Sudah dua hari Gendis terbaring diranjang Gerhana, kondisi Gendis sebenarnya sudah jauh kebih baik. Micko pun sudah memperboleh kan Gendis untuk melepas infusnya, tapi Gerhana masih belum memperbolehkannya dengan alasan Gendis masih butuh perawatan
Gendis masih tak mengerti tentang jalan pikiran Gerhana, terkadang ia sangat baik, tapi terkadang sangat mengerikan. Seolah Gerhana mempunyai kepribadian ganda
Malam ini Gerhana tak pulang kerumah, karena terlalu banyak pekerjaan yang membuatnya harus tudyr di kantor, begitupun Banyu
Gendis teramat sangat gelisah, pikirannya hanya tertuju kepada neneknya, ia sangat merindukan wanita yang telah merawat dan membesarkannya sedari bayi
Gendis duduk termenung, ia ingin segera bebas dari sini dan berkumpul dengan neneknya. Dua hari ini memang sikap Gerhana sudah mulai melunak, tapi apakah itu akan bertahan lama? Siapakah Gendis yang berharap Gerhana akan terus bersikap baik padanya
Ketakutan akan sikap Gerhana kembali pada settingan sebenarnya membuat Gendis bergidik ngeri. Ia takut jika kebaikan Gerhana selama dua hari ini adalah taktik untuk menyakitinya lebih sakit dari sebelumnya
Atau bahkan kebaikannya adalah sebagai kenang-kenangan untuk Gendis, sebelum ia dihabisi dengan keji
Gendis teringat bagaimana mengerikannya Gerhana dan Banyu ketika menembak Lusi dan Guntoro malam itu, serta perlakuan Gerhana padanya selama ini membuatnya semakin ketakutan
Bisa saja Banyu dan Gerhana hanya berpura-pura baik, mereka bisa kapan saja membunuh Gendis. Kejadian dimana ia diguyur air dingin dan dikurung dalam kamar mandi kembali terlintas dipikirannya
Entah setan mana yang merasukinya, hingga ia berani memutuskan untuk kabur
"Nenek, do'akan Gendis, Nek!" Lirih Gendis
Ia semakin membukatkan tekadnya untuk kabur saat teringat neneknya
Gendis memegang botol infusnya dan berjalan menuruni tangga, ia melihat kondisi rumah yang sudah gelap
"Syukurlah, pasti semua pelayan sudah tertidur!" Gumamnya
Gendis berjalan pelan sembari menengok kanan dan kiri untuk nemastikan tidak ada yang melihatnya
Ternyata pintu utama dikunci, dan Gendis tidak tau menau dimana para pelayan menyimpan kuncinya
Gendis kembali naik ke kamar Gerhana dengan membawa tali tambang dari dari dapur
Gendis ingin kabur lewat jendela kamarnya, tapi sayang jendela kamar Gendis sudah dipasang terali. Hanya lewat balkon satu-satunya jalan agar ia bisa keluar dari neraka ini
Gendis mencopot selang infus ditangannya, ia membuka balkon dan keluar untuk mengawasi keadaan sekitar. Beruntungnya ia karena para penjaga tidak ada satupun yang terlihat. Mereka pasti sedang nobar bola di pos, pikir Gendis
Gendis mengikat salah satu ujung tambang dengan pagar pembatas balkon, kemudian ia menurunkan ujung tali lainnya menjuntai kebawah
Ia membelit telapak tangannya menggunakan dasi mahal Gerhana, agar tidak lecet pikirnya. Perlahan ia mulai turun melewati pembatas balkon dan memegang tali tambang tersebut kuat-kuat
Ia turun perlahan dan hati-hati, dengan mata yang terus melirik kekanan dan kekiri untuk memastikan tidak ada yang melihatnya
Bruuk
Sungguh sial nasib yang Gendis alami, ketika belum sempat kakinya menginjak tanah, ia terjatuh dan seperti yang ia duga, kaki kananya terkilir
Gendis berjalan dengan terseok-seok sambil mengendap-ngendap melewati taman yang sepi
"Alhamdulillah" Ucapnya lega ketika sampai di depan pagar
Ia melihat pagar dengan besi lancip tertancap rapi diatasnya, beruntungnya pagar tersebut tidak terlalu tinggi dan seolah nasib baik tengah berpihak kepadanya, ia melihat tangga besi bersandar ditembok, segera ia memasang tangga tersebut
Perlahan ia menaiki satu persatu anak tangga tersebut, ketika tiba diatas pagar, Gendis sudah bersiap untuk melompat dan
Srek
Bruk
Ternyata nasib baik hanya sekedar numpang lewat untuk Gendis, piyama sebatas lutut yang ia kenakan tersangkut besi dan naasnya besi tersebut juga menggores dalam pahanya
Dan lebih parahnya lagi ia terjungkal dengan posisi kening mencium paving di bawah pagar
Ia berjalan tertatih tanpa alas kaki dan dengan luka disekujur tubuhnya, celana yang robek, dan darah segar mengalir dari paha belakangnya tak ia hiraukan
Ia semakin menjauh dari kediaman Gerhana, nyeri dikaki kanan dan perih dipaha kirinya serta kepala yang berdenyut tak ia rasakan. Yang terpenting baginya adalah ia bisa segera pergi dari Gerhana dan bertemu neneknya
"Bagaimana caranya aku bisa pulang, jika sepeser uang pun aku tak punya" Gumamnya
Ia tak membawa apapun dari rumah Gerhana, tidak ponsel, tidak uang, bahkan hanya baju yang melekat dibadannya yang ia bawa
"Ya Allah berilah hamba petunjuk!"
Ternyata nasib buruk masih enggan pergi darinya. Saat sedang duduk mengistirahatkan kakinya yang berdenyut nyeri. Tiba-tiba dari arah belakang muncur segerombolan pria yang semakin mendekati Gendis
"Hai Cantik, sendirian aja nih! Mau abang temenin?" Tanya salah seorang dari mereka
Gendis berjingkat kaget dan menegok kearah belakang, wajahnya berubah pucat melihat segerombolan pria berjalan semakin mendekat
Gendis segera bangkit dari duduknya dan mencoba berlari dengan tertatih karena rasa sakit dikakinya
Gerombolan pria tersebut tertawa melihat Gendis yang bersusah payah lari dari mereka
Mereka berpencar mengitari Gendis, lima orang pria tersebut semakin mendekat. Salah satu dari mereka menarik tangan Gendis
"Ya Allah tolong hamba" Ucapnya dalam hati
"Siapapun tolong, aku!" Batinnya menjerit
Bahkan disaat genting seperti ini Gendis masih enggan bersuara
"*Bunda, Gendis takut!"
"Nenek, El! Tolong aku*!" Batinnya berteriak
Ia menangis terisak, sekuat tenaga ia mencoba melepaskan tangannya yang dicekal pria itu, namun tenaga Gendis sungguh tidak sebanding dengan pria itu, apalagi dengan kondisi Gendis yang seperti sekarang ini
Gendis terus memberontak saat pria tersebut menyeret Gendis dengan kasar
"Wah apa dia bisu, hingga tidak berteriak?" Ucap salah satu dari mereka
"Palingan juga dia itu udah nggak sabar buat diajak seneng-seneng sama kita" Ucap yang lainnya. Dan disambut gelak tawa dari yang lainnya
Sungguh hati Gendis terasa sakit dengan ucapan mereka, serendah itukah dia? Dengan sisa tenaga yang ada, Gendis menendang kaki pria yang terus menyeretnya dan mencoba lari dari para pria gila itu
Dengan sigap salah satu dari mereka menarik kasar rambut Gendis
"Udah bisu, sok jual mahal lagi!" Pria tersebut menghardik Gendis
Plak
Dan dengan teganya pria tersebut menampar Gendis kuat-kuat hingga ia jatuh tersungkur, darah segar mengalir dari sudut bibirnya
Pria tersebut semakin mendekat dan
Srek
Ia merobek baju Gendis paksa, hingga menampilkan dada putih mulus yang hanya tertutupi bra
Gendis menangis terisak sambil mengilangkan tangan didada untuk menutupi sesuatu didalam bra, mereka menarik paksa baju yang telah robek itu hingga terlepas sempurna
"Wah mulus sekali ternyata!" Ucap salah satu dari mereka sambil membelai punggung mulus Gendis
Sungguh Gendis jijik melihat tatapan para pria itu, ia semakin mengeratkan tangannya untuk menutupi dadanya
"Seandainya hidupku berakhir sampai disini, hamba ikhlas Ya Allah!" Batinnya pasrah
"Nenek maafkan Gendis"
Gendis menangis terisak, apa yang bisa ia lakukan selain pasrah saat mereka memandangi Gendis seperti singa lapar yang melihat daging segar
Dia merutuki kebodohannya karena kabur dari kandang buaya dan masuk kekandang singa lapar
***
Reader : Mawar, Lo tega banget sih bikin Gendis sengsara mulu!
Gue : Emang jalannya begitu, Mawar bisa apa?
Reader : Kan bisa elo ubah jalan ceritanya, Mawaaaaar😒
Gue : Ogah
Reader : Oteweh dukun nih gue!
Gue : Mo ngapain? Dukunnya udah pada pensiun
Reader : Mau gue suruh buat nyantet online elo, emang cuma peluk cium yang bisa online! Dunia perdukunan juga udah modern, bisa nyantet via online
Gue : @*$+"/''
Jangan lupa tinggalkan jejak ya gaes
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Mey Ra
kok gendis nyebelin yaa...di saat mendesak aja ga mau teriak...bodo apa setres sich
2021-02-03
4
Penulis Halu
like
2021-01-25
0
Yeni Istiyanti
yeeey q first comment kaka🥰
2021-01-24
1