Sampai di giliran Se Se, gadis itu mendekat ke tempat tidur, dia menunduk hormat kepada Putra Mahkota.
"Tolong ulurkan tangan anda, Yang Mulia!" ucapnya pelan.
Dia memeriksa denyut nadi Putra Mahkota dan meletakkan kembali tangan pria itu ke dalam selimut.
"Yang Mulia keracunan." ucapnya sambil menatap Putra Mahkota.
"Sudah kuduga, apa yang bisa dilakukan seorang wanita? lebih baik nona pulang dan belajar menyulam atau menari. Jangan membuang waktu disini!" tegur seorang tabib.
"Kaki Yang Mulia terluka saat kecil, bagaimana itu bisa menjadi keracunan? Nona, benar-benar suka bercanda. Ha ha ha..." tertawa tabib yang lain.
Semua tabib terlihat tidak mempercayainya. Dia menoleh ke arah Putra Mahkota.
Gadis itu menunduk hormat lalu bertanya sambil menatap mata Putra Mahkota, "Apa yang Mulia bersedia menerima pengobatan dari hamba?"
"Gadis kecil, berhentilah membuang waktu. Kamu hanya akan membuat Yang Mulia kecewa dengan hal yang sudah pasti gagal." tegur seorang tabib istana yang mengawasi.
Sang gadis masih menatap mata Putra Mahkota seolah menunggu jawaban.
"Semuanya, keluarlah!" perintah Putra Mahkota yang ingin berbicara empat mata dengan gadis di depannya.
"Yang Mulia!" pengawal di sampingnya terkejut melihat tuannya mempercayai gadis kecil.
"Keluarlah!" bentak Putra Mahkota tidak sabar.
Hanya tersisa dua orang di ruangan itu. Putra Mahkota menatap nya dan kemudian bertanya "Apakah aku, bisa mempercayaimu? Banyak tabib yang memeriksaku, belum ada satupun di antara mereka yang mengatakan aku keracunan."
"Yang Mulia, racun di tubuh Yang Mulia tidak akan bisa di periksa dengan mudah. Saya mengambil darah Yang Mulia untuk di uji, dan memang benar di dalam darah Yang Mulia terdapat racun. Racun itu membuat lemah saraf di kaki, para tabib menganggapnya sebagai kelumpuhan." Jelas Se Se sambil melepas cadar yang dia gunakan.
"Kamu, gadis yang semalam?" gumam Putra Mahkota.
"Maafkan kelancangan hamba semalam. Hamba hanya datang untuk memastikan penyakit Yang Mulia setelah membaca pengumuman di depan tembok istana.
Tapi, ada hal yang hamba temukan saat datang semalam.Bukan hanya racun lumpuh, tapi juga obat tidur. Seseorang menggunakan obat tidur untuk membuat Yang Mulia tertidur nyenyak di malam hari.
Walaupun saya tidak tau apa tujuannya, tapi penggunaan obat tidur dalam jangka panjang akan membuat kesehatan Yang Mulia terganggu."
Putra Mahkota mengerutkan alisnya setelah mendengar penjalasan sang gadis.
"Bagaimana aku harus percaya pada orang yang bahkan tidak ku kenal jika orang di sekitar'ku saja mencoba mencelakai'ku?" ucap pria itu terlihat sendu di matanya.
"Yang Mulia, hamba hanya mencoba untuk mengobati penyakit seorang pasien. Jika pasien nya tidak percaya pada tabib, maka penyakit itu tidak akan bisa diobati."
Melihat matanya yang tulus dan jujur, Putra Mahkota akhirnya setuju untuk menerima pengobatan dari gadis.
"Berjanjilah satu hal... Yang Mulia harus melakukan apapun yang saya minta untuk pengobatan anda. Jika anda menolak, saya tidak akan memberikan pengobatan untuk Yang Mulia. Pasien yang tidak menurut lebih sulit di obati dari pada penyakit ganas" pinta sang gadis.
"Selama itu tidak menyakiti diri'ku dan keluarga'ku, aku akan melakukan apapun yang kamu katakan." janji Putra Mahkota.
Sang gadis tersenyum dan kemudian mengeluarkan sebuah jarum suntik yang berisi darahnya.
"Tolong ulurkan lengan anda, Yang Mulia!"
Wajah Putra Mahkota sedikit terkejut melihat jarum suntik, tapi dia tetap mengulurkan tangannya.
Setelah menyuntikkan semua cairan di jarum suntik, sang gadis mengeluarkan sebuah plester berbentuk bulat dan menutup luka bekas suntikannya.
"Berbaringlah sebentar, saya akan memijit kaki Yang Mulia, untuk melancarkan darah di kaki."
Sang gadis memijit kedua kaki pria itu dan sesekali menusuk jarum akupuntur ke kakinya. Terlihat keringat mulai mengalir dari keningnya, dan jatuh ke samping kanan kiri wajahnya.
Setelah 30 menit, sang gadis menghentikan aktifitasnya, dan mengipas-ngipaskan tangannya yang terasa pegal akibat memijit terlalu lama.
Pria itu tersenyum melihat kelakuan sang gadis. Melihat senyum pasiennya, sang tabib hanya menatap dingin dan kemudian memasukkan kembali semua jarum ke dalam ruang dimensi yang tentunya tertutup lengan hanfu yang panjang.
"Besok saya akan datang lagi untuk membuka sumbatan pada pembuluh darah Yang Mulia. Berhati-hatilah pada makanan dan minuman yang di berikan pelayan."
Sang gadis mengeluarkan sebotol obat, obat itu diserahkan kepada Putra Mahkota.
"Ambillah, obat ini akan menghilangkan efek dari obat tidur. Minumlah sebutir sebelum Yang Mulia tidur dan pura-pura lah untuk tidak terbangun, walau mendengarkan suara apapun."
Sang gadis menunduk hormat, memasang kembali cadarnya dan berjalan keluar. Saat pintu di buka, semua tabib dan pengawal yang menunggu segera berlari masuk.
"Tunggu! Siapa namamu?" tanya si pria yang melihat sang gadis berjalan menjauh dari pandangannya.
"Se... Florence" jawabnya berbohong kemudian melanjutkan langkahnya.
"Flo...len...???" ucap Putra Mahkota yang kesulitan mengikuti nama barat itu.
Di tempat lain, Selir Fei sangat marah saat mendengar laporan dari mata-matanya bahwa seorang tabib menyimpulkan bahwa Putra Mahkota keracunan. Dia berpikir bagaimana cara menyingkirkan tabib itu.
Selir Fei meniup sepotong bambu yang ada di tangannya. Seketika, muncul pria yang menggunakan baju serba hitam dan wajahnya di tutupi topeng kain hitam.
"Cari tau siapa tabib itu dan bereskan tanpa jejak."
Tanpa jawaban, pria itu segera berangkat mencari mangsanya. Gadis itu masih berjalan menuju pintu gerbang istana. Dari istana Matahari, membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke pintu gerbang.
KEDIAMAN RAJA WEI
"Yang Mulia, seorang tabib wanita muncul di istana dan mengobati Putra Mahkota. Wajahnya tidak terlihat tapi rambutnya berwarna putih seperti gadis yang Yang Mulia cari." lapor Yu pada Raja Wei.
Raja Wei segera bangkit dari duduknya dan mengganti bajunya dengan baju pengawal, kemudian mengambil pedang yang terletak di dinding dan berjalan keluar.
Sang gadis berjalan keluar pintu. Saat melewati sebuah lorong di jalan, dia di hadang oleh beberapa pria yang berbaju hitam dan menggunakan penutup wajah.
"Nona, hari ini adalah hari kematianmu. Salahkan nasibmu yang mencoba mengobati Putra Mahkota."
Pedang di angkat melayang ke arah gadis itu, dia segera melompat menghindar.
"Aku tidak boleh memakai pistol ditempat ini, penduduk disekitar akan mendengar suaranya. Tapi aku tidak bisa melawan mereka semua tanpa pistol"
Sang gadis kemudian berlari menghindari para pembunuh hingga sampai di ujung lorong yang ternyata jalan buntu. Dia menyelipkan tangan kedalam lengan bajunya, bersiap mengeluarkan pistol.
"SRINGG!" suara pedang yang keluar dari sarung.
"Tinggg Tinggg Tinggg!" suara pedang yang bertabrakan.
Muncul sesosok pria berbaju pengawal dan menyelamatkannya dari terjangan pedang. Pria itu menjatuhkan semua pembunuh itu dalam hitungan menit.
"Siapa yang mengutus kalian?" tanya pria itu mengarahkan pedang ke leher salah satu pembunuh.
Secara serentak para pembunuh terjatuh ke tanah dan mati begitu saja. Pria itu membuka kain penutup wajah mereka dan terlihat darah keluar dari ujung bibir pembunuh-pembunuh itu.
"Mereka mati menelan racun di mulutnya." gumam pria itu, dia berbalik menatap sang gadis dan berjalan ke arahnya.
"Terima Kasih sudah menyelamatkan saya, Tuan!" ucap Se Se sambil menunduk.
Dia kemudian melangkah menjauh tanpa menunggu jawaban dari penyelamatnya.
"Pria di dalam hutan." batin si gadis.
Raja Wei bertanya dalam hati, "Apa benar dia gadis yang kucari?"
^^^BERSAMBUNG...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 325 Episodes
Comments
sri handayani
hadeeee. sebel ketemu raja wei
2023-04-10
0
خويرون
dua orang dengan penyamaran yg sempurna bertemu se se bermuka topeng jika bertemu floren bermuka pengawal sunggu pasangan yg sama² licik 🥴
2023-03-13
1
Fajar Ayu Kurniawati
n
2023-02-14
1