Merantaulah, agar kau tau artinya merindu ~ Gendis Alamanda
Selembar kertas terbang melayang dijalanan, dan menempel tepat diwajah seorang pemuda tampan yang sedang duduk di samping kemudi. Kebetulan mobil sport pemuda tersebut sedang dibuka kap penutupnya, agar ia bisa menikmati jalanan malam yang penuh kemacetan itu
"Apa itu, Bro?" Tanya seorang pemuda yang hampir sama tampannya dengan yang duduk disebelahnya
Pemuda tampan tersebut lalu mengambil dan memperhatikan kertas tersebut yang ternyata sketsa wajah seorang gadis cantik dan seorang pemuda tampan
"Sketsa!" Jawabnya dingin
"Coba gue liat!" Pinta pemuda tersebut
"Lo nyetir aja yang bener! Nggak usah liat-liat!" Ucapnya dingin
Pemuda tersebut lalu kembali fokus ke jalanan, membelah kemacetan yang sudah menjadi makanan sehari-hari bagi warga ibu kota
'Siapa gadis ini? Apa dia habis putus dari pacarnya ini, lalu membuang sketsa wajah mereka kejalanan!" Batin pemuda dingin itu
Ia hendak membuang sketsa tersebut tapi ia urungkan niatnya lalu ia memasukkan kertas tersebut kedalam tas kerjanya
Mobil mewah tersebut telah tiba di depan rumah megah bak istana dengan begitu banyak penjaga disetiap sisinya, lalu diikuti sebuah mobil yang juga berhenti diparkiran rumah mewah tersebut, empat orang dengan setelan jas serba hitam turun dari mobil tersebut
"Kalian istirahatlah!" Ucapnya dingin, menyuruh empat orang bodyguard nya untuk beristirahat, karena esok mereka harus kembali bekerja menjaganya
Ya, rumah megah bak istana itu adalah rumah pemuda dingin yang menemukan sketsa wajah seorang gadis cantik dan pemuda tampan dijalan ketika pulang dari kantor
Ia lalu masuk kedalam rumah dan disambut oleh para pelayan yang sudah berjajar rapi
"Selamat malam, Tuan!" Sapa sang kepala pelayan sambil menunduk hormat
Tak ada sahutan sama sekali dari pemuda tersebut, kemudian ia berlalu pergi kedalam kamarnya dan diikuti oleh dua pelayan yang akan menyiapkan air mandi dan baju ganti untuknya
Bagi pelayan hal itu sudah biasa mereka terima dari bos dingin dan arogannya itu
"Selamat malam, Tuan!" Sapa kepala pelayan kepada pemuda yang berjalan dibelakang pemuda dingin tersebut
"Malam!" Ucapnya datar, tapi itu lebih baik dari pada menyapa namun tak dihiraukan pikir kepala pelayan tersebut
"Kalian beristirahatlah!" Ucapnya datar sambil berlalu pergi meninggalkan deretan para pelayan
"Baik, Tuan!" Jawab kepala pelayan yang masih dapat didengar pemuda tersebut
'Yang satu dingin, yang satu datar. Sungguh perpaduan yang sempurna' Batin sang kepala pelayan, ia lalu menyuruh para pelayan untuk segera beristirahat
***
"Kalian boleh keluar!" Ucap pemuda tampan nan rupawan tapi keindahan fisiknya sungguh berbanding terbalik dengan sikapnya yang arogan
Kedua pelayan tersebut mengangguk hormat lalu meninggalkan pemuda tersebut
Ia mengambil kertas yang ia temukan kurang dari satu jam yang lalu dan kembali memperhatikan sketsa tersebut dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan
Ia lalu keluar kamar menuju ruang kerjanya untuk menyimpan sketsa tersebut didalam lemari, sebelum menyimpannya, ia meletakkan sketsa tersebut kesebuah figura
Setelah itu, ia kembali kedalam kamarnya dan segera membersihkan diri, kemudian ia membaringkan tubuh lelahnya diatas ranjang empuk nya
***
Gendis masuk kedalam kamar yang menurutnya lebih luas dan lebih bagus dari pada kamarnya dikampung. Setelah itu ia mandi, selesai dengan urusannya Gendis mengambil ponselnya untuk mengirim pesan kepada sahabatnya
Gendis
El, aku sudah sampai dan baru selesai mandi
Kelihatannya bosku orang yang baik
Gendis lalu mengirimkan pesan tersebut, dan baru saja Gendis akan meletakkan kembali ponselnya, ponselnya sudah menunjukkan notifikasi pesan balasan
Samuel
Syukurlah!
Kamu sudah makan, Nda?
Ingat, jaga diri kamu baik-baik disana, karena aku tidak bisa menjagamu disana!
Gendis tersenyum membaca pesan dari sahabatnya itu, sahabat yang sangat over protective untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya
Gendis
Iya, El! Kamu juga jaga diri baik-baik disana dan sampai jumpa di Jakarta
Samuel
Tunggu saja!
Segera tidur sudah malam, bukankah esok kamu harus bekerja
Samuel memang akan kuliah di Jakarta, awalnya Gendis pun mendapatkan beasiswa kuliah di Jakarta hingga Samuel memutuskan untuk kuliah di Jarkarta agar bisa selalu menjaga Gendis
Tapi keadaan berkata lain, keadaan memaksa Gendis untuk mengubur dalam-dalam keinginannya itu
Gendis
Iya, kamu juga istirahatlah!
Good night and have a nice dream
Samuel
Night Sweety 😍😍
Gendis meletakkan kembali ponselnya diatas nakas dengan senyum yang mwngembang
Tok tok tok
Seseorang mengetuk pintu kamar Gendis
"Kamu sudah makan, Nduk?" Tanya Mbok Minah, ternyata orang tersebut adalah Mbok Minah
Mbok Minah datang dengan membawa cemilan, segelas susu hangat dan sebotol air mineral untuk Gendis
"Gendis sudah makan tadi di dekat terminal, Mbok" Tulis Gendis dilayar ponselnya
Beruntungnya, Mbok Minah tidak buta huruf walaupun sudah tua
"Kalau begitu minumlah susu ini, Nduk! Biar nanti kamu bisa tidur nyenyak!" Ucap Mbok Minah seraya menyodorkan gelas berisi susu tersebut
Gendis menerima gelas tersebut dan menenggak susu didalamnya
"Trima kasih, Mbok!" Tulis Gendis seraya tersenyum
Mbok Minah mengangguk seraya tersenyum, Mbok Minah sudah diberi tahu oleh Lusi perihal keistimewaan Gendis. Ia cukup prihatin melihat Gendis, Gadis manis yang terlihat begitu sopan
"Segera istirahat! Besok kita mulai bekerja setelah sholat subuh" Ucap Mbok Minah sambil mengusap lembut bahu gendis, ia lalu keluar dan menuju kamarnya yang terletak disebelah kamar Gendis
Gendis memejamkan matanya, mencoba berselancar kedunia mimpi, tapi matanya terbuka kembali karena kepikiran neneknya dikampung
"Nenek sedang apa? Sudah tidur? Tadi nenek makan apa? Gendis kangen!" Lirih Gendis, tak terasa buliran bening mulai berjatuhan dari netra indahnya
"Maafkan Gendis, Bunda! Karena tidak bisa menjaga nenek!" Buliran bening semakin cepat menetes tak terbendung
Setelah lelah menangis akhirnya gendis tertidur dengan memeluk sketsa dirinya, sang bunda, nenek dan kakeknya yang sudah ia letakkan didalam figura kecil yang sengaja ia bawa dari rumah untuk melepaskan rindu kepada keluarganya
Gendis hanya bisa melihat keluarganya berkumpul dalam bentuk sketsa, karena ia belum sempat merasakan hangat dekapan bundanya
***
Sama halnya dengan Gendis, Nenek Tini pun merindukan cucunya
"Maafkan Ibu, Nak!" Ucapnya seraya mengelus lembut foto almarhum putrinya
"Maafkan Ibu yang tidak bisa menjaga putri kecilmu" Lirihnya dengan lelehan air mata yang menganak sungai
"Seandainya ia hidup bersama Ayahnya, tentu ia tidak akan pernah merasakan hidup dalam kemiskinan seperti ini" Lirinya penuh sesal
"Tidak akan merasakan, rasanya makan hanya dengan lauk garam dan cabe, tidak akan merasakan hari ini bisa makan lalu esok apakah masih ada rezeki untuk mengisi perut yang lapar!" Tangisnya terisak
"Tentu saat ini ia akan memakai pakaian yang indah, tidur diranjang empuk, dan tentu ia akan mendapatkan pendidikan yang baik!" Tangisnya tersedu begitu pilu
"Maafkan ibumu ini, Nak! Yang tidak bisa memberikan kehidupan yang layak untuk Gendis" Air matanya bagaikan anak sungai yang terus mengalir
Lelah menangis akhirnya nenek Tini tertidur di kamar cucunya dengan memeluk foto almarhumah putri cantiknya, yang sangat mirip dengan cucunya itu
***
Tak lelah author mengingatkan untuk jangan jadi silent readers ya gaes
Jangan lupa tinggalkan jejak sebagai penambah semangat untuk author up eps baru
Dengan cara like, komen dan jangan lupa vote, jadikan favorite agar dapet notifikasi setiap up eps baru
Peluk cium via online dari author keceh eh amatiran maksudnya🤗😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Rokiyah Yulianti
penasaran sama visual el sama manda
2021-03-01
2
Mey Ra
gendis kyak Limbad yaa😁😁
2021-02-02
3
Nur Fadillah
visualnya ada gc thorrr penasaran gendis
2021-02-02
1