"Mana Sid? Kenapa lama sekali?" Sebuah suara kemayu menyapa. Eri.
"Masih di ruangan ganti, pak. Sebentar saya akan memanggilnya dulu."
"Acaranya sudah dimulai. Sid tampil untuk pembuka. Tolong katakan padanya untuk cepat naik ke panggung!" Wajah Eri cemas.
Sebelum Kiran sempat menyusul, Sid sudah berdiri di sampingnya. Dia membawa sebuah gitar berwarna cokelat. Kiran mengamatinya. Sid mengenakan sepatu tali berwarna abu, dipadukan dengan celana jeans hitam. Kaos merah melekat manis di tubuhnya yang gagah, dilapisi jaket kulit berwarna hitam, senada dengan celananya.
"Kenapa melihatku seperti itu? Apa kau tidak memiliki pekerjaan lain?" Sid menatap lurus ke depan, ke bagian panggung. Ia sama sekali tak menoleh pada Kiran yang masih memandangnya penuh ke kaguman.
Tampan! Kau sangat tampan, tapi sayang hatimu tidak setampan wajahmu.
"Pak, kau tampan sekali malam ini." Kiran langsung menutup mulutnya dengan tangannya.
Mulut gila, bisa-bisanya kau memuji kakek lampir ini.
"Kapan aku tidak tampan?" Sid tiba-tiba berpaling menghadap Kiran, membuat gadis itu gelagapan.
"Sid, cepat! Acara sudah dimulai!" Eri tiba-tiba muncul. Dia menarik lengan Sid menuju belakang panggung. Kiran berkeliling, memastikan persiapan SAR E-Group.
Setelah itu, ia duduk di sebuah kursi bagian depan. Semua tempat sudah hampir terisi.
Sebuah tirai bergerak turun, menutupi panggung. Beberapa detik kemudian, tirai itu membuka kembali. Sebuah lampu sorot tertuju ke panggung, menyinari sesosok tubuh. Kiran mencondongkan tubuh ke depan, memerhatikan seseorang yang berdiri di tengah panggung.
Sid berdiri sempurna. Kedua lengannya memegang gitar dengan penuh perasaan. Jemarinya mulai memetik senar gitar.
Bibir Sid membuka, mengalunkan nyanyian merdu.
*Aku mengerti
Perjalanan hidup yang kini kau lalui
Ku berharap
Meski berat, kau tak merasa sendiri
Kau telah berjuang
Menaklukkan hari-harimu yang tak mudah
Biar ku menemanimu
Membasuh lelahmu
Izinkan kulukis senja
Mengukir namamu di sana
Mendengar kamu bercerita
Menangis, tertawa
Biar kulukis malam
Bawa kamu bintang-bintang
'Tuk temanimu yang terluka
Hingga kau bahagia
Aku di sini
Walau letih, coba lagi, jangan berhenti
Ku berharap
Meski berat, kau tak merasa sendiri
Kau telah berjuang
Menaklukkan hari-harimu yang tak indah
Biar ku menemanimu
Membasuh lelahmu
Izinkan kulukis senja
Mengukir namamu di sana
Mendengar kamu bercerita
Menangis, tertawa
Biar kulukis malam
Bawa kamu bintang-bintang
'Tuk temanimu yang terluka
Hingga kau bahagia, haa-haa
Haa-haa
Izinkan kulukis senja
Mengukir namamu di sana
Mendengar kamu bercerita
Menangis, tertawa
Biar kulukis malam
Bawa kamu bintang-bintang
'Tuk temanimu yang terluka
Hingga kau bahagia
'Tuk temanimu yang terluka
Hingga kau bahagia*
Sid menyanyikan lagu Melukis Senja yang dinyanyikan oleh Budi Doremi.
Setelah selesai, semua orang bertepuk tangan untuk Sid. Saat hendak turun dari panggung, tiba-tiba Eri menahannya.
"Sid, aku mohon kali ini kabulkan keinginanku!"
"Apalagi?" Ketus Sid.
"Mainkan saxophone!"
"Tidak!" Jawab sid dengan nada dingin.
"Aku mohon!" Pinta Eri dengan wajah memelas.
"Baiklah." Sid mengambil sebuah saxophone yang dibawa Eri, lalu kembali naik ke panggung.
Sebuah Clip on sudah terlait di kerah jaket kulitnya. Kedua lengannya menggenggam alat musik itu dengan penuh perasaan.
Bibir Sid kembali terbuka, mengalunkan nyanyian yang merdu lagi.
*I do swear that I'll always be there
I'd give anything
"From this moment*." Kiran menggumam. Lagu Shania Twain ini merupakan lagu kesukaannya.
And everything
And I will always care
Through weakness and strength, happiness and sorrow
For better, for worse, I will love you
With every bear of my heart
Seorang wanita berjalan mendekat. Tapi, karena tak mendapat kursi kosong lagi, dia berdiri di samping Kiran. Kiran meliriknya sekilas. Cantik, wajahnya putih bersih. Dia mengenakan kemeja biru dengan rok katun warna navy.
Sid meniup saxophone. Lembut, teratur, tetapi menyiratkan sebuah kekuatan. Kekuatan cinta. Saat masuk ke bagian reffrain, Kiran merasa terbawa suasana. Sid sangat serasi dengan alat musik itu.
Sesekali dia menunduk, terkadang menengadah dengan posisi alat musik berada di atas tubuhnya.
Sangat mengagumkan. Sid benar-benar ahli dengan alat musik tiup itu.
Sid menghentikan permainannya, lalu kembali bernyanyi.
From this moment
As long as i live i will love you
I promise you this
There is nothing i wouldn't give
From this moment on
Secara tiba-tiba, Sid beralih lagi pada alat musiknya. Kembali menyatu dan bercinta untuk menyuarakan kekuatan perasaan. Kiran menahan napas. Akhirnya, tiupan itu mulai melemah dan semakin lirih.
From this moment on...
Sid menyelesaikan baris terakhir lagu itu, lalu hening. Sedetik kemudian, terdengar gemuruh tepuk tangan memenuhi atrium. Kiran berdiri dan bertepuk tangan dengan keras.
Tanpa sadar, air mata mengaliri wajahnya. Entah apa yang menjadi penyebabnya, tapi dia merasa ada ikatan gaib antara lagu itu dengan Sid. Sesuatu yang sulit dijabarkan. Sesuatu itu seperti... Luka.
Tirai tertutup, lalu selanjutnya kembali terbuka dan menampilkan sebuah band. Kiran berjalan menuju ke belakang panggung, ia melihat Sid sudah mengganti bajunya dan mengemasi gitarnya. Kiran berdiri di sisinya.
"Jangan melihatku seperti itu, kau seperti ingin melamarku saja! Risih!." Semprot Sid, galak.
"Pak, permainan anda sangat luar biasa. Membuatku sangat terharu." Kiran mengaku.
"Kiran, Kiran. Melankolis sekali kau ini. Jadi perempuan itu harus kuat, jangan sampai kau diremehkan laki-laki!" Sid menutup tas gitarnya.
"Saya rasa anda berjodoh dengan Saxophone itu. Sangat cocok."
"Berjodoh? Maksudmu aku harus menikahi alat musik itu? Begitu?! Aneh!"
Kiran sudah akan berbicara lagi, ketika dia merasa seseorang mendekat. Sid mendongak, lalu berdiri.
"Sid, apa kabar?" Sapa suara lembut khas perempuan itu.
Kiran terkesiap, wanita itu adalah wanita yang tadi berdiri di sampingnya, yang menikmati permainan Sid dengan sepenuh hati.
Siapa wanita ini? Dia sepertinya mengenal pak Sid? Apa jangan-jangan dia kekasih pak Sid?
Hati Kiran tiba-tiba saja merasakan sakit, entah apa penyebabnya.
Hei, kenapa aku sedih? Memangnya kenapa jika dia kekasihnya pak Sid?
Kiran berdiri mematung. Telapak kakinya seolah terpaku ke lantai. Kiran memutar kepala, menatap Sid. Pria itu berdiri tegak, dengan ekspresi sedingin es. Pun, saat wanita itu berjalan menghampiri.
"Sid, aku merindukanmu. Sangat merindukanmu." Ucap wanita itu lirih.
Deg...
Kiran merasa hatinya begitu sedih, mendengar kata-kata wanita itu.
Wajah wanita itu tampak menderita, seperti tengah menggendong seluruh beban dunia.
"Sorry, aku harus pergi! Ayo Kiran!" Sid menarik tangan Kiran dengan salah satu tangannya dan tangan lainnya meraih gitarnya, dan beranjak.
Sebelum dia sempat menjauh, wanita itu meraih lengannya yang memegang gitar dan menyentakkannya tiba-tiba, hingga tubuh Sid berbalik dan berdiri persis di hadapannya begitu juga dengan Kiran ikut berbalik.
Bersambung...
Jangan lupa like ya... like gratis kok 😊😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Zee Ka
mantan y sid yg membunuh bunda y sid
2021-05-26
0
Sunarti
siapa dia..?
2021-02-26
1
Poeji Endhelya
Visual nya dong thor, 😘😘😘😘😘
2021-02-07
1