Lupa 2

"Tadi sudah aku bilang, kau pasti lupa!" Sid berteriak sangat keras.

"Maaf, pak." Kiran menunduk lebih dalam.

"Maaf, maaf, apa kau membeli maaf satu paket? Sampai kau menghambur-hamburkan kata maaf seperti itu? Orang yang mudah minta maaf itu adalah orang yang mudah juga melakukan kesalahan yang sama!"

"Ma..." Cepat-cepat Kiran menggigit bibir bawahnya, agar kata maaf tidak terhambur lagi.

"Jam dua siang! J-a-m-d-u-a. Sudah kubilang catat, agar kau tidak lupa lagi!" Sid mendelik galak. Masih dengan jari bergetar Kiran mencatat di agendanya lagi.

"Ada lagi?"

"Tidak ada, pak. Terima kasih." Kiran menunduk, dan bersiap mengayunkan langkah meninggalkan monster bertopeng wajah tampan di depannya.

"Tunggu sebentar!" Panggil Sid. menghentikan langkah Kiran yang sudah berada di dekat pintu. Gadis itu memutar tubuhnya 180 derajat, hingga kembali menangkap sosok Sid yang kini tengah duduk bersandar dengan melipat kedua lengannya di dada.

"Ya, pak?"

"Perbaiki cara bekerjamu. Jika terus seperti ini, aku tidak mungkin mempertahankanmu. Ingat! Aku membayarmu untuk menjadi sekretarisku yang bertugas mengatur jadwal dan mengingatkanku jika ada janji, bukan sebaliknya!"

"Iya, pak. Maaf. Mungkin karena saya masih baru dan belum mengerti. Saya berjanji akan bekerja lebih baik lagi."

"Yang baru saja bukan karena kau masih baru, itu karena memori otakmu yang kurang memenuhi standar!" Sid mengangkat bahu. "Ya sudah, kau boleh keluar!"

Kiran melangkah keluar, dia merasa tubuhnya menggigil. Kemarahan berkecamuk dan telah menumpuk di ubun-ubunnya. Ingin rasanya dia membanting agenda di tangannya ke wajah Sid dan memaki-maki pria sialan itu. Seenaknya saja mem-bullyng orang-orang. Sekalipun mereka bawahannya, seharusnya dia tidak bisa melakukan hak itu seenak perutnya.

Terbesit niat Kiran untuk resign hari itu juga, tentunya setelah menghajar bosnya itu terlebih dahulu. Tapi, bayangan ibunya yang menyiapkan nasi goreng kesukaannya setiap pagi terlintas di benaknya, ia tidak ingin mengecewakan dan membuat ibunya sedih. Dia juga tidak siap menjadi pengangguran lapuk lagi.

Dikatupkan mata cokelatnya, lalu Kiran membuka kacamata tebalnya itu. Kiran menghitung satu sampai sepuluh di hatinya, setelah itu menarik napas panjang, dan membuangnya. Perlahan-lahan. Dilakukannya berulang kali, sampai perasaannya membaik.

Dasar sialan! Wajahmu yang tampan itu tidak seperti mulutmu yang suka menghina orang! Jika saja aku punya pekerjaan lain maka aku akan langsung resign dari sini! Sayangnya mencari pekerjaan sebagus ini sangatlah susah! Lihat saja pria sialan, aku akan menghajarmu suatu saat nanti!

Kiran memaki-maki dan menyumpahi Sid di dalam hatinya, hingga ia merasa puas dan segera melaksanakan pekerjaannya yang tadi di berikan Sid.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Siang itu, pada jam istirahat Kiran bersama teman-temannya makan di sebuah kafe yang berada di seberang kantor. Karin merasa jengah, karena Ikhsan yang duduk di hadapannya beberapa kali tertangkap sedang mencuri-curi pandang ke arahnya. Kiran berpura-pura menyibukkan diri, mencoba tenggelam dengan obrolan yang di buka Niki dan rekan kerja divisi lain.

Ayam goreng di piring Kiran terasa seperti karet, bukan karena dagingnya yang alot. Tapi disebabkan karena Ikhsan yang terus menatapnya.

Melihat sikap Ikhsan, bayangan Kiran kembali pada kepada kekasihnya Rian yang berada di kota Medan. Lelaki yang menjadi kekasihnya sejak 6 tahun terakhir.

Rian adalah senior Kiran di kampusnya dulu. Usia mereka terpaut 2 tahun. Selama kuliah mereka cukup dekat, tapi Rian mengungkapkan perasaannya pada Kiran pada hari wisudanya.

Dengan tercekat dan gugup, akhirnya Rian bisa mengungkapka perasaannya dengan tidak sia-sia karena ternyata Kiran juga menyukainya.

"Kiran, Halloooo! Kiran! Kiran...!" Ikhsan menepuk bahu Kiran.

"Eh, ya ada apa?" Lamunan Kiran seketika buyar.

"Ponselmu berbunyi sedari tadi!" Ikhsan menunjuk ponsel Kiran yang tergeletak di meja. Kiran meraihnya dan terkejut saat melihat nama yang tertera di layarnya.

"Ya, hallo. Pak!" Sapanya lirih.

"Kau ini bagaimana?! Sudah satu jam aku menunggu di sini, tapi Maya tidak datang juga. Kau mengkonfirmasi padanya, kan? bahwa hari ini aku akan bertemu dengannya?!" Tanpa basa basi, amarah Sid seketika menyeruak dan memenuhi tempat Kiran berdiri.

"Sudah pak, saya sudah meneleponnya kemarin."

"Kau menelepon siapa?"

Kiran meringis, tiba-tiba perutnya melilit. "Pada sekretarisnya, Pak. Saya bilang..."

"Kenapa kau tidak langsung menelepon Maya?" Potong Sid.

"Kemarin saya meneleponnya, tetapi tidak aktif, pak. Jadi saya menelepon ke kantornya."

"Lalu?"

"Ternyata, bu Maya juga tidak ada di kantor. Saya menitipkan pesan pada sekretarisnya."

"Kenapa kau tidak mencoba meneleponnya lagi satu jam kemudian? Atau tadi pagi untuk memastikan? Sebenarnya kau bisa bekerja atau tidak?!"

"Maaf, pak. Saya pikir..."

"Maaf lagi, aku benci kata itu!"

Sid memutuskan sambungan teleponnya. Kiran menggigit bibirnya. Terasa sakit, menyerupai rasa sakit di hatinya. Kiran berjalan kembali ke meja makan, meraih tas tangannya.

"Aku kembali ke kantor lebih dulu, ya?"

"Kenapa?" Tanya Niki bingung.

"Ada pekerjaan yang sangat penting. Aku harus menyelesaikannya sekarang juga."

"Tapi makananmu belum habis!" Ikhsan menimpali.

"Aku sudah kenyang. Aku duluan ya!" Kiran berjalan menuju pintu keluar. Di sampingnya Ikhsan merendengi langkahnya.

"Pak Sid yang menelepon ya? Ada masalah?"

"Sedikit." Kiran berusaha tersenyum.

"Kau bisa menceritakannya padaku!"

"Terima kasih, tapi lain kali saja."

"Kiran, ada yang bisa aku bantu?" Bola mata Ikhsan menangkap tatapan Kiran yang gelisah.

Ada, berhentilah mengikutiku! Aku muak melihat wajahmu yang sok perhatian itu! Kepalamu yang botak membuat mataku ingin menangis! Cibir Kiran dalam hatinya yang kesal pada Ikhsan.

"Ada."

"Katakan."

"Biarkan aku sendiri, dan jangan mengikutiku lagi!" Sahut Kiran tanpa menunggu reaksi dari Ikhsan, Kiran berlari menuju kantor SAR Entertainment Group di seberang jalan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kiran berjalan cepat, naik ke lantai lima, melewati meja kerjanya. Dia terus berjalan menuju pojok ruangan, memasuki kamar mandi.

Disana, Kiran memerhatikan bayangannya di cermin kamar mandi yang besar. Wajahnya kusut dan tampak lelah. Lelah karena baru dua hari bekerja ia sudah mendapat semprotan dan kata-kata tajam dari bosnya.

"Dasar bos sialan, wajah saja tampan dan terlihat ramah! Tapi hati Dan mulutnya busuk! Menghina dan mem-bullyng orang lain sesuka hati! Kau tidak pantas dinamai Siddharth Adeva Rafandi, tapi kau pantas di beri nama Sid Raja beruang gajah!" Kiran menggerutu, tanpa sadar di balik pintu kamar mandi Sid sedang mendengarkan kata-kata Kiran yang sengaja di lontarkan untuk Sid.

Jemarinya yang lentik memutar keran. Air mengalir dengan deras, Kiran menangkupkan kedua telapak tangannya di bawah keran, mengumpulkan air yang langsung diusapkan ke seluruh permukaan wajahnya yang pucat. Belum cukup puas, Kiran merasakan ada sesuatu yang bergemuruh di dadanya. Penuh, sesak. Memaksanya untuk melakukan sesuatu hal yang paling alami dari sifat manusia.

Ada yang menyeruak, mendesak ingin keluar. Perlahan-lahan, sesuatu yang hangat memenuhi pelupuk matanya, membuat pandangannya kabur. Bahu ringkih gadis itu pun terguncang-guncang. Semakin lama semakin deras. Kiran menangis. Awalnya isakan kecil, lama-kelamaan bertransformasi menjadi raungan.

Dia menangis sepuasnyamencoba mengeluarkan segala beban yang berkecamuk di hatinya. Baru dua hari ia bekerja, tapi rasanya penderitaannya sudah mencapai puncak.

Sid yang masih berada di balik pintu hatinya sedikit merasa bersalah, namun ego mengalahkan sedikit rasa bersalah itu.

"Cengeng!" Gumamnya pelan, ia membuka pintunya. Berhasil, pintunya tidak dikunci.

Sementara Kiran terkesiap, ia membelalakkan matanya yang sudah sembab akibat menangis.

"Pa.. Pak Sid!"

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Zee Ka

Zee Ka

kiran y croboh

2021-05-26

0

Nur hikmah

Nur hikmah

kyy disini Kiran yg terlalu lalai....BNR Sid harus mmpastikn lgi .....BKN sepenuhy slh Sid marahi....

2021-03-02

0

Mawar Hitam

Mawar Hitam

like dari Cinta Tak Pernah Salah

2021-02-27

1

lihat semua
Episodes
1 Pencarian Sekretaris Baru
2 Bekerja Dalam Tekanan
3 Lupa
4 Lupa 2
5 Air Mata Bukan Tanda Lemah
6 Kakek Lampir
7 Perselingkuhan Rian
8 Event Sid
9 Event Sid II
10 Wanita Misterius Sid?
11 Terbongkarnya Perselingkuhan Rian
12 Air Mata Untuk Cinta
13 Mabuk
14 Kotak Sabun
15 Pengkhianatan di Masa Lalu
16 Mabuk Lagi
17 Mencurahkan Isi Hati
18 Mencurahkan Isi Hati II
19 Hadiah Untuk Kiran
20 Datang Terlambat
21 Berkunjung ke Rumah Kiran
22 Hari Spesial
23 Berbeda
24 Bermulanya Tumbuh Cinta
25 Ikhsan Yang Malang
26 Diam-Diam Merindukan
27 Makan Siang Bersama
28 Cemburu
29 Ingin Dirimu
30 Menjodohkan Kiran dan Siddharth
31 Kedatangan Kanaya ke Kantor
32 Menyatakan Cinta
33 Tidak Jadi Pergi
34 Hari Pertama Menghabiskan Waktu Bersama
35 Taman Kenangan
36 Hari Terakhir Bersama
37 Kenangan Perpisahan
38 Pernikahan dan Keterkejutan Siddharth
39 Pernikahan
40 Kekacauan di Luar Gedung
41 Membuka Kado
42 Hukuman Untuk Kanaya
43 Gagal Menanam
44 Kiran Marah
45 Bulan Madu
46 Olahraga Pertama
47 Bersantai
48 Pulang
49 Mencari Ayah Deva
50 Akhir dari Kanaya
51 Ayah Deva Sadar
52 Sikap Aneh Kiran
53 Kiran Hamil?
54 Ngidam Tengah Malam
55 Mengabari Ibu Rhea
56 Perut Kiran Sakit
57 Pengumuman
58 Pendarahan
59 Terbongkar
60 Kiran Kerasukan?
61 Kiran Kerasukan? II
62 Ketegasan Siddharth
63 Ceraikan Aku!
64 Ingin Ke Rumah Ibu
65 Pembalasan Maya
66 Pelabuhan Ratu
67 Terlambat
68 Hati yang Saling Terikat
69 Siddharth Yang Rapuh
70 Usia Kehamilan ke Delapan Bulan
71 Proyek Wisata Pulau Terpencil
72 Bulan Ke Sembilan
73 Firasat Hati yang Kuat
74 Dipertemukan Kembali
75 Rumah Untuk Kakek Narja dan Nenek Anjum
76 Kelahiran Siddharth Junior
77 Siran Kallandra Adeva Rafandi
78 Donat Ditaburi Gula Pasir
79 Alasan Kepergian Rafa
80 Pulang
81 Peringatan Kematian Bunda Aisha
82 Pertumbuhan Baby Kal
83 Obrolan Pagi Hari
84 Jalan-jalan Berdua
85 Kiran Hamil Lagi?
86 Dua Embrio
87 Kebahagiaan Kiran dan Kesedihan Ami
88 Kerasnya Kehidupan
89 Memindahkan Rafa
90 Hukuman dari Siddharth
91 Kiran Shock Berat
92 Kemarahan Siddharth
93 Melihat Sosok Yang Telah Lama Tiada
94 Bunda Masih Hidup?
95 Pulang ke Rumah
96 Bahaya Yang Selalu Mengintai
97 Mengantar Ke Bandara
98 Kal Yang Bersembunyi
99 Sandiwara Kematian Bi Asih
100 Mencari Rekaman CCTV (London)
101 Memulai Perang yang Sesungguhnya
102 Kecerdikan Kiran
103 Fakta Sebenarnya
104 Bersatu Lawan Musuh!
105 Rio, Aira, Ami, Rafa Yang Datang Membantu
106 Ibu Aisha Menyerahkan Diri
107 Akhir Kisah Dendi
108 Membuka Lembaran Baru
109 Menyambut Kebahagiaan
110 Peresmian Pembukaan Pulau Siran (End)
111 Bonus I : Pertumbuhan Janin Kembar
112 Menyambut Kelahiran Si Kembar
113 Kasih Sayang Kal pada Ira dan Ima
114 Kal Yang Mandiri
115 Tampilan Novel Siran
116 Mengantar ke Asrama
117 Keakraban Keyra dan Siran
118 Jahilnya Si Kembar
119 Keyra Sakit
120 Meninggalkan Asrama
121 Membuka Identitas Kal
122 Pengumuman
123 Satu Telepon Perenggut Nyawa
124 Kebangkrutan
125 Menginginkan Anak ke Empat
126 Hasil Tes Sid dan Kiran
127 Ngidam Pertama di Kehamilan ke Tiga
128 Ditunda
129 Bersedih
130 Resmi Season 2
131 Ke-1 (Season 2)
132 Ke-2 (Season 2)
133 Ke-3 (Season2)
134 Ke-4 (Season2)
135 Ke-5 (Season2)
136 Ke-6 (Season2)
137 Ke-7 (Season2)
138 Ke-8 (Season2)
139 Ke-9 (Season 2)
140 Ke-10 (Season 2)
141 Ke-11 (Season 2)
142 Ke-12 (Season 2)
143 Ke-13 (Season 2)
144 Ke-14 (Season 2)
145 Ke-15 (Season 2)
146 Ke-16 (Season 2)
147 Ke-17 (Season 2)
148 Ke-18 (Season 2)
149 Ke-19 (Season 2)
150 Ke-20 (Season 2)
151 Ke-21 (Season 2)
152 Ke-22 (Season 2)
153 Ke-23 (Season 2)
154 Sampai Jumpa
155 Ke-24 (Season 2)
156 Ke-25 ( Season 2 )
157 Ke-26 ( Season 2 )
158 Ke-27
159 Ke-28
160 Ke-29
161 Ke-30
162 Ke-31
163 Ke-32
164 Ke-33
165 Ke-34
166 Ke-35
167 Ke-36
168 Ke-37 Tamat
169 Mampir Yuk
170 Promosi "Selir Rahasia CEO Casanova"
171 Promo Lagi
172 Di Baca
Episodes

Updated 172 Episodes

1
Pencarian Sekretaris Baru
2
Bekerja Dalam Tekanan
3
Lupa
4
Lupa 2
5
Air Mata Bukan Tanda Lemah
6
Kakek Lampir
7
Perselingkuhan Rian
8
Event Sid
9
Event Sid II
10
Wanita Misterius Sid?
11
Terbongkarnya Perselingkuhan Rian
12
Air Mata Untuk Cinta
13
Mabuk
14
Kotak Sabun
15
Pengkhianatan di Masa Lalu
16
Mabuk Lagi
17
Mencurahkan Isi Hati
18
Mencurahkan Isi Hati II
19
Hadiah Untuk Kiran
20
Datang Terlambat
21
Berkunjung ke Rumah Kiran
22
Hari Spesial
23
Berbeda
24
Bermulanya Tumbuh Cinta
25
Ikhsan Yang Malang
26
Diam-Diam Merindukan
27
Makan Siang Bersama
28
Cemburu
29
Ingin Dirimu
30
Menjodohkan Kiran dan Siddharth
31
Kedatangan Kanaya ke Kantor
32
Menyatakan Cinta
33
Tidak Jadi Pergi
34
Hari Pertama Menghabiskan Waktu Bersama
35
Taman Kenangan
36
Hari Terakhir Bersama
37
Kenangan Perpisahan
38
Pernikahan dan Keterkejutan Siddharth
39
Pernikahan
40
Kekacauan di Luar Gedung
41
Membuka Kado
42
Hukuman Untuk Kanaya
43
Gagal Menanam
44
Kiran Marah
45
Bulan Madu
46
Olahraga Pertama
47
Bersantai
48
Pulang
49
Mencari Ayah Deva
50
Akhir dari Kanaya
51
Ayah Deva Sadar
52
Sikap Aneh Kiran
53
Kiran Hamil?
54
Ngidam Tengah Malam
55
Mengabari Ibu Rhea
56
Perut Kiran Sakit
57
Pengumuman
58
Pendarahan
59
Terbongkar
60
Kiran Kerasukan?
61
Kiran Kerasukan? II
62
Ketegasan Siddharth
63
Ceraikan Aku!
64
Ingin Ke Rumah Ibu
65
Pembalasan Maya
66
Pelabuhan Ratu
67
Terlambat
68
Hati yang Saling Terikat
69
Siddharth Yang Rapuh
70
Usia Kehamilan ke Delapan Bulan
71
Proyek Wisata Pulau Terpencil
72
Bulan Ke Sembilan
73
Firasat Hati yang Kuat
74
Dipertemukan Kembali
75
Rumah Untuk Kakek Narja dan Nenek Anjum
76
Kelahiran Siddharth Junior
77
Siran Kallandra Adeva Rafandi
78
Donat Ditaburi Gula Pasir
79
Alasan Kepergian Rafa
80
Pulang
81
Peringatan Kematian Bunda Aisha
82
Pertumbuhan Baby Kal
83
Obrolan Pagi Hari
84
Jalan-jalan Berdua
85
Kiran Hamil Lagi?
86
Dua Embrio
87
Kebahagiaan Kiran dan Kesedihan Ami
88
Kerasnya Kehidupan
89
Memindahkan Rafa
90
Hukuman dari Siddharth
91
Kiran Shock Berat
92
Kemarahan Siddharth
93
Melihat Sosok Yang Telah Lama Tiada
94
Bunda Masih Hidup?
95
Pulang ke Rumah
96
Bahaya Yang Selalu Mengintai
97
Mengantar Ke Bandara
98
Kal Yang Bersembunyi
99
Sandiwara Kematian Bi Asih
100
Mencari Rekaman CCTV (London)
101
Memulai Perang yang Sesungguhnya
102
Kecerdikan Kiran
103
Fakta Sebenarnya
104
Bersatu Lawan Musuh!
105
Rio, Aira, Ami, Rafa Yang Datang Membantu
106
Ibu Aisha Menyerahkan Diri
107
Akhir Kisah Dendi
108
Membuka Lembaran Baru
109
Menyambut Kebahagiaan
110
Peresmian Pembukaan Pulau Siran (End)
111
Bonus I : Pertumbuhan Janin Kembar
112
Menyambut Kelahiran Si Kembar
113
Kasih Sayang Kal pada Ira dan Ima
114
Kal Yang Mandiri
115
Tampilan Novel Siran
116
Mengantar ke Asrama
117
Keakraban Keyra dan Siran
118
Jahilnya Si Kembar
119
Keyra Sakit
120
Meninggalkan Asrama
121
Membuka Identitas Kal
122
Pengumuman
123
Satu Telepon Perenggut Nyawa
124
Kebangkrutan
125
Menginginkan Anak ke Empat
126
Hasil Tes Sid dan Kiran
127
Ngidam Pertama di Kehamilan ke Tiga
128
Ditunda
129
Bersedih
130
Resmi Season 2
131
Ke-1 (Season 2)
132
Ke-2 (Season 2)
133
Ke-3 (Season2)
134
Ke-4 (Season2)
135
Ke-5 (Season2)
136
Ke-6 (Season2)
137
Ke-7 (Season2)
138
Ke-8 (Season2)
139
Ke-9 (Season 2)
140
Ke-10 (Season 2)
141
Ke-11 (Season 2)
142
Ke-12 (Season 2)
143
Ke-13 (Season 2)
144
Ke-14 (Season 2)
145
Ke-15 (Season 2)
146
Ke-16 (Season 2)
147
Ke-17 (Season 2)
148
Ke-18 (Season 2)
149
Ke-19 (Season 2)
150
Ke-20 (Season 2)
151
Ke-21 (Season 2)
152
Ke-22 (Season 2)
153
Ke-23 (Season 2)
154
Sampai Jumpa
155
Ke-24 (Season 2)
156
Ke-25 ( Season 2 )
157
Ke-26 ( Season 2 )
158
Ke-27
159
Ke-28
160
Ke-29
161
Ke-30
162
Ke-31
163
Ke-32
164
Ke-33
165
Ke-34
166
Ke-35
167
Ke-36
168
Ke-37 Tamat
169
Mampir Yuk
170
Promosi "Selir Rahasia CEO Casanova"
171
Promo Lagi
172
Di Baca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!