"Kau menangis?" Tanya Sid.
Kiran tidak menjawab. Hanya tangannya saja yang bergerak cepat mengambil air dan mengusap wajah dan matanya.
"Kenapa kau menangis?"
"Pak, kenapa anda masuk kemari? Diruangan anda kan ada kamar mandi?" Kiran balik bertanya. Berusaha menutupi rasa malu yang hinggap karena tertangkap basah sedang menangis.
"Tadi aku mendengar ada suara aneh dari kamar mandi ini. Makanya aku memeriksanya." Sid terdiam beberapa detik. "Suaranya sangat menyeramkan seperti hantu."
Kiran menggigit lagi bibir bawahnya. Air mata hampir runtuh lagi. Ia memaki Sid dalam hati.
Apakah pria tampan dan berpendidikan seperti dia tidak punya sopan santun?
"Kau kenapa menangis?" Tanya Sid lagi. Dia masih berdiri di belakang Kiran. Mereka saling menatap melalui cermin. Beberapa menit Sid memandang Kiran yang tak memakai kacamata.
Cantik! Gumam Sid dalam hatinya.
Eh, kenapa aku memujinya? Dasar gila!
"Saya tidak menangis."
"Jika kau ingin berbohong juga diperlukan otak yang tidak cekak! Tidak menangis, tapi air matamu saja sudah membanjiri seperti tanggul jebol!"
"Saya tidak apa-apa."
"Aku paling malas dengan perempuan yang mudah menangis, Cengeng. Menye-menye!" Sid mendengus.
"Menangis itu manusiawi!" Sahut Kiran.
"Semua pasti memilik masalah. Tapi, tidak semuanya harus ditangisi! Menangis hanya menunjukkan kelemahan saja!" Wajah Sid menunjukkan ekspresi melecehkan.
"Tuhan menciptakan air mata, itu berarti Tuhan juga mengizinkan kita untuk menangis. Jika Tuhan saja menghalalkannya, kenapa manusia justru mengharamkannya?" Kiran semakin berani, sementara Sid mulai geram padanya.
Sid terdiam sejenak. Matanya menjilati wajah Kiran yang masih sembab.
"Up to you! Sekarang cepat benahi wajahmu yang sudah jelek jadi bertambah jelek itu! Wajahmu kusut sekali seperti kain yang belum di setrika!" Sid berbalik, tangannya membuka pintu kamar mandi. Sebelum keluar, dia memutar kepalanya kembali ke arah Kiran.
"Aku paling tidak suka melihat orang menangis!" Sid melangkah keluar meninggalkan pintu tertutup di belakang tubuhnya.
Kiran menarik napas panjang dan menghembuskannya kasar.
"Terserah kau suka atau tidak, aku tidak peduli! Karena aku tidak memintamu untuk menyukaiku! Persetan denganmu! Memangnya aku harus bersikap seperti yang kau inginkan?! Siapa kau? Aku menangis atau tertawa itu bukan urusanmu! Dasar jurig bungkeleukkan! Dasar laki-laki tidak punya hati, Mulutmu sangat cocok di olesi balsem dan di museumkan! Mungkin kau satu-satunya manusia di muka bumi ini yang tidak memiliki perasaan sama sekali!" Kiran berteriak keras-keras. Menumpahkan segala kekesalannya pada cermin di hadapannya.
Kiran menarik tisu di dinding dengan kasar. Kemudian dia meraih tas tangannya dan mengeluarkan bedak dan lipstik dari dalam. Kiran tidak tahu, bahwa di luar pintu kamar mandi Sid masih berdiri tegak.
Sepasang lengannya terlipat sempurna di depan dadanya. Telinga pria itu masih cukup peka untuk mendengar segala cercaan yang dimuntahkan Kiran dari dalam. Wajahnya mulai menunjukkan ekspresi kesal mendengar seluruh cercaan Kiran.
Dasar gadis gila! Beraninya kau mengataiku, lihat saja akan ku buat kau selalu memujiku suatu saat nanti! Bahkan kau sama sekali tidak ingin jauh dariku walau hanya sedetik! Sid bersumpah didalam hatinya, tanpa sadar sumpah itu cukup mengejutkan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Senja telah turun, langit biru kini bersemburat kekuningan. Seperti goresan kuas para pelukis. Jendela lebar di kamar itu di biarkan terbuka, membenaskan sang penghuni memandang langit tak berbatas.
Di lantai yang dilapisi karpet Persia berwarna hijau tua, seorang perempuan tengah tidur terlentang. Di sampingnya bertebaran bantal-bantal besar yang digunakannya untuk menyangga kepala dan tungkainya.
Sesekali perempuan itu tertawa terkikik, tidak jarang pula wajahnya merona merah. Sudah lebih dari satu jam dia bersemayam di sana. Sebuah ponsel menempel erat di telinganya, seolah tak ingin kelewatan satu katapun dari bibir orang di seberang sana.
"Oh ya, bagaimana pekerjaanmu? Suara Rian serius.
"Aduh, kenapa kau merusak suasana saja? Menanyakan kerjaan!" Bibir Kiran cemberut.
"Yeee.. Kau sendiri sering sekali mengeluh tentang pekerjaanmu itu! Jadi, aku ingin tahu bagaimana perkembangannya!"
"Not good! Bosku adalah monster berwajah tampan! Dia sangat galak!"
"Sudah ratusan kali kau berbicara seperti itu! Awas, jangan terlalu membencinya!" Ucap Rian dengan nada serius.
"Memangnya kenapa?" Kiran mengerutkan dahinya.
"Terlalu benci bisa jadi cinta!"
"Huss! Kenapa kau bicara seperti itu? Aku sangat mencintaimu, tidak mungkin mencintai monster gila itu!" Kiran kembali mencemberutkan bibirnya.
"Bercanda, sayang!"
"Aku lelah, aku ingin resign saja! tapi aku tidak enak pada ibuku. Lagipula saat ini mencari pekerjaan adalah hal yang sangat sulit."
"Bersabarlah, kau pasti bisa! Maaf kemarin aku tidak bisa meneleponmu, ada meeting yang sangat penting di kantor. Kau ingin berbicara apa?"
"Aku hanya ingin bicara masalah pekerjaanku saja." Benak Kiran melayang akan kejadian di kamar mandi kantor kemarin. "Aku tertangkap basah sedang menangis di kamar mandi."
Rian tertawa. "Lucu!"
"Kau malah mentertawakan aku! Jahat!" Suara Kiran meninggi. Entah kenapa setiap mengingat Sid dan kejadian kemarin, membuat dirinya melankolis dan ingin menangis. Namun, ada sebuah rasa penasaran juga di hatinya. Dia merasa tertekan. Ia tak tahan dengan kondisi pekerjaan, tapi harus bertahan. Kiran tak ingin membuat ibu dan ayahnya kecewa dan melihatnya menjadi pengangguran lagi.
"Seperti apa bosmu itu? Segalak apa? Hingga bisa membuatmu menangis?"
"Dia sangat galak, Dia suka berbicara tanpa memikirkan kata-katanya terlebih dahulu. Dia juga..."
"Kiran, maaf! Aku harus pergi, ada sesuatu yang penting yang harus aku kerjakan. Besok aku akan meneleponmu lagi! bye!" Rian memutus teleponnya.
Kiran terperanjat, hingga terduduk di tempatnya. Diamati ponsel ditangannya, tidak ada lagi tanda koneksi. Yang ada hanya walpaper hasil setelannya. Kiran memukul bantal kuat-kuat. Dia masih ingin berbicara dengan Rian, tetapi kekasihnya itu malah memutuskan pembicaraan seenaknya.
Sepenting apa urusannya itu? Kenapa dia selalu saja tiba-tiba memutuskan pembicaraan kita di telepon?!
Kiran merebahkan diri kembali, dia menyembunyikan wajahnya di bawah bantal. Tanpa terasa, tangisnya meledak lagi.
Mira adiknya yang sedang berjalan menuju kamar tidurnya, tidak sengaja melihat pintu kamar Kiran terbuka. Dia melangkah masuk.
"Kakak, apa yang terjadi padamu? Kau kenapa?" Mira mengguncang-guncang bahu Kiran.
"Thidaaakkkhhh aphaa-aphaa!" Suara Kiran kabur, tertelan bantal.
"Lalu kenapa kakak menangis? Tadi kakak masih terkikik sendiri sambil berbicara di telepon, kenapa sekarang menangis?"
"Aku bilang tidak ada apa-apa, berarti tidak ada apa-apa! Kau keluar saja! Anak kecil tidak akan mengerti!"
"Kak...., hmmm..., Jangan-jangan kakak hamil ya?!"
Mendengar itu, Kiran langsubg terduduk. "Apa?! Jika berbicara pikirlah terlebib dahulu!"
"Lalu?"
"Jangan bicara sembarangan!"
"Bukan begitu, kak. Aku hanya menganalisa kakak saja, tadi kakak masih cerua berbicara di telepon dengan kak Rian. Tapi sekarang kenapa kakak menangis? Pasti kakak hamil, bukan? Kakak pasti minta kak Rian untuk bertanggung jawab, tapi kak Rian tidak mau bertanggung jawab!"
Kiran menggeram. Di cengkeramnya bantal kuat-kuat. Ada apa dengan adiknya ini? Mengapa pemikirannya seperti ini?
"Tidak mungkin aku hamil! Kak Rian itu jauh dari sini!"
"Jika dia dekat berarti bisa?" Mira memasang wajah innocent nya.
"Tidak juga! Rian tidak mungkin bisa berbuat macam-macam karena aku pasti akan mencakar wajahnya! Kau mengerti? Jadi aku tidak hamil! Kau dengar itu, Mira? Kakak tidak hamil!"
"Baiklah, baiklah! Aku percaya!"
"Sekarang pergi dari kamar kakak!" Usir Kiran. Mira pun keluar, sementara Kiran masih menatap punggung Mira dengan wajah kesal.
Adik gila! Sama gilanya seperti bos gila itu!
Ia pun merebahkan dirinya kembali, hingga tertidur pulas.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Tum Morang
pasti rian selingkuh.... yakin 1000% 😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂
2021-07-03
0
hayati nopi
gusti nu agung eta jurig bungkeleukan bisa jadi bos...?
humor ku sebatas jurig bungkeleukan 🤣🤣🤣😂😂😂
2021-03-10
3
Sunarti
ya kalo Rian emang sibuk dg pekerjaan, kalo malah sibuk dg wanita lain gimana
2021-02-26
0