Sid memasuki gudang, ia disambut oleh debu yang berterbangan bebas di dalam gudang itu. Dia mengenakan masker yang berada di dalam sakunya. Lampu ruangan dinyalakan. Matanya bergerak menyapu berbagai benda usang daj tua yang sudah tidak digunakan, tapi memiliki banyak kenangan.
Pria itu melangkah menuju sebuah lemari yang menyandar ke dinding, ia membukanya. Didalamnya terdapat sebuah saxophone, baju-baju wanita dan juga beberapa sepatu wanita.
Sid mengeluarkan seluruh isi lemari itu, lalu membawanya dengan sebuah keranjang menuju halaman belakang rumahnya.
Semua barang-barang itu sudah tersimpan di gudang selama tiga tahun. Dalam barang-barang itu banyak kenangan, dan terlalu banyak luka. Sid mengangkat kepala tinggi-tinggi, berjuang agar tak setetes pun air mata yang jatuh dari matanya.
Sejak kecil, ia suka memainkan berbagai macam alat musik. Dia sering memainkannya di kafe milik ayahnya.
Lalu pada saat menjelang dewasa, ia bertemu sosok wanita yang cerewet dan cantik, bernama Kanaya. Wanita itu satu-satunya sosok yang berhasil mencuri hatinya, membawa pergi, dan sampai saat ini belum mengembalikannya. Membiarkan Sid menjelma jadi manusia tanpa hati.
Sungguh egois, wanita itu. Memasung Sid dengan cinta yang teramat besar. Sampai-sampai ia tak mampu membebaskan diri dari ikatan cinta yang diciptakannya sendiri. Tidak mengizinkan Sid merasakan cinta lagi, dia sendiri memilih berdiri di sisi pria lain.
Flashback on
"Naya, aku datang! Kau dimana?" Sid melangkah memasuki apartemen Kanaya, wanita yang sedang menjadi pemilik hatinya.
Sid merasa heran, lantaran apartemen Kanaya berada dalam keadaan yang gelap gulita.
"Kanaya? Kau dimana? Aku datang! Lihat, aku sudah menepati janjiku. Kau pasti ingin mengejutkanku, kan? Jangan bercanda! Aku sudah sangat merindukanmu, jangan bersembunyi, Naya!" Sid menghidupkan lampu ruangan itu, tapi tidak ada siapa-siapa di dalamnya.
Hanya satu ruangan yang belum Sid masuki, yaitu kamar Kanaya sendiri.
Ia berjalan menuju kamar itu, langkah demi langkah, Sid merasa dadanya begitu sesak tidak tahu apa sebabnya.
Pada saat di dekat pintu, ia mendengar suara yang sangat aneh dari dalam kamar Kanaya.
"Ssshhh... Lagi, sayang! Ayo cepatlah! Kau memang hebat, kau bisa memberikan apa yang tidak dia berikan!" Sid mengenal suara itu, suara Kanaya kekasihnya.
"Tunggu, sayang! Kau ini, tidak sabar sekali ya?" Suara kedua, suara seorang pria yang tidak Sid kenali.
Amarah mulai memenuhi hatinya dan memuncak di dalam kepalanya. Tapi Sid masih berdiri disana, menguping dua suara yang masih berbicara di balik pintu itu.
"Aaahh, ssshh... Sayaaangg..." Hati Sid bertambah panas, mendengar suara itu. Ia membuka pintu itu perlahan, pada saat terbuka kamar itu gelap, lalu Sid menyalakan lampu kamar itu.
Kedua orang yang berada di dalam kamar itu membuat mata Sid membelalak.
"Siddharth!" Ucap Kanaya dengan wajah terkejut.
Tubuh mulus Kanaya yang tidak memakai pakaian terekspos dengan jelas, posisinya masih berada di atas tubuh seorang pria yang tidak dikenali Sid. Dengan alat vit*l yang masih menyatu.
"Lanjutkan saja! Terima kasih, Naya kau sudah menunjukkan hal yang sangat besar padaku!" Sid keluar dari kamar itu dengan wajah merah, menahan kemarahan dan kepedihan hatinya.
Bagaimana tidak? Wanita yang sudah empat tahun berada di hatinya, ternyata tega mengkhianatinya, bahkan ia ternyata berbuat hal yang menjijikkan dengan pria lain.
Kanaya buru-buru melepaskan tubuhnya dari pria itu, dan memakai handuk yang sudah tersedia di samping tempat tidurnya. Lalu ia berlari menyusul Sid yang baru ingin keluar dari apartemennya.
"Siddharth, tunggu!" Langkah Sid terhenti.
"Sid, maaf. Aku..."
"Tidak, Kanaya. Aku minta maaf telah berani mengganggu kegiatanmu dan telah berani masuk kamarmu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu!"
"Tidak Sid. Aku khilaf!" Kanaya memeluk Sid, sedangkan Sid langsung mendorong tubuh Kanaya.
"Jangan menyentuhku, apalagi memelukku dengan tubuh dan tanganmu yang menjijikkan itu! Cukup, kita akhiri saja sampai disini! Kita selesai, Kanaya! Kita tidak punya hubungan dan ikatan apapun lagi!" Sid keluar dari apartemen itu dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.
Dia memang seorang laki-laki, tapi apa yang dilihatnya sangat membuatnya bersedih. Selama ini dia selalu menjaga hati dan dirinya untuk Kanaya. Tapi, Kanaya malah mengkhianatinya dengan pria lain.
Sid melangkah pergi meninggalkan apartemen itu dengan hati yang sangat kecewa dan penuh kemarahan.
Sementara Kanaya menangis, menyesali kelakuannya sendiri.
"Sid...!" Lirih Kanaya.
"Cukup, Kanaya! Jangan menangis, masih ada aku untukmu. Ayo kita lanjutkan lagi!" Ajak pria yang tadi bersama Kanaya di dalam kamarnya.
"Tidak, Rey! Seharusnya kita tidak melakukan ini!" Kanaya menepis tangan Rey yang menarik tangannya.
"Kanaya, percuma! Kau tidak akan bisa kembali bersamanya, bahkan kau adalah keluarga dari pembunuh ibunya! Suatu saat, jika dia mengingat kembali semua ingatannya, dia tidak akan mau bersamamu!" Ujar pria bernama Rey itu.
Flashback off
Sid membawa barang-barang Kanaya menuju tong sampah, lalu memasukkannya dan membakar barang-barang itu.
"Selamat tinggal Kanaya, hari ini aku akan melepasmu! Tidak akan ada lagi kau dan seluruh kenanganmu dalam hidupku, semoga dengan melepasmu beban berat di hatiku yang aku simpan selama ini, pergi bersama dengan kenanganmu." Ucap Sid sambil menatap barang-barang Kanaya yang sudah hampir habis terbakar.
Sid berbalik, meninggalkan tempat itu dengan seulas senyum tersungging di bibirnya.
Langkahnya terhenti, ketika tepat di hadapannya Deva sedang tersenyum menatapnya.
"Sid, ayah bangga padamu hari ini. Kuatkanlah hatimu, lupakanlah Kanaya. Dan..." Berhenti sejenak.
"Dan apa, ayah?" Sid mengerutkan keningnya bingung.
"Dapatkanlah Kirana." Sid tercengang, bagaimana bisa Deva mengetahui tentang Kirana?
"Ayah, bagaimana bisa ayah..."
"Bagaimana bisa ayah tahu tentang Kiran? Paman Dendi yang memberitahu ayah, bahwa Kirana putri dari bibi Rhea bekerja di perusahaanmu." Potong Deva.
"Maksud ayah? Kiran itu?" Sid kembali kebingungan.
"Kiran putri bibi Rhea, teman masa kecilmu. Kau pasti tidak akan ingat, tapi suatu saat kau akan mengingatnya." Ujar Deva sambil menepuk bahu Sid.
"Tapi namanya saja berbeda, bagaimana bisa dia putri keluarga Adiwijaya?"
"Namanya Kirana Adiwijaya, tapi Kirana Putri Farella adalah nama yang diberikan mendiang ayahnya." Ucap Deva sambil berbalik meninggalkan Sid yang masih berdiri terpaku disana.
"Lagipula, aku tidak mengingatnya. Dan saat ini aku tidak ingin mengenal cinta dulu, aku akan memusatkan perhatianku untuk mencari pembunuh bunda." Gumam Sid sambil menyusul ayahnya yang sudah memasuki rumahnya.
Sid memang tidak serumah dengan ayahnya, semenjak ia meneruskan bisnis perusahaan Deva, ia sudah membeli rumahnya sendiri dengan lokasi yang cukup jauh dari rumah ayahnya.
Sejak kepergian Aisha, ibunya, Sid menjadi anak yang sangat pemberani dan mandiri. Bahkan sebagian sifatnya menurun dari ibunya yang lemah lembut, hingga sebuah kejadian dalam kehidupan percintaannya membuat Sid menjelma jadi manusia tanpa hati.
Bersambung...
Sebelumnya, author mau minta sedikit dukungan lagi dari kalian, jangan lupa Like dan Vote ya... Agar karya ini bisa terus berlanjut sampai episode terakhir. Terima kasih ya buat yang selalu setia membaca karya ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Ellsyfa
lanjut
2022-10-01
0
Sunarti
waaah
2021-02-26
0
A.0122
wah keluarga kanaya pembunuh bunda sid dan kiran sahabat masa kecil sid yg terlupakan
2021-02-17
2