BAB 20

Halooo

Happy reading gengs !!!

_____

Apa kabar dirinya ???

Jika boleh berkata jujur, sampai saat ini Anan masih tak bisa melupakan sosok wanita itu. Wanita yang dia cintai sampai saat ini. Entah mengapa wanita itu bisa memenuhi hati nya hingga tak mempunyai ruang kosong lagi.

Anan masih sering teringat dirinya, bayangan sosok wanita itu masih menghantui hari-hari nya. Sakit memang, bagaimana pun kehancuran yang dia rasakan tetapi dia tak bisa jika harus membenci wanita itu.

Seketika semua kenangan kenangan indah bersama wanita itu kembali ke dalam ingatan nya, hari-hari nya begitu penuh warna bersama nya. Anan benar-benar bahagia kala itu.

Ia kembali tersenyum,

Itu dulu, meski kebahagiaan nya terasa nyata bagi dirinya, namun ternyata semua itu ada kebohongan di dalam nya. Yang nyata nya wanita itu tak mencintai nya, wanita itu ada bersama nya, memberikan kebahagiaan untuk nya tapi hati nya kepada orang lain.

Ya, dia terpaksa atas semua itu.

Ingin Anan membenci semua itu, terlebih kepada Sadifa yang mengkhianati nya. Tapi semakin Anan berusaha membenci justru semakin dia tidak bisa melupakan nya. Sulit untuk nya menepis jauh-jauh bayangan wanita itu. Itu kenapa Anan melampiaskan ke hancuran nya kala itu hingga saat ini dengan bermabuk-mabukan, menghabiskan berbotol-botol minuman alkohol yang seketika bisa membuat nya lupa akan perempuan itu, bermain-main dengan para wanita berharap bisa membunuh perasaan nya terhadap Sadifa, tapi tetap saja ia tak mampu.

Mengingat ucapan mama nya tadi, hidup dengan benar, menikah, mempunyai anak dan hidup bahagia. Bukan ia tak menginginkan itu. Tapi mengingat betapa bahagia nya ia dulu yang sibuk mempersiapkan pernikahan nya, satu langkah lagi hanya tinggal menyebut janji sehidup semati bersama wanita pujaan nya, tetapi di hari bahagia yang ia tunggu-tunggu justru malah menjadi hari kehancuran bagi diri nya.

Ia tak lagi percaya pada seorang wanita, ia tak percaya kata-kata cinta. Apa lagi tentang bahagia nya sebuah hubungan di dalam pernikahan.

"Mas Anan." Suara mbak Tina asisten rumah tangga di rumah itu membuyarkan lamunan nya.

"Dipanggil Bapak sama Ibuk mas di kamar nya." Mbak Tina menyampaikan maksud nya.

Anan hanya mengangguk meng-iya kan ucapan mbak Tina.

Cklek,

Anan membuka handle pintu kamar orang tua nya, pak Adam yang duduk di kursi, dan Bu Maria yang duduk sambil bersandar di sandaran kepala ranjang nya.

"Manggil Anan ??" Laki-laki itu bertanya di ambang pintu sebelum ia masuk ke dalam kamar.

"Kemari Nak." Lirih Bu Maria dengan suara yang masih sangat lemah. "Duduk sini." Ucap Bu Maria menepuk tepian ranjang agar putra nya itu duduk di sebelah nya.

"Ada apa ma ??" Perasaan laki-laki itu tak enak. Seperti akan ada sesuatu yang ingin di sampaikan oleh papa dan mama nya itu.

Lalu dengan pelan-pelan Bu Maria dan juga pak Adam menyampaikan maksud mereka yang akan menjodohkan Anan putra mereka itu dengan seorang wanita anak dari salah satu teman pak Adam yang berada di luar kota.

"Tapi ma.." Anan ragu, lebih tepat nya ia menolak.

Tangan Bu Maria terangkat menyentuh pundak Anan. Ia mengusap nya lembut di sana. "Coba dulu sayang, buka hati kamu."

"Iya Nan, coba aja dulu. Siapa tau cocok. Jangan terus menerus berlarut dalam kehancuran 8 tahun lalu sampe sekarang." Pak Adam menyahuti. "Kamu sendiri yang rugi." Imbuh laki-laki paru baya itu.

Ya, mereka tak memaksa. Mereka hanya ingin putra nya itu membuka hati nya kembali, membangunkan nya yang terjatuh selama itu. Pak Adam dan Bu Maria secara halus dan pelan-pelan berbicara pada Anan putra nya itu, karena laki-laki itu adalah sosok yang tak bisa di kasari. Mereka pun kian ikut hancur melihat anak satu-satu nya mereka terus terpuruk sampai saat ini. Mereka cukup mengerti akan Anan putra mereka, karena itu pak Adam dan Bu Maria terus berusaha bagai mana cara untuk mengembalikan sosok Anan Malik yang seperti dulu.