Tawanan

Tawanan

Bab 1

Gendis POV

...Anggi Maheswari...

...Binti : Kuncoro...

...Lahir : 19 Agustus 1979...

...Wafat : 14 April 1999...

Kupandangi nisan itu dengan bercucuran air mata, bagaimana mungkin aku tidak menangis, disana telah terbaring wanita yang melahirkanku

Setiap kali memandang nisan itu, dadaku terasa sesak. Rasa sakit dan perih itu menjalar keseluruh bagian hatiku. Rasa bersalah karena kehilangan yang jelas-jelas disebabkan olehku, membuatku membenci semua yang ada pada diriku, termasuk suaraku

"Bunda, Gendis kangen!" Ucap ku lirih, sambil mengusap lembut batu nisan Bundaku

"Bunda, hari ini aku lulus sekolah!" Lirihku dengan mata yang sudah berkaca-kaca

"Seandainya Bunda masih ada disini, pasti Bunda bangga dengan prestasi yang kuraih" Tak terasa bulir bening dari netraku mulai berjatuhan

"Apa Bunda ingat, hari ini gendis berulang tahun, tepat berusia 18 tahun!" Lirihku dengan bercucuran air mata

"Bunda tau? Hari ini adalah hari yang paling Gendis benci!" Lirihku semakin terisak

Bagaimana mungkin aku tidak membenci hari ulang tahunku, karena tepat dihari dimana aku dilahirkan, aku harus kehilangan orang yang paling kusayang. Bahkan saat aku belum sempat merasakan halus lembut belaiannya

Delapan belas tahun yang lalu, tepat dimana aku dilahirkan, suasana yang seharusnya mengharu biru karena bahagia berubah menjadi hari penuh air mata

"Seandainya, dulu Bunda tidak melahirkanku, mungkin Bunda masih bisa tersenyum sampai hari ini" Tubuhku bergetar, Air mataku sudah menganak sungai, Rasanya begitu sesak setiap kali aku ngucapkan ini

"Maafkan Gendis, Bunda" Tubuhku semakin bergetar karena tangis

"Maaf!" Selalu itu yang kuucapkan ketika rasa sesal menjalar keseluruh hatiku

Kemudian seseorang menggenggam lembut tanganku, genggaman yang sesaat mampu menenangkanku

"Berhentilah menyalahkan dirimu, atas kesalahan yang tidak pernah kamu lakukan, Nda!" Ucapnya lembut seraya mengusap punggung tanganku

"El!" Panggilku lalu menghambur kepelukannya, tubuhku bergetar karena tangis yang terisak. Ia membalas pelukanku dan mengusap punggungku lembut

"Jangan terus menerus menyalahkan dirimu, Nda!" Ucapnya, sambil terus mengusap punggungku lembut "Semua sudah kehendak Tuhan, kamu harus ikhlas dan sabar!" Dia terus saja menghiburku dengan nasihat-nasihatnya

Aku semakin terisak dipelukannya, rasanya begitu nyaman karena bisa menumpahkan rasa sesak didalam dadaku. Hanya dia yang selalu menghiburku, bersamanya mampu mengurangi rasa nyeri yang tertanam didalam hatiku

"Ayo pulang!" Ajaknya setelah aku melepaskan pelukanku

"Aku masih ingin disini, El!" Lirihku "Sebentar saja!" Pintaku memohon

"Hari sudah semakin sore, Nenek pasti sudah menunggumu!" Ucapnya lembut

Aku pun mengangguk dan berpamitan kepada Bundaku, ia lalu mengandeng tanganku beejalan keluar area pemakaman

Ia melajukan motor maticnya dengan kecepatan sedang menuju rumah ku, aku hanya tinggal berdua dengan nenekku. Karena lima tahun yang lalu kakekku menyusul bunda menghadap sang Pencipta

Di perjalanan pulang, pikiranku melayang pada masa dimana aku pertama kali bertemu dengan sahabatku

Flashback On

Author POV

"Dasar bisu.... Dasar bisu.... Dasar bisu" Terdengar teriakan beberapa anak mengejek seorang anak perempuan dengan rambut dikepang dua

"Heh bocah bisu! kenapa kamu sekolah disini?" Tanya seorang anak perempuan berkucir dua, lalu mendorong kasar anak yang diteriaki bisu tersebut

"Gimana mau jawab, orang dia bisu!" Celetuk anak lainnya, dan terdengar tawa anak-anak menggema diruangan kelas satu tersebut

Anak yang dibully pun hanya bisa menangis tanpa suara

"Hey jangan ganggu dia!" Teriak seorang anak laki-laki berpipi gembul dari arah pintu

Seketika mereka diam lalu mengalihkan pandangannya menatap anak laki-laki tersebut

"Siapa kamu, berani-beraninya belain si bisu dari goa hantu ini?" Tanya anak perempuan berkucir dua

Bukannya menjawab, anak laki-laki tersebut lalu menarik tangan anak yang dibully untuk berdiri

"Bukannya jawab, malah diem aja!" Ucap si gadis kecil berkucir dua dengan kesal

"Wah cocok banget mereka berdua, yang satu bisu yang satunya lagi budek!" Celetuk salah satu siswa diruangan tersebut dan disambut gelak tawa teman-temannya

Anak laki-laki tersebut lalu berjalan sambil menuntun anak perempuan berkepang dua yang menjadi korban bullying tersebut untuk meninggalkan kelas, tanpa menghiraukan teriakan-teriakan dari siswa dan siswi diruang kelas satu

Ia membawa gadis kecil tersebut ditaman sekolah, mereka lalu duduk dibangku yang telah disediakan

"Aku Samuel!" Ucap anak laki-laki tersebut sambil mengulurkan tangannya didepan anak perempuan berkepang dua

Anak perempuan tersebut menerima uluran tangan anak laki-laki tersebut dan tersenyum, tanpa mengucapkan sepatah katapun

'Apa dia nggak bisa ngomong, ya?' Batin Samuel bertanya

"Kamu sudah bisa nulis dan membaca?" Tanya Samuel lembut dan dijawab anggukan oleh anak perempuan tersebut

Samuel lalu mengeluarkan buku dan pensil dari dalam tasnya dan memberikannya kepada anak perempuan tersebut

"Tulis namamu disitu, aku sudah bisa baca kok!" Pinta Samuel

"Gendis" Tulis anak perempuan tersebut

"Oh Gendis" Jawab Samuel sambil mengangguk-anggukkan kepalanya

Anak tersebut mengangguk, beruntungnya gendis sudah diajari CaLisTung (Membaca menulis dan berhitung) oleh neneknya sedari ia berumur tiga tahun

"Nama panjangku Samuel Gionino Petrus!" Ucap Samuel "Kalau nama panjang kamu?" Lanjutnya bertanya

"Gendis Alamanda Maheswari" Tulis Gendis

"Sekarang aku panggil kamu 'Manda'! Dan kamu bisa panggil aku 'El'!" Ucap Samuel sambil tersenyum

Dan hanya dijawab anggukan oleh Gendis

"Mulai sekarang kita teman!" Ucap El sambil mengajukan jari jentiknya dan disambut oleh jentik Manda atau Gendis

"Kamu kok nggak masuk kelas, Nak?" Ucap seorang guru perempuan

Samuel lalu berbalik kebelakang dan tercengir melihat Bundanya yang berdiri di belakangnya. Ya, guru tersebut adalah Bunda Samuel

"Temen-temen nakal, Bunda!" Ucap Samuel

"Nakal kenapa?" Tanya Bunda Samuel lembut

"Mereka nakal sama temen Sam, Bunda!" Ucap Samuel sambil melirik Gendis disebelahnya. Samuel memang akrab disapa Sam oleh orang-orang, termasuk orang tuanya. Tapi ia meminta dipanggil El oleh teman disebelahnya

"Siapa nama kamu, Cantik?" Tanya Bunda Samuel sambil mengelus rambut Gendis

Gendis lalu menunjukkan tulisannya tadi kepada Bunda Samuel

'Oh jadi anak ini yang begitu pemalu dan tidak bisa berbicara dengan semua orang!' Bunda Samuel membatin

Bunda Samuel sebelumnya telah diberitahu oleh nenek Gendis ketika mendaftarkan Gendis masuk sekolah

"Ini Bundaku, Nda!" Ucap Samuel memperkenalkan "Kalau disekolah panggil Ibu, kalau diluar sekolah panggil Bunda!" Lanjut Samuel menjelaskan

Gendis mengangguk sebagai tanda mengerti

Bunda Samuel bernama Maria, ia adalah seorang guru di sekolah dasar tempat Gendis dan Samuel akan menuntut ilmu, Sedangkan Ayah Samuel bernama Antonius. Ayah Samuel adalah pemilik yayasan tersebut

Gendis tidak sekolah di Sekolah Dasar Negri, tapi ia disekolahkan disekolah swasta oleh neneknya, dengan maksud agar Gendis bisa diberi perhatian lebih oleh para guru, mengingat kondisi Gendis yang istimewa

Flashback Off

***

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak ya gaes, dengan cara like komen dan vote

Peluk cium via online dari Author 🤗😘

Terpopuler

Comments

Rokiyah Yulianti

Rokiyah Yulianti

aku mampir thor, seru neh kayanya

2021-03-01

1

Alyaa

Alyaa

salm kenal ya author...
aku bru mampir.. 🤗🤗
sehat selalu ya author...
semangat buat nulis nya

2021-02-10

1

Nur Fadillah

Nur Fadillah

mampir nih kk
baru baca menarik 👍

2021-02-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!