Happy reading !
*****
Sadifa benar-benar bingung. Apa yang harus dia lakukan. Apa lagi dia tahu bahwa Anan adalah sosok laki-laki yang nekat. Dia pasti akan melakukan segala cara untuk tetap mempertahankan apa yang dia miliki saat ini.
"Sayang..." Lirih Anan.
"Tolong antar kan aku pulang." Pinta Sadifa pada Anan. Merasa tertekan yang kini gadis itu rasakan.
"Tapi sayang kita belum saja memakan apa pun."Jawab Anan yang mencoba kembali meraih tangan Sadifa, tapi perempuan itu sudah bangkit berdiri dari kursi nya.
"Aku lelah Nan, aku ingin pulang." Tutur nya lagi.
Mendengar kata lelah dari kekasih nya itu, Anan tidak mampu lagi untuk menahan nya. "Baiklah, kita pulang." Ujar Anan mengalah.
Di dalam mobil. Hening tanpa suara sedikit pun. Apa lagi Sadifa, gadis itu lebih terlihat murung saat dia mengetahui bahwa Anan akan segera menikahi nya.
Bukan tak ingin menikah. Tetapi lebih tepat nya Sadifa menginginkan pernikahan yang sama-sama di dasari oleh rasa cinta. Dia ingin menikah dengan orang yang dia cinta dan juga mencintai nya.
"Sayang..." panggil Anan sambil menyentuh pipi Sadifa dan mengusap nya lembut. "Kamu kenapa ? kok diem aja dari tadi ?" tanya nya, yang melihat gadis nya itu tak bersuara sedikit pun.
"Gak papa kok !!" jawab nya cepat.
"Kenapa ? aku tau ada yang kamu pikirin..!" Ucap Anan menerka-nerka.
"Gak ada kok !" sahut nya lagi.
Tak lama, akhir nya mereka sampai di depan rumah Sadifa yang terlihat sederhana. Sangat jauh berbeda jika di bandingkan dengan rumah nya dulu yang sudah seperti istana.
Sadifa membuka pintu mobil dan keluar tanpa berkata apa pun lagi kepada Anan.
"Sayang tunggu !!" Ujar Anan sambil berlari kecil untuk mengejar Sadifa yang sudah berjalan menuju rumah nya.
Gadis itu terhenti, membalikkan tubuh nya lagi ke belakang. Lalu ia menundukkan kepala nya seperti tak ingin melihat wajah kekasih nya itu.
"Apa aku punya salah ??" Tanya Anan, ia sedikit sedih yang melihat perubahan sikap Sadifa pada nya.
"Tidak ada !"
"Tapi kenapa kamu tiba-tiba diem aja sih ??" Ujar nya. Laki-laki itu tak bisa menerima sikap dingin Sadifa saat ini pada nya.
"Nan, aku capek ! mending sekarang kamu pulang aja deh !" Ketus Sadifa pada laki-laki itu.
"Sayang... aku.."
"Udah ya, aku mau istirahat !!" Kecam nya yang berlangsung pergi meninggalkan Anan sendiri.
Ia membuka pintu nya dengan terburu-buru dan menutup nya kembali, tak lupa ia mengunci nya. Sadifa terdiam dengan bersandar di pintu rumah nya. Tak terasa air mata nya seketika terjatuh membasahi ke dua pipi nya. Dia menangis di sana.
Sungguh ini berat bagi Sadifa. Dia tidak bisa membohongi perasaan nya sendiri.
Bahkan sampai saat ini, aku belum bisa mencintai nya. Batin Sadifa dalam hati.
"Difa, kau sudah pulang." sapa Herdian yang tak lain adalah ayah Sadifa.
Buru-buru Sadifa menghapus air mata nya. "Ayah, kenapa belum tidur ??" Tanya Sadifa menghampiri sang ayah yang duduk di kursi roda. Ia kemudian berlutut di samping ayah nya.
"Ada apa ? kenapa kamu nangis nak ??" Perasaan seorang ayah itu sangat peka terhadap putri nya.
"Tidak apa-apa yah." Ia mencoba menyembunyikan dari ayah nya.
"Kamu mau menutupi nya dari ayah, tapi ayah tau Difa." Ucap nya sambil menyentuh pipi putri semata wayang nya itu. "Ada apa ??" tanya nya lagi.
Gadis itu akhir nya kembali menjatuh kan air mata nya. Ia tidak tahan lagi. Harus kepada siapa ia membagi beban yang dia rasakan jika bukan kepada ayah nya.
Sadifa adalah gadis yang pendiam. Tidak banyak tingkah, lugu dan suka menyendiri. Pernah hidup mewah dan memiliki segala nya tidak membuat Sadifa hidup yang berfoya-foya. Menghambur-hamburkan uang milik orang tua nya. Ia adalah seorang gadis yang cerdas. Selama sekolah dia selalu mendapatkan juara. Tapi dia tidak memiliki banyak teman, ia lebih suka menyendiri dan menghabis kan waktu nya hanya untuk belajar.
Gadis itu kembali menunduk, dengan air mata yang membanjiri pipi nya.
Hiks..hiks.. Isak tangis Sadifa.
Seorang ayah itu, meski tak bisa lagi berbuat banyak. Bahkan bisa dikatakan hidup nya sekarang hanya bergantung kepada putri semata wayang nya. Sakit-sakitan membuat Herdian hanya berdiam diri di rumah dengan kursi roda sebagai penopang kemana dia akan berjalan.
Tetapi semua itu tidak membuat Herdian melepaskan putri nya begitu saja. "Ada apa Difa, apa ada yang menyakiti mu ??" Ucap Herdian menerka.
Gadis itu menggeleng. Tidak membenarkan ucapan ayah nya.
"Lalu ??"
Sadifa mengangkat wajah nya. Mencoba mengusap air mata dengan punggung tangan nya. "Anan yah !!" ucapan nya terhenti.
"Ada apa dengan Anan ??" tanya Herdian merasa penasaran. Tidak mungkin kan laki-laki itu menyakiti putri nya. Apa lagi Herdian tau bahwa laki-laki itu sangat mencintai Sadifa putri nya.
Menarik nafas, lalu membuang nya perlahan. "Anan melamar ku tadi yah, dan secepatnya dia akan menikahi ku." Titah nya dengan suara gemetar menahan tangis.
Herdian terkejut. Bukan masalah apa apa. Tapi keluarga Anan adalah keluarga yang terpandang. Sedangkan dirinya dan juga Sadifa sekarang bukan lah siapa-siapa. Jatuh bangkrut membuat Herdian tak lagi di pandang oleh siapa pun.
"Lalu kenapa kau menangis ??" tanya laki-laki paruh baya itu.
"Yah, menerima nya sebagai kekasih ku saja aku terpaksa." Sadifa menjeda ucapan nya sebentar sambil mengusap air mata yang lagi-lagi membasahi pipi nya. "Aku gak bisa membohongi perasaan ku yah, aku tidak bisa mencintai Anan sampai saat ini." jelas nya. Akhir nya gadis itu menumpahkan apa yang dia pendam selama berapa bulan ini.
Herdian mengerti. Bahwa putri nya itu penuh dengan keterpaksaan atas semua ini. Atas hubungan yang dia jalani dengan seorang Anan Malik yang terjalin beberapa bulan belakangan ini.
Dia merasa bersalah pada sadifa anak nya. Demi diri nya lah, gadis itu rela mengorban kan perasaan nya untuk berpura-pura mencintai orang lain.
Bukan karena uang. Melainkan laki-laki itu lah yang selalu memaksa kehendak nya sendiri. Dengan menolong nya membantu melunasi biaya rumah sakit ayah nya, dengan menukar perasaan Sadifa yang harus menerima Anan sebagai kekasih nya. Sedangkan Sadifa adalah orang yang paling tidak bisa berhutang Budi pada siapa pun.
"Difa, jika kau tidak mencintai Anan. Kenapa kau dari awal tidak menolak nya." tutur herdian yang merasa sangat bersalah.
Lagi-lagi Sadifa menggelengkan kepala menjawab ucapan ayah nya itu.
"Maaf kan ayah Difa." Suara Herdian bergetar. Ia tidak bisa menahan air mata nya melihat putri nya itu menderita karena nya.
*****
Like, komen, vote yah 🙏😍
semoga selalu suka 😍😍😍
❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
👑Bry|ᵇᵒˢˢ࿐💣
sadifah sudah salah di awal, kl ga cinta knp dia terima apapun itu alasannya. terlebih krn hutang Budi.
2022-09-28
1
Rosmawati Intan
kamu yg salah. difa...mrmberi harpn sama adnan.sedang.kan.kmu tak mencintai nya..
nnti adnan ajan brfkiran yg kmu hya memperguna jan nya..pada hakikat nya tdk ...lagi pun mengapa menghrp sesuatu yg tak pasti...sma kekasih mu ..
2022-07-04
0
Budiwati
😘😘
2022-06-18
0