ughhh...." gumam Xiao Cheng terbangun.
"Xiao Cheng sudah bangun?" tanya Sese menatap balita itu ditempat tidurnya.
Balita itu membuka matanya dan menganggukkan kepalanya sambil menjawab "Emmm... Cheng Cheng sudah bangun"
Xiao Cheng tersenyum manis pada Sese. Gadis itu kemudian berjalan ketempat tidur dan menggendongnya. Dia duduk dipinggir tempat tidurnya sambil mendudukkan Xiao Cheng dipangkuannya.
"Apakah kepala Xiao Cheng masih sakit?" tanya Sese.
"Tidak sakit lagi." jawab Xiao Cheng sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Wajah Xiao Cheng sangat lucu dan imut, membuat orang yang melihatnya ingin mencubit pipi kecilnya itu.
"Lapar tidak?" tanya sese lagi.
"Emm... sangat lapar." jawab Xiao Cheng mengangguk.
Sese tersenyum melihat tingkat balita itu. Dia memanggil Ling er dan memintanya memasak bubur untuk Xiao Cheng. Kemudian dia membawa Xiao Cheng ke halaman untuk berkumpul dengan keluarganya.
Setelah makan, Sese membantu anak-anak itu mengoleskan obat. Dia meminta mereka tetap tidur dikamarnya. Setelah memastikan mereka memakai obatnya, Sese keluar meninggalkan ruangan itu.
Dia membawa beberapa perhiasan ke toko pegadaian. Seorang Pria memeriksa barang yang dibawanya dan kemudian menawar 1000 tael untuk barang-barang itu.
Sese mengerutkan alisnya. Dia bertanya dalam hati,"Barang-barang ini, apakah bernilai 1000 tael?"
Pria itu melihat Sese diam tidak menjawab, dia kembali menawar "Bagaimana jika saya tambah menjadi 2000 tael Nona?"
Alisnya makin berkerut. Sese makin bingung dengan pria ini. Barang itu jelas-jelas hanya bernilai sekitar 500 tael, namun pria ini ingin membayarnya 2000 tael.
Karena membutuhkan uang, akhirnya Sese menyetujui harga itu. Dia menerima uang itu dari Pria pemilik toko dan kemudian pergi membeli keperluan untuk anak-anak.
Sese masuk ke toko pakaian dan meminta pemiliknya untuk membungkus beberapa pakaian anak-anak yang sudah dipilihnya.
Saat berjalan pulang, dia melewati toko kue. Dia berhenti ditoko itu, berniat membeli beberapa jenis kue kering.
Seorang pemuda terlihat tersenyum kecil melihat Nona muda yang sedang sibuk memilih kue. Dia mendekati gadis itu dan membantunya memilih beberapa jenis kue yang biasanya digemari orang.
"Nona, cobalah kue ini!" ucap pemuda itu sambil memberikan sepotong kue.
"Terimakasih..." jawab Sese yang mengambil kue itu dari pemuda.
Sese memasukkan potongan kue itu ke mulut mungilnya. Pemuda itu tersenyum dan bertanya, "Manis sekali bukan?"
"Iya sangat manis, terimakasih sudah memberikan saran." jawab Sese yang juga tersenyum.
"Nama saya Ou Yang Chien. Bolehkah bertanya siapa nama Nona?" ucap pemuda itu.
Sese memperhatikan wajah tampan pemuda itu. Rambut putih perak tergerai indah menutupi sebagian wajahnya. Alis mata panjang berwarna hitam, bola mata yang bersinar biru kehitaman.
Dibawah matanya ada tahi lalat kecil yang membuat wajahnya terlihat manis. Hidung mancung dan bibir kecilnya membuat wajah pemuda itu seperti pahatan sempurna.
Melihat Nona itu sedang menikmati wajahnya, Ou Yang Chien bertanya "Apakah ada sesuatu diwajahku Nona?"
Sese tersadar dari lamunannya dan segera menjawab. "Aahhh.. maaf, nama saya Huang Sese."
"Nona Huang, senang bisa berkenalan dengan anda." ucap Ou Yang Chien.
"Terima kasih Tuan Ou sudah membantu saya memilih kue-kue ini." ucap Sese sambil tersenyum dan kemudian melangkah pergi.
"Huang Se Se... Putri Huang... sangat berbeda dengan rumornya," gumam Ou Yang Chien."
Yu keluar dari sebuah pintu didalam ruangan sebuah bangunan. Pemilik toko memberikan barang-barang yang digadaikan oleh Nona Huang tadi. Yu menyerahkan 2000 tael ke pemilik toko kemudian meninggalkan ruangan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 325 Episodes
Comments
Nic
dan memperebutkan se se pun di mulai
2023-07-19
0
sri handayani
oala raja wei to
2023-04-11
0
Yuli Yanti
💐💐💐
2023-02-16
1