Air Mata Untuk Cinta

Mulut Mira menganga lebar ketika Aira mengantarkan Kiran pulang. Wajahnya kuyu, matanya sembab karena menangis.

"Kak Kiran kenapa?" Tanya Mira.

Aira menganggukkan kepalanya, mengisyaratkan agar Mira tidak banyak bertanya. Dia menggandeng Kiran menuju ke kamarnya.

"Kak Rian mana?"

Aira menganggukkan kepalanya lagi. Memaksa Mira untuk diam.

"Kiran, kau istiarahat ya? Besok aku datang lagi." Aira membantu Kiran berbaring di atas ranjang.

"Aira, terima kasih." Kiran meraih lengan Aira. "Maaf, tadi aku tidak mendengarkanmu."

"Tidak apa-apa. Tidak usah memikirkannya lagi. Kau istirahat saja. Besok aku akan kembali untuk membicarakan hal yang penting denganmu." Aira merapikan anak-anak rambut Kiran yang menutupi wajahnya.

"Aku pamit dulu. Mira, antar aku keluar." Aira menarik lengan Mira keluar dari kamar Kiran.

Kiran memejamkan matanya. Tidak untuk tidur, namun ingin memutar ulang kembali semua kejadian tadi di restoran. Makan malam yang harusnya romantis, menjadi akhir dari hubungan mereka.

Dia merasa terlalu naif memandang cinta. Dia selalu menjaga hatinya untuk Rian, tapi pria itu tidak mampu melakukan hal yang sama. Bahkan dia melecehkan sahabatnya. Bagaimana mungkin Rian bisa menjaga Kiran? Menjaga kesucian hati dan dirinya saja dia tidak mampu.

Cinta itu menyakitkan. Penuh lika. Tiba-tiba Kiran teringat ucapannya pada wanita yang menemui Sid tadi. Sungguh ironis. Dia menasihati orang lain tentang sakitnya cinta, dan kini dia mengalaminya sendiri.

...----------------...

Sid merasa gelisah, dia memikirkan kejadian tadi saat event berlangsung.

Wajah wanita itu membuatnya tidak bisa terlelap. Wanita yang 3 tahun lalu meninggalkannya demi laki-laki lain, dan wanita yang dia saksikan sendiri sedang tidur dengan pria lain.

"Setelah kau menyesal, mengapa kembali padaku? Dasar perempuan j*l*ng! Tidak tahu malu!" Gerutu Sid.

"Sid, kau belum tidur? Ini sudah larut malam!" Tiba-tiba Deva sudah berada di belakang Sid.

"Ayah, kau disini?" Deva mengangguk.

"Ada apa? Sepertinya sejak kau pulang dari eventmu itu, kau terlihat gelisah!" Deva menatap Sid penuh tanda tanya.

"Ayah, aku..." Sid tidak meneruskan ucapannya, karena ia tidak tahu harus mengatakan apa perihal kedatangan seseorang yang dulu berpengaruh besar dalam perasaannya.

"Ayah tahu, dia sudah kembali bukan? Dan dia memintamu untuk bersamanya dan menerimanya lagi?" Sid tercengang, karena Deva tahu segalanya.

"Ayah, kau tahu itu?"

"Tentu, di sekelilingmu selalu ada orang-orang yang ayah perintahkan untuk menjagamu. Dan mereka akan melaporkan apa saja yang dilihatnya."

"Hmmm..." Sid hanya berdeham sambil menunduk.

"Lupakanlah dia, Sid! Bukalah lembaran barumu, temukanlah wanita yang mencintaimu apa adanya, bukan ada apanya." Deva menasehati Sid.

"Ayah benar, tapi itu sangat tidak mudah." Deva merangkul Sid, dan membawanya duduk di sisi ranjang.

"Sid, ayah sudah mengalaminya. Hanya saja yang terjadi pada ayah bukan disengaja, melainkan takdir."

"Maksud ayah?" Tanya Sid tak mengerti.

"Ayah juga merasakan bagaimana rasanya ditinggalkan orang yang kita cintai. hanya bedanya, ibumu Aisha meninggalkan ayah karena Tuhan mengambilnya dari ayah, dan itulah cinta yang sebenarnya. Ibumu mencintai ayah hingga napas terakhirnya. Dan Kanaya meninggalkanmu dengan sengaja, demi uang, demi harta. Sid, ini adalah saran dari ayah, lupakanlah segalanya tentang Kanaya, mulailah hidup barumu! Carilah wanita seperti ibumu, yang bisa mencintaimu hingga napas terakhirnya." Sid menatap Deva dalam, pikirannya berusaha mencerna apa yang ayahnya katakan.

"Ayah benar, terima kasih ayah! Kau selalu bisa membuatku bangkit dalam situasi seperti ini." Sid memeluk ayahnya, Deva membalas pelukan putranya itu.

"Sudahlah, tidurlah! Ini sudah larut malam, besok kau harus ke bandara untuk menjemput Lakshmi juga!"

"Baiklah, ayah." Deva menepuk bahu Sid, lalu berlalu meninggalkannya.

...----------------...

Kiran memutuskan untuk tetap ke kantor, meskipun penampilannya terlihat sangat mengerikan. Matanya terlihat sembab dan bengkak, akibat menangis semalaman, wajahnyapun pucat karena tidak tidur.

"Kiran, kau kenapa? Apa kau sakit? Jika sakit tidak usah pergi bekerja." Rhea memegang kening putrinya memeriksa suhu tubuh Kiran.

"Aku tidak apa-apa, bu." Kiran mengunyah nasi goreng yang diberikan ibunya dengan sangat pelan.

"Tapi kau kelihatan sangat lemas."

"Tidak apa-apa bu. Di kantor sangat banyak pekerjaan. Ibu tenang saja, aku baik-baik saja." Kiran meyakinkan ibunya.

"Kerjaanmu sangat melelahkan?" Tanya Dendi.

"Ya, paman."

"Istirahat yang cukup, jangan memikirkan hal-hal yang tidak perlu dipikirkan."

"Ya."

Mira tidak berkata apa-apa. Hanya sesekali melirik dan mengamati Kiran.

"Mira, kenapa kau diam saja?" Goda Kiran, melihat Mira yang sejak tadi tak bersuara.

"Tidak seru menggoda orang yang sedang patah hati." Jawab Mira sambil lalu.

Kiran menggigit bibirnya. Ia menyesal membangunkan kucing yang sedang tidur. Mira tetap saja Mira, mulut tajamnya tidak mungkin diam walau sehari saja.

......................

"Batalkan seluruh jadwal pertemuan hari ini. Aku tidak ingin bertemu siapa-siapa!" Sid menghempaskan tubuhnya ke kursi. Kiran menangkap aura yang berbeda di raut wajah Sid. Kesenduan menggantung amat jelas.

"Ada lagi, pak?"

"Ada, belilah timun."

"Berapa kilo, pak?"

"Satu saja."

"Eh, untuk apa, pak?" Kiran menatap Sid bingung.

"Kau potong-potong dan taruh di matamu itu. Itu mata atau kantung kangguru?"

Kiran mengerjap-ngerjapkan matanya. Terasa perih dan bengkak.

"Begadang?"

"Iya, pak." Aku kiran.

"Kencan?"

Kiran menggigit bibirnya.

"Ada yang perlu saya bantu lagi, pak?"

"Kau bertengkar dengan kekasihmu?" Sid memandang Kiran. "Jangan terlalu naif memandang cinta, luka cinta itu menyakitkan!"

Kiran berlari menuju toilet.

...----------------...

Rian berjalan lesu di bandara, ia melirik kesana kemari dan menoleh ke belakang mencari sosok wanitayang sedari semalam ia harapkan kabarnya. Namun hasilnya nihil, Kiran tidak mengejarnya ataupun meneleponnya sama sekali.

Hatinya dipenuhi penyesalan, atas apa yang dia lakukan selama ini. Ia pun kembali menoleh ke belakang, tetap saja sosok Kiran tidak muncul disana. Dengan hati yang berat, ia melangkah memasuki pesawat untuk kembali ke Medan.

...----------------...

Kiran membanting pintu toilet. Sejak pagi ia sudah menahan air yang ingin keluar dari matanya, kini tanggul itu tak bisa menahan air matanya lagi. Dia butuh menangis, menangis dan menangis.

Air matanya membanjir seperti banjir yang datang tanpa pemberitahuan. Terasa begitu sakit, saat seseorang yang begitu kau cintai dengan sepenuh hati malah justru mempermainkanmu.

Pandangan Kiran mengabur, seiring dengan menghilangnya rasa cinta di hatinya untuk Rian.

Pintu toilet terbuka perlahan, menampilkan sosok pria tinggi yang masuk. Ia melipat tangannya di dada. Sama sekali tak mengucap apa-apa. Dia membiarkan Kiran menangis, menyesapi luka, membebaskannya menangis sepuasnya.

Kiran menoleh ke belakang, melihat Sid yang menatapnya dalam hening.

"Terserah, jika anda akan mengejek dan mengatai saya cengeng. Itu hak anda, jika anda tidak menyukai perempuan yang mudah menangis, itu urusan anda!"

"Kau menangis karena cinta?" Tanya Sid.

"Iya, cinta membuatku menangis. Cinta telah melukaiku dengan hunusan pedangnya yang sangat tajam. Kenapa? Ada masalah?" Semprot Kiran.

"Jangan bodoh, Kirana! Cinta tidak pantas ditangisi!" Sid memanggil Kiran dengan nama lengkapnya.

"Saya menangis karena saya memiliki perasaan. Mungkin anda laki-laki, hingga tidak perlu menangis jika anda terluka!"

"Hanya hal berharga yang pantas ditangisi. Dan cinta tidak termasuk!"

"Berapa kali harus saya bilang? Jika kita berbeda!" Suara Kiran meninggi. "Untukku, cinta adalah hal yang sangat penting! Dan pantas ditangisi!"

Sid mengangkat bahu. Kedua telapak tangannya berada di dalam saku celana.

"Kau terlalu naif memandang cinta!"

Bersambung...

Kiran udah mulai berani nih sama Sid, kapan ya mereka jatuh cinta? Ditunggu aja yaa....

Terpopuler

Comments

Ernadina 86

Ernadina 86

Aira yg lebih strong pdahal dia udah dilecehkan

2023-06-03

0

Rara_Octa

Rara_Octa

g dilaporin polisi gtu????

2023-01-20

0

Rara_Octa

Rara_Octa

kok menganggukkan kepa thor,,,harusny kan menggelangkan kepala..😬🙏

2023-01-20

0

lihat semua
Episodes
1 Pencarian Sekretaris Baru
2 Bekerja Dalam Tekanan
3 Lupa
4 Lupa 2
5 Air Mata Bukan Tanda Lemah
6 Kakek Lampir
7 Perselingkuhan Rian
8 Event Sid
9 Event Sid II
10 Wanita Misterius Sid?
11 Terbongkarnya Perselingkuhan Rian
12 Air Mata Untuk Cinta
13 Mabuk
14 Kotak Sabun
15 Pengkhianatan di Masa Lalu
16 Mabuk Lagi
17 Mencurahkan Isi Hati
18 Mencurahkan Isi Hati II
19 Hadiah Untuk Kiran
20 Datang Terlambat
21 Berkunjung ke Rumah Kiran
22 Hari Spesial
23 Berbeda
24 Bermulanya Tumbuh Cinta
25 Ikhsan Yang Malang
26 Diam-Diam Merindukan
27 Makan Siang Bersama
28 Cemburu
29 Ingin Dirimu
30 Menjodohkan Kiran dan Siddharth
31 Kedatangan Kanaya ke Kantor
32 Menyatakan Cinta
33 Tidak Jadi Pergi
34 Hari Pertama Menghabiskan Waktu Bersama
35 Taman Kenangan
36 Hari Terakhir Bersama
37 Kenangan Perpisahan
38 Pernikahan dan Keterkejutan Siddharth
39 Pernikahan
40 Kekacauan di Luar Gedung
41 Membuka Kado
42 Hukuman Untuk Kanaya
43 Gagal Menanam
44 Kiran Marah
45 Bulan Madu
46 Olahraga Pertama
47 Bersantai
48 Pulang
49 Mencari Ayah Deva
50 Akhir dari Kanaya
51 Ayah Deva Sadar
52 Sikap Aneh Kiran
53 Kiran Hamil?
54 Ngidam Tengah Malam
55 Mengabari Ibu Rhea
56 Perut Kiran Sakit
57 Pengumuman
58 Pendarahan
59 Terbongkar
60 Kiran Kerasukan?
61 Kiran Kerasukan? II
62 Ketegasan Siddharth
63 Ceraikan Aku!
64 Ingin Ke Rumah Ibu
65 Pembalasan Maya
66 Pelabuhan Ratu
67 Terlambat
68 Hati yang Saling Terikat
69 Siddharth Yang Rapuh
70 Usia Kehamilan ke Delapan Bulan
71 Proyek Wisata Pulau Terpencil
72 Bulan Ke Sembilan
73 Firasat Hati yang Kuat
74 Dipertemukan Kembali
75 Rumah Untuk Kakek Narja dan Nenek Anjum
76 Kelahiran Siddharth Junior
77 Siran Kallandra Adeva Rafandi
78 Donat Ditaburi Gula Pasir
79 Alasan Kepergian Rafa
80 Pulang
81 Peringatan Kematian Bunda Aisha
82 Pertumbuhan Baby Kal
83 Obrolan Pagi Hari
84 Jalan-jalan Berdua
85 Kiran Hamil Lagi?
86 Dua Embrio
87 Kebahagiaan Kiran dan Kesedihan Ami
88 Kerasnya Kehidupan
89 Memindahkan Rafa
90 Hukuman dari Siddharth
91 Kiran Shock Berat
92 Kemarahan Siddharth
93 Melihat Sosok Yang Telah Lama Tiada
94 Bunda Masih Hidup?
95 Pulang ke Rumah
96 Bahaya Yang Selalu Mengintai
97 Mengantar Ke Bandara
98 Kal Yang Bersembunyi
99 Sandiwara Kematian Bi Asih
100 Mencari Rekaman CCTV (London)
101 Memulai Perang yang Sesungguhnya
102 Kecerdikan Kiran
103 Fakta Sebenarnya
104 Bersatu Lawan Musuh!
105 Rio, Aira, Ami, Rafa Yang Datang Membantu
106 Ibu Aisha Menyerahkan Diri
107 Akhir Kisah Dendi
108 Membuka Lembaran Baru
109 Menyambut Kebahagiaan
110 Peresmian Pembukaan Pulau Siran (End)
111 Bonus I : Pertumbuhan Janin Kembar
112 Menyambut Kelahiran Si Kembar
113 Kasih Sayang Kal pada Ira dan Ima
114 Kal Yang Mandiri
115 Tampilan Novel Siran
116 Mengantar ke Asrama
117 Keakraban Keyra dan Siran
118 Jahilnya Si Kembar
119 Keyra Sakit
120 Meninggalkan Asrama
121 Membuka Identitas Kal
122 Pengumuman
123 Satu Telepon Perenggut Nyawa
124 Kebangkrutan
125 Menginginkan Anak ke Empat
126 Hasil Tes Sid dan Kiran
127 Ngidam Pertama di Kehamilan ke Tiga
128 Ditunda
129 Bersedih
130 Resmi Season 2
131 Ke-1 (Season 2)
132 Ke-2 (Season 2)
133 Ke-3 (Season2)
134 Ke-4 (Season2)
135 Ke-5 (Season2)
136 Ke-6 (Season2)
137 Ke-7 (Season2)
138 Ke-8 (Season2)
139 Ke-9 (Season 2)
140 Ke-10 (Season 2)
141 Ke-11 (Season 2)
142 Ke-12 (Season 2)
143 Ke-13 (Season 2)
144 Ke-14 (Season 2)
145 Ke-15 (Season 2)
146 Ke-16 (Season 2)
147 Ke-17 (Season 2)
148 Ke-18 (Season 2)
149 Ke-19 (Season 2)
150 Ke-20 (Season 2)
151 Ke-21 (Season 2)
152 Ke-22 (Season 2)
153 Ke-23 (Season 2)
154 Sampai Jumpa
155 Ke-24 (Season 2)
156 Ke-25 ( Season 2 )
157 Ke-26 ( Season 2 )
158 Ke-27
159 Ke-28
160 Ke-29
161 Ke-30
162 Ke-31
163 Ke-32
164 Ke-33
165 Ke-34
166 Ke-35
167 Ke-36
168 Ke-37 Tamat
169 Mampir Yuk
170 Promosi "Selir Rahasia CEO Casanova"
171 Promo Lagi
172 Di Baca
Episodes

Updated 172 Episodes

1
Pencarian Sekretaris Baru
2
Bekerja Dalam Tekanan
3
Lupa
4
Lupa 2
5
Air Mata Bukan Tanda Lemah
6
Kakek Lampir
7
Perselingkuhan Rian
8
Event Sid
9
Event Sid II
10
Wanita Misterius Sid?
11
Terbongkarnya Perselingkuhan Rian
12
Air Mata Untuk Cinta
13
Mabuk
14
Kotak Sabun
15
Pengkhianatan di Masa Lalu
16
Mabuk Lagi
17
Mencurahkan Isi Hati
18
Mencurahkan Isi Hati II
19
Hadiah Untuk Kiran
20
Datang Terlambat
21
Berkunjung ke Rumah Kiran
22
Hari Spesial
23
Berbeda
24
Bermulanya Tumbuh Cinta
25
Ikhsan Yang Malang
26
Diam-Diam Merindukan
27
Makan Siang Bersama
28
Cemburu
29
Ingin Dirimu
30
Menjodohkan Kiran dan Siddharth
31
Kedatangan Kanaya ke Kantor
32
Menyatakan Cinta
33
Tidak Jadi Pergi
34
Hari Pertama Menghabiskan Waktu Bersama
35
Taman Kenangan
36
Hari Terakhir Bersama
37
Kenangan Perpisahan
38
Pernikahan dan Keterkejutan Siddharth
39
Pernikahan
40
Kekacauan di Luar Gedung
41
Membuka Kado
42
Hukuman Untuk Kanaya
43
Gagal Menanam
44
Kiran Marah
45
Bulan Madu
46
Olahraga Pertama
47
Bersantai
48
Pulang
49
Mencari Ayah Deva
50
Akhir dari Kanaya
51
Ayah Deva Sadar
52
Sikap Aneh Kiran
53
Kiran Hamil?
54
Ngidam Tengah Malam
55
Mengabari Ibu Rhea
56
Perut Kiran Sakit
57
Pengumuman
58
Pendarahan
59
Terbongkar
60
Kiran Kerasukan?
61
Kiran Kerasukan? II
62
Ketegasan Siddharth
63
Ceraikan Aku!
64
Ingin Ke Rumah Ibu
65
Pembalasan Maya
66
Pelabuhan Ratu
67
Terlambat
68
Hati yang Saling Terikat
69
Siddharth Yang Rapuh
70
Usia Kehamilan ke Delapan Bulan
71
Proyek Wisata Pulau Terpencil
72
Bulan Ke Sembilan
73
Firasat Hati yang Kuat
74
Dipertemukan Kembali
75
Rumah Untuk Kakek Narja dan Nenek Anjum
76
Kelahiran Siddharth Junior
77
Siran Kallandra Adeva Rafandi
78
Donat Ditaburi Gula Pasir
79
Alasan Kepergian Rafa
80
Pulang
81
Peringatan Kematian Bunda Aisha
82
Pertumbuhan Baby Kal
83
Obrolan Pagi Hari
84
Jalan-jalan Berdua
85
Kiran Hamil Lagi?
86
Dua Embrio
87
Kebahagiaan Kiran dan Kesedihan Ami
88
Kerasnya Kehidupan
89
Memindahkan Rafa
90
Hukuman dari Siddharth
91
Kiran Shock Berat
92
Kemarahan Siddharth
93
Melihat Sosok Yang Telah Lama Tiada
94
Bunda Masih Hidup?
95
Pulang ke Rumah
96
Bahaya Yang Selalu Mengintai
97
Mengantar Ke Bandara
98
Kal Yang Bersembunyi
99
Sandiwara Kematian Bi Asih
100
Mencari Rekaman CCTV (London)
101
Memulai Perang yang Sesungguhnya
102
Kecerdikan Kiran
103
Fakta Sebenarnya
104
Bersatu Lawan Musuh!
105
Rio, Aira, Ami, Rafa Yang Datang Membantu
106
Ibu Aisha Menyerahkan Diri
107
Akhir Kisah Dendi
108
Membuka Lembaran Baru
109
Menyambut Kebahagiaan
110
Peresmian Pembukaan Pulau Siran (End)
111
Bonus I : Pertumbuhan Janin Kembar
112
Menyambut Kelahiran Si Kembar
113
Kasih Sayang Kal pada Ira dan Ima
114
Kal Yang Mandiri
115
Tampilan Novel Siran
116
Mengantar ke Asrama
117
Keakraban Keyra dan Siran
118
Jahilnya Si Kembar
119
Keyra Sakit
120
Meninggalkan Asrama
121
Membuka Identitas Kal
122
Pengumuman
123
Satu Telepon Perenggut Nyawa
124
Kebangkrutan
125
Menginginkan Anak ke Empat
126
Hasil Tes Sid dan Kiran
127
Ngidam Pertama di Kehamilan ke Tiga
128
Ditunda
129
Bersedih
130
Resmi Season 2
131
Ke-1 (Season 2)
132
Ke-2 (Season 2)
133
Ke-3 (Season2)
134
Ke-4 (Season2)
135
Ke-5 (Season2)
136
Ke-6 (Season2)
137
Ke-7 (Season2)
138
Ke-8 (Season2)
139
Ke-9 (Season 2)
140
Ke-10 (Season 2)
141
Ke-11 (Season 2)
142
Ke-12 (Season 2)
143
Ke-13 (Season 2)
144
Ke-14 (Season 2)
145
Ke-15 (Season 2)
146
Ke-16 (Season 2)
147
Ke-17 (Season 2)
148
Ke-18 (Season 2)
149
Ke-19 (Season 2)
150
Ke-20 (Season 2)
151
Ke-21 (Season 2)
152
Ke-22 (Season 2)
153
Ke-23 (Season 2)
154
Sampai Jumpa
155
Ke-24 (Season 2)
156
Ke-25 ( Season 2 )
157
Ke-26 ( Season 2 )
158
Ke-27
159
Ke-28
160
Ke-29
161
Ke-30
162
Ke-31
163
Ke-32
164
Ke-33
165
Ke-34
166
Ke-35
167
Ke-36
168
Ke-37 Tamat
169
Mampir Yuk
170
Promosi "Selir Rahasia CEO Casanova"
171
Promo Lagi
172
Di Baca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!