Gendis POV
Seminggu sudah berlalu sejak pengumuman kelulusanku, keseharianku hanya dirumah dan membantu nenek mengerjakan pekerjaan rumah. Hanya itu yang bisa ku lakukan untuk membantu sedikit meringankan beban yang dipikul nenek
Ketika aku sedang duduk bersantai diteras rumah bersama nenek, tiba-tiba tetanggaku bertamu kerumah
'Tidak biasanya Bude Sri main kesini!' Batinku bertanya
"Assalamu'alaikum!" Sapa Bude Sri
"Wa'alaikumsalam" Jawab nenek dan aku hanya menjawab dalam hati
Bude Sri langsung duduk bergabung bersama kami
"Ndis, kamu mau nerusin kuliah atau mau kerja?" Bude Sri bertanya sambil menatapku
"Gendis dapet beasiswa kuliah di Jakarta, Sri!" Nenekku yang menimpali
"Oh jadi mau lanjut kuliah kamu, nduk!"
Aku diam tak tau harus menjawab apa, disatu sisi aku sangat ingin bisa melanjutkan pendidikanku, tapi disisi lain aku tak ingin terus menerus menjadi beban untuk nenek
"Memangnya kamu lagi cari orang kerja, Sri?" Nenekku bertanya
"Iyo bik!" Jawabnya "Di Jakarta, deket sama ponakanku"
"Kerjo opo neng kono? (Kerja apa disana?)" Nenekku bertanya
"Beres-beres rumah, Bik!" Jawab Bude Sri "Kalau ponakanku kan jadi baby sitter, itu tetangga bosnya yang lagi cari orang"
"Aku aja kalau gitu, Sri" Nenekku menarwarkan diri
"Ya kalau Bibik masih bisa, ndak opo!" Bude Sri menjawab santai
Setelah bude Sri pergi, aku dan nenek masuk ke dalam rumah, karena sebentar lagi maghrib
Setelah menjalankan ibadah 3 rakaat, aku dan nenek makan malam bersama, walaupun dengan lauk seadanya tapi aku sangat bersyukur karena masih diberi rezeki untuk bisa menikmati makanan ini
"Nek, Gendis kerja aja, ya?" Aku bertanya setelah selesai mencuci piring
"Kamu kuliah aja, Nduk!" Nenekku memang tau kalau aku mati-matian belajar agar bisa mendapatkan beasiswa itu
"Tapi Gendis nggak pengen nyusahin nenek terus" Ucapku sambil menunduk
"Nduk!" Panggil nenek dengan mengusap tanganku lembut "Siapa yang bilang kamu nyusahin, Nenek?"
"Gendis yang merasa, Nek! Gendis hanya jadi beban untuk nenek!" Dadaku terasa sesak setiap kali mengingat bahwa aku hanya menyusahkan nenekku sedari bayi
"Nenek tidak merasa kamu jadi beban, kamu itu tanggung jawab nenek, Nduk!"
"Tapi gendis sudah besar, Nek! Sudah seharusnya sekarang gantian Gendis yang mengurus nenek!" Tukasku "Gendis janji akan minta diizinkan untuk kerja paruh waktu, agar bisa mengambil beasiswa itu"
Akhirnya Nenekku menyetujuinya setelah aku merayunya habis-habisan
***
Author POV
Keesokan harinya, Samuel datang untuk menemui Gendis
"Manda!" Panggil Samuel sambil mengetuk pintu
Gendis keluar untuk menemui sahabatnya itu, Gendis hanya dirumah seorang diri kala pagi sampai sore menjelang. Karena saat itu neneknya pasti sedang bekerja dikebun milik tetangga
Terkadang membantu memetik cabe, tomat, atau memanen Bawang, atau kalau musim menanam padi, Neneknya akan ikut bekerja menanam padi. Hanya itu sumber penghasilan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari cucunya dan dirinya sendiri
Saat Gendis membuka pintu, Samuel sudah duduk dikursi teras
"El?" Sapa Gendis seraya tersenyum
"Manda, kita jalan-jalan, yuk!" Ajak Samuel
"Kemana, El?" Gendis bertanya
"Kekota!" Jawab Samuel
Perjalanan dari desa gendis menuju kota hanya memakan waktu kurang lebih empat puluh lima menit ditempuh dengan sepeda motor
Gendis pun mengangguk, ia lalu masuk kedalam untuk mengganti pakaian, Gendis sengaja menerima tawaran sahabatnya itu sekaligus ia ingin berpamitan untuk bekerja di Jakarta
Samuel melajukan motornya setelah gendis siap. Melewati hamparan sawah yang padinya mulai menghijau, dan hamparan sayur mayur hasil tanaman para petani. Sungguh pemandangan yang menyejukkan mata siapapun
Samuel menepikan motor maticnya disebuah warung bakso, ia dan Gendis lalu masuk kewarung tersebut, Samuel memesan dua mangkuk bakso, untuk nya dan untuk Gendis
Sambil menunggu pesanan datang, gendis menuliskan sesuatu didalam Ponselnya dan memberikannya kepada Samuel untuk dibaca
"El, dua hari lagi aku mau kerja ke Jakarta!" Tulis Gendis
Setiap kali ditempat banyak orang, Gendis akan menulis atau berbicara menggunakan bahasa isyarat dengan Samuel. Tapi saat hanya ada mereka berdua, Gendis akan dengan leluasa berbicara dengannya
"Kamu nggak ngambil beasiswa kamu, Nda?" Tanya Samuel
Gendis menggeleng
"Kenapa?" Tanya Samuel
"Aku tidak ingin membebani nenekku lebih lama lagi, El! Sudah saatnya aku yang mengurusnya, bukan dia terus menerus yang mengurusku" Tulis Gendis, Wajahnya nampak sendu
Samuel tau apa yang dipikirkan sahabatnya itu
"Kamu yakin, Nda?" Samuel memastikan "Kamu susah payah belajar giat untuk mendapatkan itu, dan sekarang kamu membuang kesempatan itu?"
Gendis mengangguk "Jika nanti ada kesempatan, aku akan berusaha untuk membagi waktu agar bisa kuliah, El!" Tulis gendis
Obrolan mereka terhenti saat Mas penjual bakso mengantarkan pesanan mereka berdua. Setelah menghabiskan baksonya, mereka lalu pergi menuju taman kota setelah sebelumnya Samuel membayar baksonya terlebih dahulu
Tidak sampai lima menit, motor yang dikendarai Samuel tiba ditaman kota. Gendis dan Samuel duduk berdampingan di kursi taman
"Bagaimana nanti kalau kamu kecantol cowok kota, Nda!" Ucap Samuel sendu
"Dan kamu pun sama, El! Kamu akan jatuh cinta dengan teman kampusmu dan melupakan aku" Jawab Gendis sambil melirik sahabatnya
"Aku rasa tidak akan pernah!" Ucap Samuel sendu
"Kamu tidak boleh seperti itu, El!" Jawab Gendis sambil menggenggam tangan sahabatnya
"Kamu tentu sudah tau jawabannya, Nda!" Ungkapnya sambil melirik sahabatnya
"Belajarlah membuka hati, El! carilah perempuan yang baik untuk masa depanmu" Nasihat Gendis
.
"Tidak ada yang sebaik kamu, Nda! Tidak ada dan Tidak akan pernah ada"
Gendis diam tak bisa berkata-kata lagi. Benar yang dikatakan orang-orang kalau tak ada persahabatan yang murni antara perempuan dan laki-laki tanpa tumbuh rasa nyaman dan cinta
"Kenapa kita tidak pernah mencobanya, Nda!" Ucap Samuel sendu "Dan membiarkan waktu yang akan menyelsaikan kerumitan ini!" Lanjutnya lalu menatap sendu gadis disebelahnya
Entah sejak kapan rasa itu mulai tumbuh diantara Gendis dan Samuel, yang mereka tau, mereka nyaman saat bersama, mereka merasakan kesedihan yang sama saat salah satu terluka
Mereka ibarat tangan dan mata, saat tangan terluka maka mata akan menangis, dan saat mata menangis tanganlah yang akan menghapus air mata itu. Mereka saling membutuhkan satu sama lain, mereka saling mengasihi dan melindungi
Gendis seolah menemukan sosok yang telah hilang dan bahkan tidak pernah ia kenal, laki-laki yang paling Gendis sayangi setelah kakeknya
Samuel yang selalu ada saat Gendis tersakiti, selalu membela saat Gendis dihina, dan melindungi saat Gendis dibully
Sungguh takdir Tuhan macam apa ini, mereka saling mencintai tapi tak akan pernah bisa saling memiliki
***
Jangan lupa selalu tinggalkan jejak yea readers, dengan cara tekan like, lalu komen, vote agar author tambah semangat berkarya. Dan jadikan favorit kalau kalian menyukai cerita Gendis
Peluk cium via online dari author🤗🤗😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Wiyanti
pasti karena keyakinan dan ekonomi ya Thor makanya gendis dan Samuel tidak bisa bersama..🤔
itu sich pemikiran aku aja Thor, maaf klau salah..🙏🙏😁
2021-06-16
1
kris rahayu
next
2021-06-01
1
Rokiyah Yulianti
kenapa mereka gabisa bersama thor??? penasaran akutuh
2021-03-01
1