Bab 17

Micko berlari tergopoh-gopoh menaiki tangga menuju kamar Gerhana dengan tas yang tertenteng ditangannya

"Telat lima menit! Potong bonus lima puluh persen!" Ucap Gerhana sambil melirik jam dipergelangan tangannya

"Lo pikir gue ini pembalap formula 1? Gue lagi enak tidur dan Elo nyuruh gue dateng dalam lima belas menit? Lo mau bunuh gue? Lo pengen gue tewas kecelakaan karena ngebut dijalan!" Micko malah mengomeli sahabatnya yang begitu arogan itu

"Udah, cepet masuk dan periksa Gendis! Bukan malah saling salah menyalahkan!" Banyu menengahi

"Siapa Gendis?" Tanya Micko yang memang belum mengetahui tentang Gendis

"Udah jangan banyak tanya, nanti gue jelasin!" Ucap Banyu sambil mendorong Micko untuk segera masuk kedalam kamar

Micko duduk disebelah Gendis, ia segera mengeluarkan peralatannya dan memeriksa Gendis. Ia lalu meminta Banyu mengambil peralatan infus didalam mobilnya

Banyu segera bergegas mengambil infus dan selangnya didalam mobil, setelah itu ia segera naik ke kamar Gerhana dan memberikannya kepada Micko

Micko segera memasang jarum infus dipergelangan tangan Gendis dan memberikan beberapa obat dan vitamin kepada Mela untuk nanti diberikan kepada Gendis setelah dia sadar

"Terlambat sebentar saja dia pasti tidak akan selamat!" Ucap Micko

Banyu melirik tajam kearah Gerhana, tangannya terkepal kuat dan rahangnya mengeras

"Siapa dia?" Micko mengulangi pertanyaanya tadi yang belum di jawab oleh Gerhana

Belum sempat mendengarkan jawaban dari Gerhana, ponsel Micko bergetar

Drrt drrt drrt

"Halo! Kenapa, Yan?" Tanya Micko, ya sipenelpon adalah Royyan yang tak lain adalah sahabatnya

"Buruan kesini, Ko! Abang gue tiba-tiba dadanya terasa nyeri!"

"Apa Bang Dion punya riwayat sakit jantung?" Tanya Micko

"Nggak! Selama ini dia baik-baik aja!" Jawab Royyan

"Ya udah, gue kesana sekarang! Gue masih dirumah Gerhana sekarang!"

"Gerhana sakit?" Tanya Royyan penasaran

"Enggak! Udah gue oteweh sekarang!" Ucap Micko buru-buru mematikan sambungan teleponnya

"Kalian utang penjelasan sama gue! Gue pergi!" Ucap Micko seraya menatap tajam Banyu dan Gerhana secara bergantian

Micko segera meninggalkan kediaman Gerhana menuju rumah Bang Dion

Sesaat setelah Micko pergi, Banyu mencengkeram kerah kemeja Gerhana dan mendorongnya ke tembok

"Lo apain dia?" Tanyanya penuh penekanan disetiap kata

"Lepasin!" Ucap Gerhana masih tetap mode dinginnya

"Kalo lo mau bunuh dia, bunuh langsung, Ge! Bukan lo siksa dia begitu!" Ucapnya masih dengan mencengkeram kerah Gerhana

"Gue nggak sengaja!" Jawabnya seenak udel

"Lo bilang nggak sengaja? Cih" Banyu mengdengkus "Lo pikir gue bocah kecil yang bisa dengan mudah dibohongi saat bocah lain mencelakai orang lain dan dia bilang nggak sengaja!"

"Iya gue salah! Gue nggak ada niat buat ninggalin dia lama disana, gue cuma mau ngasih pelajaran buat dia. Tapi malah gue ketiduran di ruang kerja" Gerhana mencoba menjelaskan

"Kalo sampe terjadi sesuatu dengan Gendis, gue bakal ikut Mama dan Papa tinggal di England!" Ucapnya berlalu pergi

"Dan gue nggak akan mau kenal dengan elo lagi" Ucapnya sebelum menuruni tangga untuk kembali ke kamarnya

Gerhana menghela napas gusar kemudian masuk kedalam kamarnya dan duduk disebelah Gendis, ia pandangi wajah pucat bak mayat itu. Bibir yang biasanya berwarna pink menggoda sekarang nampak membiru

"Apa yang udah gue lakuin!" Ucapnya merutuki kebodohannya

"Gue hampir ngebunuh dia, dia yang jelas nggak salah!" Ucapnya menyesal

Gerhana lalu bangkit dan berjalan kekamar mandi untuk membersihkan diri, karena dari semalam ia belum mandi

Setelah selesai dengan urusan kamar mandi, Gerhana mengambil laptop dan beberapa dokumen yang akan ia periksa dan membawanya kedalam kamar

Ia duduk disofa dan mulai berkutat dengan pekerjaannya. Ia bahkan tak turun untuk sarapan, ia meminta Nana untuk mengantarkan sarapan untuknya kedalam kamar

Sesekali ia pandangi Gendis untuk memantau perkembangannya, tapi Gendis masih tak bergeming. Gerhana semakin khawatir karena sudah lebih empat jam sejak ia diperiksa oleh Micko namun masih belum sadarkan diri

Ia menghubungi Micko, tapi tidak aktf. Dan bisa dipastikan saat nomor Micko tidak aktif ia sedang melakukan tindakan bedah

Gerhana lalu mengirim pesan

Gerhana R.

Sudah lebih dari empat jam sejak lo meriksa dia, tapi dia masih tak bergeming! Apa perlu gue bawa kerumah sakit?

Gerhana bangkit dari sofa dan berjalan menghampiri Gendis. Ia menjulurkan tangannya mengelus wajah pucat Gendis yang terasa sedingin mayat

"Bangunlah! Gue minta maaf!" Ungkapnya menyesal, dan untuk pertama kali untuk seorang Gerhana mengucapkan kata 'Maaf'

"Gue bakal bebasin elo, bangunlah!" Ucapnya, saat mengatakan akan membebaskan Gendis, entah kenapa dada Gerhana terasa seperti diremas. Ada rasa tak rela dan entahlah Gerhana tak mengerti perasaan apa ini

Setelah tiga jam pesan Gerhana akhirnya baru dibalas oleh Micko

Micko E,S

Gue rasa belum perlu, kita tunggu dua jam lagi! Kalau dia masih belum sadar, bawa dia kesini

Micko adalah dokter keluarga Gerhana, sejak dulu keluarga Micko adalah dokter pribadi keluarga Gerhana. Mereka mempunyai klinik yang mempunyai fasilitas lebih lengkap dibandingkan dengan rumah sakit di Jakarta

Gerhana duduk kembali disebelah Gendis, ia pandangi wajah pucat itu. Gerhana menggenggam jemari Gendis yang terasa dingin seperti es untuk memberikan sedikit kehangatan

Mata Gerhana terasa berat, dan tanpa bisa ditahan ia memejamkan matanya dengan posisi berbaring disebelah Gendis sambil terus menggenggam tangan gadis itu erat

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu membangunkan Gerhana. Ia lalu berjalan membuka pintu

"Tuan, ini sudah jam dua siang dan anda belum turun untuk makan siang!" Ucap Nana sambil menunduk

"Apakah saya bawa kesini atau anda akan turun untuk makan siang, Tuan?"

"Bawakan kesini" Ucapnya dingin

Nana kemudian menuruni tangga dan segera menuju meja makan untuk mengambilkan makan siang Gerhana. Ia menaiki tangga kembali untuk memberikan makan siang Gerhana

"Apakah Nona Gendis sudah sadar, Na?" Tanya Bibi Keke saat dipertengahan tangga bertemu Nana yang sedang membawa makan siang untuk Tuan Mudanya

Nana menggeleng "Sepertinya belum, Bi!"

"Ya sudah, segera ke atas dari pada nanti Tuan Muda marah!"

Nana mengangguk

Nana kembali mengetuk pintu saat sampai didepan kamar Tuan Muda

Tok Tok Tok

Gerhana keluar untuk mengambil makan siangnya dan menutup pintu kamarnya kembali

Gerhana hanya mengaduk-aduk piring berisi makan siangnya. Rasanya ia tidak berselera untuk menyentuh makanannya

Saat Gerhana sedang bermalas-malasan untuk makan, jari tangan Gendis menunjukkan pergerakan. Gerhana segera menghampiri Gendis dan duduk disebelahnya

Perlahan Gendis membuka matanya, kepalanya masih terasa berdenyut sakit. Ia mengerjapkan netranya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retina matanya

Tanpa sengaja matanya bertemu dengan mata Gerhana, untuk sesaat pandangan mereka terkunci

Gendis kembali mengingat kejadian semalam yang hampir membunuhnya, bahkan ia pikir dia telah tiada dan terbebas dari pria kejam yang duduk disebelahnya

Wajah Gendis terlihat bertambah pucat karena ketakutan, Gerhana yang menyadari itu kemudian berucap

"Jangan takut! Aku tidak akan menyakitimu"

Gendis hendak duduk, ia ingin segera berlari sejauh mungkin agar tidak bertemu Gerhana

Gerhana memegang tangan Kiri gendis yang hendak mencabut jarum infus ditangan kanannya

"Tetaplah berbaring dan jangan coba sentuh selang itu!" Ucapnya dingin

Gendis semakin ketakutan, tanpa bisa ia bendung buliran bening mulai menetes dari netra indahnya

Gerhana menghapus air mata Gendis dengan ibu jarinya, lembut itu yang dirasakan Gendis. Sesaat ia teringat Samuel, yang selalu melakukan hal yang sama setiap kali Gendis menangis

Gendis semakin terisak, ia rindu neneknya, ia rindu Samuel dan ia rindu kehidupan damainya

"Sudah jangan menangis lagi!" Ucap Gerhana melembut

Gendis mencoba menahan air mata dan isak tangisnya, namun nyatanya ia tak bisa. Dadanya semakin terasa sesak saat mengingat kehidupannya sekarang yang sangat berbanding terbalik dengan kehidupannya dahulu

***

Jangan lupa tinggalkan jejak yaee gaes, biar Mawar semakin semangat up nya

Salam sayang dari Mawar untuk readers tercinta

Peluk cium via online untuk kalian semua🤗😘😘

Terpopuler

Comments

iryantielsa1992

iryantielsa1992

kayanya ayahnya gendis abangnya rayyan ya,, bang dion..
heheheee

2021-02-02

7

Penulis Halu

Penulis Halu

like mendarat semangat

2021-01-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!