Bab 6

Seorang gadis sedang menatap kosong kearah taman bunga yang sedang bermekaran, tangan kirinya memegang buku dan tangan kanannya memegang pensil. Pikirannya melayang entah kemana, hingga tak menyadari bahwa ada seseorang yang sedari tadi mengamatinya

Orang itu berjalan mendekat dan duduk tepat disebelah gadis itu, matanya menatap lembar kertas berisikan coretan indah wajah seorang pemuda tampan dan gadis cantik. Dalam sketsa tersebut nampak senyum yang begitu menawan, memancarkan kebahagiaan yang begitu sempurna

"Jangan bengong!" Ucapan orang tersebut membuyarkan lamunan gadis itu

Gadis tersebut menatap kaget pemuda yang duduk disebelahnya

"Nggak usah kaget gitu!" Ucap pemuda itu ramah

"Sejak kapan, Mas duduk disini?" Gadis itu bertanya dengan isyarat

"Baru saja!" Abi menjawab santai, ya pemuda itu adalah Abimana dan gadis tersebut adalah Gendis

"Kamu ternyata pintar menggambar ya?" Abi kembali bertanya

"Tidak pandai, hanya sekedar bisa!" Gendis menjawab menggunakan bahasa isyarat

Abi bisa mengerti dan menggunakan bahasa isyarat, karena dulu dia mempunyai teman yang berkebutuhan khusus seperti Gendis

"Kenapa tidak mencoba dikembangkan, agar bisa menjadi pandai?"

Gendis hanya tersenyum miris menanggapi, 'siapa yang tak ingin bisa mengembangkan bakat yang terpendam, tapi keadaan yang memaksa untuk menguburnya semakin dalam' Batin Gendis

Sebenarnya Abi ingin menawarkan untuk membiayai kuliah Gendis, tapi Abi tau kalau Gendis bukanlah gadis yang bisa dengan mudah menerima bantuan dari orang lain, termasuk dirinya

"Ndis, temenin Mas jalan-jalan, yuk!" Ajak Abi

Gendis menggeleng, bukan tak ingin pergi jalan-jalan untuk mengurangi rasa bosannya, tapi ia sungkan saat harus pergi bersama Abi

"Ayo lah, sekali saja!" Pinta Abi memelas "Ma, Gendis aku ajak jalan-jalan, ya?" Ucapnya meminta izin kepada Lusi yang kebetulan lewat

"Ajak aja, biar dia tau kota Jakarta, Bi" Lusi mengizinkan dengan senang hati

Gendis terpaksa mengikuti kemauan Abi, sekali-kali tak apalah pikir nya. Gendis lalu masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaian dan berpamitan kepada Mbok Minah

"Pakai uang Mbok dulu, Nduk! Kalau kamu nanti pengen beli apa-apa" Ucap Mbok Minah sembari menyerahkan beberapa lembar uang kertas untuk Gendis bawa

Sungguh Gendis serasa menemukan keluarga baru disini, dikelilingi orang-orang baik membuat Gendis tak merasa kesepian. Lalu bagaimana dengan neneknya? Aiiih dada Gendis tiba-tiba terasa nyeri ketika mengingat neneknya

Sudah hampir tiga minggu ia tak memberi kabar kepada neneknya, karena sekarang Samuel sudah kuliah di Jakarta. Gendis dan Samuel hanya dapat bertukar kabar di malam hari, karena kesibukan Samuel sebagai mahasiswa baru yang menyita sebagian besar waktunya

"Nggak usah, Mbok!" Tulis Gendis dilayar ponselnya

"Nggak apa-apa, Nduk. Bawa aja! Nanti kalau nggak kepake kamu bisa balikin lagi" Ucap Mbok Minah sedikit memaksa, walaupun ia tahu pasti Abi tidak akan tinggal diam ketika Gendis hendak berbelanja

Akhirnya Gendis membawa uang Mbok Minah dengan berat hati

Abi melajukan mobilnya setelah Gendis duduk disebelah kemudi, tak sampai setengah jam mobil yang dikemudikan Abi tiba disebuah pusat perbelanjaan. Gendis dan Abi lalu berjalan masuk kedalam Mall tersebut setelah Abi memarkirkan mobilnya

Gendis menatap takjub pemandangan didepan matanya, ini adalah kali pertama kakinya menginjak pusat perbelanjaan. Jika dikampung dulu, jangankan Mall, mau belanja ke minimarket saja perjalanan yang harus ditempuh sekitar setengah jam

"Mau makan dulu atau nonton?" Tanya Abi sambil melirik gadis manis yang berjalan disampingnya

"Terserah Mas aja!" Gendis menulis dilayar ponselnya

"Ya udah kita nonton dulu, abis itu makan, abis makan terus belanja kita!" Abi berbinar sambil mengabsen kegiatan yang akan ia dan Gendis lakukan

Gendis mengangguk patuh kemudian mengikuti kemana Abi akan membawanya

"Kamu suka nonton film genre apa, Ndis?" Tanya Abi sebelum memesan tiket

Gendis tampak diam berfikir, film apa pikirnya, karena jujur saja Gendis tidak pernah menonton film walaupun itu hanya di tv

"Kalau film romantis, kamu masih belum cukup umur, Ndis" Ucap Abi setengah bercanda untuk mencairkan suasana

"Gimana kalau film action?" Abi kembali bertanya

Gendis yang tidak tau film seperti apa yang dimaksud Abi, hanya bisa mengangguk pasrah

Akhirnya Abi membeli tiket film action, mereka lalu duduk dikursi pojok belakang

Abi sudah membeli popcorn dan minuman sebagai teman nonton, sebenarnya Abi kurang suka dengan film action dan lebih senang dengan film bergenre komedi. Tak apalah biar Gendis senang, karena dia fikir Gendis menyukai film action

Film sudah dimulai, semua orang nampak diam menyaksikan film tersebut, tak terkecuali Gendis dan Abi

Saat film sudah sampai dipertengahan, muncul bulir-bulir keringat dingin yang membasahi dahinya, Walaupun AC menyala dengan sempurna tak mengurangi kringat dingin yang terus mengucur dikening Gendis, wajahnya sudah pucat pasi

Abi yang akan mengambil popcorn tak sengaja menyenggol tangan Gendis yang terasa dingin seperti es

"Kamu kedinginan, Ndis?" Abi mengira tangan Gendis yang dingin karena kedinginan, ia lalu melepas sweater nya untuk Gendis kenakan

Awalnya Gendis menolak untuk mengenakan sweater Abi, karena Gendis tidak kedinginan melainkan ketakutan

Saat adegan yang ditampilkan adalah seorang anak kecil yang diculik oleh musuh ayahnya lalu ditembak secara membabi buta, tiba-tiba Gendis menangis terisak sambil membenamkan wajahnya dilengan kekar Abi

Sontak Abi kaget karena tiba-tiba Gendis menangis

"Are you okay?" Abi berbisik ditelinga Gendis

Tapi Gendis malah semakin terisak saat mengintip adegan film didepannya yang memperlihatkan anak kecil tersebut tubuhnya hendak dimutilasi dengan menggunakan chainsaw oleh sipenculik. Beruntunglah mereka duduk dipojok jadi tidak menyita perhatian penonton yang lain

Tak ingin mengambil resiko karena disangka berlaku tak senonoh terhadap Gendis hingga membuatnya menangis tersedu, akhirnya Abi memilih untuk mengajak Gendis keluar dari ruangan tersebut

Abi mengajak Gendis ke restoran korea, setelah sebelumnya menghapus air mata Gendis terlebih dahulu

"Pasti dia suka nih makan disini, kan biasa ciwi-ciwi seumuran Gendis paling demen sama sesuatu yang berbau korea-korea gini!' Batin Abi

"Kamu mau makan apa, Ndis?" Tanya Abi sambil menunjuk buku menu

Gendis yang tidak tau tentang makanan korea hanya bisa menunjuk makanan tersebut asal

"Kamu mau Tteokbokki?" Tanya Abi

'Apa? Tabokin? Siapa yang mau ditabokin sih' Batin Gendis bingung karena ia memesan makanan bukan mau ditabokin, salah apa juga pikirnya

Gendis lalu menggeleng "Nggak mau lah Mas, siapa juga yang mau ditabokin!" Tulis Gendis dengan sedikit kesal

Abi malah terbahak-bahak setelah membaca apa yang ditulis Gendis

"Tteokbokki, Ndis! Bukan tabokin" Ucapnya setelah tawanya mereda

Terserah deh pikir Gendis

"Tteokbokki itu penganan Korea berupa tteok dari tepung beras yang dimasak dalam bumbu gochujang yang pedas dan manis. Tteok yang dipakai berbentuk batang atau silinder!" Abi menjelaskan 'Polos banget sih kamu, Ndis' Lanjutnya membatin

Gendis hanya bisa mengangguk walau sebenarnya ia tak mengerti

Abi lalu memesan beberapa menu andalan di restaurant tersebut untuk ia nikmati bersama Gendis

Tanpa mereka sadari ada dua pasang mata yang sedari mereka masuk restaurant tersebut memperhatikan semua tingkah mereka

"Cuih dasar pedophile!" Ucapnya mencibir

Wajar saja Abi disangka seorang pedofil, karena Gendis berdandan alakadarnya sesuai usianya, ya walaupun Abi juga tidak terlihat tua dengan kaos berwarna putih dan celana joger berwarna krem yang dikenakannya malah terlihat semakin mempesona dimata kaum hawa

Gendis mengenakan kaos oblong berwarna hitam dan celana jeans berwarna biru, ditambah sneakers berwarna putih, serta rambut digelung ala-ala korea, walau sebenarnya gendis tak tau kalau gaya rambutnya ala-ala korea. Ia hanya merasa nyaman dengan gaya rambut seperti itu

Gendis semakin tampak seperti anak sekolahan karena sweater kebesaran milik Abi yang ia kenakan

Dua pasang mata tersebut terus memperhatikan Gendis dan Abi dengan tatapan tak sukanya

"Bakal bertahan berapa lama kebahagiaan elo!" Ucapnya dengan senyum menyeringai, ia lalu pergi keluar restaurant tersebut

***

Please jangan jadi silent readers ya gaes, tinggalkan jejak sebagai mood booster author

Dengan Cara tekan like, komen dan vote! Jadikan favorit kalau kalian menyukai cerita Gendis

Salam Samyang dari author amatiran, peluk cium via online untuk readers tercintaaaah🤗😘😘

Terpopuler

Comments

Rokiyah Yulianti

Rokiyah Yulianti

wah siapa itu, ada yg dendam kah ke abi??? penasaran

2021-03-01

2

temok

temok

siapakah? s gerhana kah

2021-02-15

1

Nur Fadillah

Nur Fadillah

siapa itu thorr

2021-02-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!