BAB 12

HOLAA SLOW UP YA 😃

Semangat buat kalian yg puasa 🥰

happy reading !!!

_____

Fahri berjalan, melangkah kan kaki nya pelan mendekati sang istri yang masih terduduk menangis di lantai, hati nya teriris melihat wanita nya menumpahkan air mata akibat perbuatan nya.

Tidak,

Bukan ini yang ia mau, ia sangat mencintai wanita itu, tapi karena ke egoisan nya ia juga telah menyakiti dan melukai hati nya. Cara nya salah, ternyata meski hati yang sama-sama saling mencintai belum tentu di dalam nya akan ada kebahagian, terlebih lagi telah ada nya sebuah pemaksaan akibat ke egoisan nya sendiri.

Fahri tak bisa melihat ini, melihat air mata yang terus mengalir dari mata sang istri. Ini terlalu menyakitkan untuk nya. Ia sadar, memaksa wanita itu untuk hidup bersama nya bukan lah satu kebahagian untuk nya, meski mereka masih sama-sama menaruh rasa dalam hati. Mencintai nya, menyayangi nya, tapi tidak harus memaksa untuk bisa memiliki nya. Fahri menyesal, karena rasa cinta nya lah yang membuat Sadifa kini merasa tertekan, terus menangis, mungkin tak merasakan bahagia selama hidup menjadi istri nya.

Ia gagal, ia tak mampu membuat wanita nya itu merasa bahagia hidup bersama dengan nya.

Fahri berlutut mensejajarkan tubuh nya dengan Sadifa, di sentuh nya pundak wanita itu, Fahri menangis. Air mata Sadifa benar-benar menyakitkan untuk nya.

"Di-Difa..." Sapa laki-laki itu.

Tak ada jawaban. Sadifa masih menangis tanpa memperdulikan suami yang juga terduduk di depan nya.

Dengan tangan gemetar, Fahri mencoba menyentuh dagu Sadifa guna ia mengangkat wajah dan menatap nya.

Semakin jelas lah Fahri melihat air mata yang terus mengalir deras dari pelupuk mata sang istri. "Ma-maaf kan aku.." Fahri mencoba mengucapkan kata maaf dengan suara yang terbata.

Sadifa terhenti, tangan nya terangkat mencoba menghapus air mata nya. Mata nya ter-arah menatap mata suami nya itu. Seketika mata mereka saling memandang dalam satu garis lurus, ia tatap dalam-dalam mata laki-laki yang juga mengeluarkan air mata di sana.

Di tatap nya lekat-lekat, semakin dalam. Wajah ini lah yang dulu selalu Sadifa rindukan, sosok laki-laki ini lah yang dia cintai. Dan dengan laki-laki ini lah Sadifa berharap untuk hidup bersama dan bahagia.

Tapi...

Entah mengapa saat ini berbeda, dia memang masih mencintai nya, tapi hati nya juga telah terluka oleh nya. Bukan semacam menyakiti nya dengan perselingkuhan atau apa pun itu, tapi yang Sadifa rasakan adalah luka karena laki-laki yang di cintai nya tidak bisa menghargai dan menghormati nya. Ya, dia telah meremehkan nya dan merebut kesucian nya lebih dulu. Dan karena keegoisan nya pun kini Sadifa begitu merasa bersalah pada keluarga Anan Malik, terlebih pada sang ayah yang ia tinggalkan dan entah bagai mana keadaan nya sekarang ini.

"Ma-maaf kan aku Dif-

"Cukup !!" Sadifa menyentak, memotong ucapan Fahri suami nya.

Menarik nafas yang terasa begitu perih di dalam dada nya, tubuh nya pun gemetar. Ingin Sadifa membenci laki-laki yang ada di hadapan nya saat ini, tapi hati tak bisa memungkiri bahwa dia tidak akan bisa melakukan itu.

Semua sudah terjadi, mau semarah apa pun dia pada suami nya itu semua tidak akan bisa merubah keadaan. Semua nya akan tetap sama.

"Sayang, maaf kan aku." Fahri kembali membuka suara nya. "Aku salah, aku egois aku bikin kamu menderita seperti ini." Laki-laki itu berucap dengan suara gemetar. Rasa penyesalan benar-benar telah bersemayam dalam diri nya. "Aku melakukan ini semua, karena aku gak rela kamu menikah sama laki-laki lain." Imbuh Fahri yang kembali menjelaskan untuk yang kesekian kali nya.