Yu melanjutkan tugasnya, dia mengikuti Se Se dari kejauhan. Setelah melihat gadis itu masuk ke kediaman Huang, Yu kembali ke kediaman Raja Wei.
Yu melaporkan semua kegiatan Huang Se Se kepada Raja Wei. Yu mengatakan kepada Tuannya, bahwa Putri Huang berkenalan dengan seorang pemuda yang bernama Ou Yang Chien saat membeli kue.
Mendengar nama itu, Raja Wei yang sedang menulis menghentikan gerakan kuasnya. Bola matanya menatap tajam kertas yang terletak di atas mejanya.
"KREKKKK...!"
Raja Wei tanpa sengaja mematahkan kuas yang berada di sela jari-jarinya. Wajahnya mulai mengusut memperlihatkan ketidak-sukaannya pada Ou Yang Chien.
"Apa kau menemukan sesuatu mengenai Florence? tanya Raja Wei.
"Hamba belum pernah melihat Nona Florence setelah hari itu Yang Mulia." jawab Yu.
"Lanjutkan mengawasi Putri Huang. Jika ada masalah laporkan secepatnya." perintah Raja Wei.
"Baik, Yang Mulia."
ISTANA MATAHARI
Putra Mahkota sedang duduk di bawah pohon cemara yang terletak di halaman Istana. Dia terlihat sedang menunggu kedatangan seseorang.
"Yang Mulia... ada seorang pelayan yang menyerahkan surat ini." ucap seorang pelayan kemudian memberikan sepucuk surat yang masih bersegel.
Putra Mahkota mengambil surat itu dan membacanya. Senyuman di bibirnya diam-diam menghilang, wajahnya menjadi dingin seperti sedang menunjukkan emosinya.
Pemuda itu kemudian berdiri dan memanggil pengawalnya. "Er Lang!"
"Hamba di sini" jawab pengawalnya yang bernama Er Lang itu.
"Pergilah ke kediaman Paman Raja Wei dan minta Paman segera datang menemuiku." perintah Putra Mahkota kepada pengawalnya.
"Baik Yang Mulia!" ucap Er Lang sambil menunduk dan langsung pergi melaksanakan tugasnya.
********
Sementara itu di luar istana tersebar kabar mengenai keluarga Mo yang pagi ini ditangkap oleh Mentri Keuangan. Keluarga Mo terbukti melakukan penggelapan pajak selama 10 tahun terakhir.
Sudah lama hal itu di ketahui masyarakat luas, namun belum ada satupun pejabat yang berani menangkap keluarga Mo.
"Sepertinya keluarga Mo sudah menyinggung orang yang salah kali ini." ucap seorang pria yang sedang berkumpul dengan para pria lainnya.
"Bagus sekali keluarga itu di tangkap. Mereka selalu menyiksa rakyat kecil." sambung pria disebelahnya.
"Benar.... benar...." beberapa pria mengangguk tanda setuju.
KEDIAMAN HUANG
Se Se baru saja sampai di depan kediaman Huang, dia membawa barang-barang yang tadi dibelinya dipasar. Dia meletakkan barang itu di meja halaman dan memanggil pelayannya.
"Ling er..."
"Ya Nona?"
"Apakah anak-anak masih tidur?"
"Tidak Nona, mereka sudah bangun."
"Tolong panggilkan mereka dan pergilah ke tukang bangunan. Katakan pada nya untuk membangun sebuah kamar di tempat ini beserta 4 ranjang kayu." perintah Se Se kemudian menyerahkan sekantong uang pada Ling Er.
"Baik Nona." jawab Ling Er yang langsung melaksanakan tugasnya.
Anak-anak keluar dari kamar di ikuti Nyonya Li. Se Se tersenyum pada mereka dan mengipaskan jarinya, memanggil mereka mendekat. Anak-anak itu berjalan ke arahnya dan kemudian menunduk memberi hormat.
"Tidak perlu menunduk seperti itu di tempat ini, kalian adalah adik-adikku. Perlakukanlah kakak ini seperti keluarga kalian." ucap Se Se sambil membantu mereka duduk di kursi.
"Nona..." ucap Xiao Le.
"Kakak, panggil aku kakak!" ucap Se Se menatap Xiao Le sambil tersenyum.
"Ka...kak!" ucap Xiao Le menirukan.
"Kakak!" ucap Xiao Pao mengikuti adiknya.
Sementara si balita kecil hanya menatap dengan wajah gemesnya.
"Anak pintar." puji Se Se sambil mengacak-ngacak rambut mereka.
Se Se mengeluarkan kue yang dia beli tadi. Dia meletakkannya di atas meja agar anak-anak bisa mengambilnya sendiri. Kemudian dia mengeluarkan beberapa bungkus pakaian dan memberikan pakaian itu untuk Xiao Le, Xiao Pao dan Xiao Cheng.
Mata anak-anak itu terlihat sangat senang mendapat baju baru pemberian Nona penolongnya. Mereka berdiri dan mengucapkan Terima Kasih secara bersamaan.
Melihat senyuman anak-anak itu membuat hati nya terhibur. Dia menatap Nyonya Li, kemudian bertanya "Di mana ayah dari anak-anak ini Nyonya Li?"
"Ayah mereka sudah meninggal beberapa tahun yang lalu" ucapnya sambil menunduk sedih.
"Maaf, aku membuatmu mengingat kembali kenangan yang buruk." ucap Se Se.
"Tidak apa-apa, hal itu sudah lama berlalu. Nona, panggil saja saya dengan nama. Saya tidak pantas dipanggil dengan sebutan Nyonya." ucap wanita itu.
"Bolehkah aku memanggilmu Kak Li?" tanya Se Se.
"Tentu saja Nona. Itu sebuah kehormatan untuk saya yang rendah ini." jawab Li Xiao Xing berkaca-kaca.
"Kak Li, mulai sekarang kalian adalah keluarga ku. Jangan pernah menyebut diri kak Li rendah, karena semua manusia itu sama." tegas Se Se.
Li Xiao Xing hanya menganggukkan kepalanya. Nona muda itu permisi pergi meninggalkan mereka yang masih menikmati kue manis di meja.
Se Se mengganti pakaiannya dan memakai cadar senada warna hanfunya. Dia pergi ke kandang kuda dan menunggang seekor kuda keluar dari kediaman.
Kuda itu melesat cepat ke arah gunung. Tidak lama kemudian dia sampai di gunung. Se Se terlihat sedang mencari sesuatu di tempat itu. Dia melirik kanan, kiri, depan, belakang dan menatap kejauhan.
Setelah beberapa waktu berlalu, dia masih belum menemukan benda yang dicarinya. Se Se menuntun kudanya berjalan ke arah aliran sungai. Dia menatap ke tebing dekat sungai itu, dengan segera bibirnya tersenyum ceria.
Dia menemukan tanaman yang di carinya dari tadi. Tapi tanaman itu sangat sulit di ambil karena letaknya sangat tinggi.
Dia mengambil sebuah belati dari lengan bajunya. Pelan-pelan dia memanjat tebing itu hingga akhirnya mencapai tempat tanaman tersebut.
Saat mencabut tanaman itu, batu yang menjadi pijakan kaki kirinya terjatuh dan membuat tubuhnya hampir terjatuh. Gadis itu segera menancapkan belatinya ke dinding tebing dan memasukkan tanaman itu ke ruang dimensi.
Saat ini posisinya sedang menggantung pada sebuah belati dan kaki kanannya sedang berusaha mencari pijakan yang cukup kuat untuk menahan berat badannya.
Dinding tebing yang di tusuk belati mulai retak, tubuh gadis itu terjatuh dari tebing. Dia menutup matanya menunggu rasa sakit yang akan menyusul.
Seorang pemuda muncul dan menyelamatkannya. Pemuda itu menggunakan ilmu peringan tubuh untuk menangkap tubuhnya di udara, dan mendarat dengan sempurna tanpa luka apapun.
Se Se terkejut melihat wajah pemuda itu. "Xuan!" ucapnya dalam hati. Dia segera turun melepaskan tubuhnya dari tangan pemuda itu.
"Terima Kasih, Tuan telah menolong saya." ucap Se Se pada pemuda itu.
"Kenapa gadis lemah seperti Nona memanjat tebing yang berbahaya?" tanya pemuda itu.
"Saya hanya ingin mengambil tanaman obat yang tumbuh di dinding tebing. Karena sudah mendapatkannya, saya akan pulang sekarang. Permisi, Tuan!" ucap Se Se sambil memberi salam dan melangkah ke kudanya.
Se Se naik ke atas kuda kemudian menatap pemuda itu. Pemuda itu tersenyum dan melambaikan tangannya. Se Se membalas senyumannya dan kemudian pergi dari sana.
Sementara itu di kediaman Huang sedang di lakukan renovasi. Beberapa pria terlihat bercucuran keringat. Mereka sedang membangun kamar kecil dengan kayu dan peralatan sederhana.
Ling Er membawa masuk pakaian yang baru saja siap di cuci dan meletakkan pakaian itu di lemari. Ada sebuah sapu tangan, yang juga di simpan Ling Er di dalam kotak sapu tangan milik Nonanya.
^^^BERSAMBUNG...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 325 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sabar
2023-07-02
0
sri handayani
raja weiiii
2023-04-11
0
Uin Ni
semakin penasaran
2023-02-04
1