BAB 18

Holaaa Aku datang 😃😃😃

Selamat membaca 🤗

_____

Melajukan mobil nya dengan kecepatan tinggi, Anan masih belum juga bisa menenangkan pikiran nya. Semati apa pun perasaan nya saat ini, ia tak bisa untuk tak perduli pada orang tua nya terlebih pada mama nya itu.

Menepikan mobil nya di pinggiran jalan tepat di depan rumah nya, Anan buru-buru membuka sendiri pintu gerbang rumah nya yang menjulang tinggi tanpa meminta bantuan pak Dodi satpam rumah itu.

"Loh mas Anan..." Sapa Pak Dodi melihat Anan yang tak biasanya pulang di jam 11 siang seperti ini. "Kenapa gak panggil bapak mas ??" imbuh laki-laki yang usia nya mungkin sebaya dengan pak Adam papa Anan.

"Pak, tolong masukin mobil saya !" Anan berkata sambil menyerahkan kunci mobil nya pada pak Dodi. Lalu tanpa banyak bicara lagi Anan langsung berlari kecil memasuki rumah nya.

"Baik mas." Jawab pak Dodi yang merasa heran dengan sikap anak majikan nya itu. Pasal nya, jarang sekali Anan pulang ke rumah, dia sudah seperti orang asing di rumah itu yang tak pernah pulang, apa lagi di siang hari seperti ini. Terlebih lagi yang membuat pak Dodi terheran-heran tadi laki-laki itu mengeluarkan suara berbicara pada nya setelah sekian tahun ia seperti orang bisu. Dan... apa ? meminta tolong pula !.

Ah... ya sudah lah.

Anan melangkah kan kaki nya tergesa-gesa menaiki anak tangga satu persatu untuk menuju kamar sang mama.

Cklek, suara handle pintu di buka, dan pandangan pertama kali yang ia tangkap adalah sosok mama Maria yang terbaring di atas ranjang memejamkan mata nya.

Anan terdiam berdiri di ambang pintu, lalu perlahan ia berjalan mendekati ranjang. Begitu pucat wajah mama nya itu. Ia duduk di tepian ranjang di samping sang mama. Disentuh dan di genggam tangan mama nya yang terasa begitu dingin.

"Ngapain kamu pulang !!" Ucap pak Adam yang berdiri di ambang pintu.

Sontak Anan mengangkat wajah nya ke arah sumber suara. Anan menatap pak Adam sebentar lalu kembali menatap wajah Bu Maria.

"Urusin aja kesibukan sama dunia kamu itu !!" Suara pak Adam kembali terdengar.

"Anan... Anan..." Bu Maria kembali mengigau memanggil nama Anan.

Tangan Anan terangkat menyentuh kening Bu Maria. Ia mengusap nya lembut di sana. "Mama, ini Anan ma." Anan berucap di samping telinga Bu Maria. "Maafin Anan ma." lirih laki-laki itu.

Tak sadar juga, Bu Maria terus memanggil-manggil nama Anan tanpa membuka mata nya.

"Mama, ini Anan. Anan pulang ma." Lirih Anan lagi. Yang ternyata berhasil membuat Bu Maria membuka mata nya.

"A-Anan..." Ucap Bu Maria dengan gemetar. Ia mengerjapkan mata nya seolah tak percaya dengan apa yang di lihat nya itu.

"Anan..." Ia mengulangi ucapan nya.

Anan mengangguk. Membenarkan apa yang Bu Maria lihat. "Iya ma, ini Anan."

Bu Maria masih tak percaya ini, mungkin dia terlalu bahagia bisa melihat putra kesayangannya ada di hadapan nya, menggenggam tangan nya dan menemani diri nya. Bu Maria terlalu rindu saat hari-hari hangat bersama dengan putra semata wayangnya itu.

"Sayang." Bu Maria menyentuh wajah Anan, ia membelai nya lembut di sana. Wajah yang dulu selalu bersinar, mata hitam yang terlihat selalu segar, bibir nya yang selalu mengulas senyuman. Tapi selama 8 tahun belakangan ini tak pernah lagi Bu Maria melihat nya. Ia begitu rindu sosok Anan yang dulu.

"Mama, kenapa nangis." Tanya Anan yang melihat mama nya itu menjatuhkan air mata nya.

"Mama kangen nak, mama bahagia kamu ada disini temenin mama."

Ya, hanya sesederhana itu kebahagian wanita paru baya itu. Bisa melihat wajah putra nya dan memeluk nya bagai tersuntik obat sehat pada tubuh nya dalam sekejap.