Berdua di Halte

Siang ini matahari bersinar dengan gagahnya. Amanda merasa kulitnya perih sekali tersengat sinar matahari. Sepertinya syaraf-syaraf halus di kulitnya masih terkejut akan perubahan suhu yang baru saja dirasakannya. Dua buah AC di dalam kelas membuat suhu ruangan terasa adem. Berbeda jauh dengan suhu udara di luar kelas. Angin pun seolah segan berhembus siang ini.

Amanda berjalan cepat di antara antrian mobil-mobil mewah di depan gerbang sekolah.

"Heyyy...!!! Amanda!" Teriak seorang gadis di belakangnya. Amanda menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, mencari-cari dari mana asal suara yang memanggilnya.

Amel melambaikan tangannya dengan gerakan cepat. Amanda akhirnya menemukan Amel di antara kerumunan siswa-siswa yang sedang berdiri dan bercengkerama. Amanda melempar senyum dan membalas lambaian Amel.

Amel berlari-lari kecil menghampiri Amanda. "Kita ke situ aja dehhh..." Ajak Amel sambil menarik tangan Amanda. Mereka berdiri di bawah sebuah pohon yang rindang tak jauh dari gerbang sekolah.

"Kamu juga nunggu jemputan, bukan? Hehehe..." Amel bertanya dengan polos. Amanda menggeleng. "Ga, Mel. Aku pulang naik angkot." Jawab Amanda jujur.

"Apa!? Naik angkot? Panas-panas begini?" Tanya Amel lagi. "Iya. Gapapa sihh... Aku kan udah biasa." Amanda menjawab apa adanya. Amel melongo sejenak. Dia mencoba mencerna jawaban Amanda.

"Hmmm... Kalau saja kita searah, bisa barengan yahhh..." Ujar Amel. Amanda membalas kata-kata Amel dengan senyuman.

"Kok belum dijemput, Mel?" Tanya Amanda. "Iya, Om Danu terjebak macet nih. Barusan nelpon aku." Amel menjelaskan mengapa supirnya terlambat menjemput siang ini. Dia terlihat agak kesal.

"Oh... Ya udah, aku temenin kamu deh nungguin jemputan." Ujar Amanda dengan wajah yang ceria.

"Wahhh... Beneran nih gapapa?" Amel merasa segan. "Ntar kamu ketinggalan angkot." Sambung Amel. "Hahaha... Angkotnya banyak lohhh Mel. Santai aja. Aku juga ga buru-buru kok..." Ujar Amanda santai. Dia tidak tega meninggalkan Amel sendirian menunggu di bawah pohon ini. Amel adalah teman pertamanya di sekolah. Dia tidak akan pernah melupakan hal itu.

Smartphone Amel berbunyi. Dia segera menerima panggilan dan menekan tombol loudspeaker di smartphone-nya. "Amel, om udah deket ya." Suara seorang laki-laki di seberang sana terdengar jelas di kuping Amanda. "OK, om! Amel berdiri di bawah pohon besar deket gerbang ya om." Amel menjelaskan posisinya pada om Danu. "OK." Jawab om Danu singkat. Amel kemudian memutuskan panggilan di smartphone-nya.

Sebuah mobil Pajero Sport berwarna hitam berhenti tepat di hadapan mereka. "Makasih ya Amanda, udah temenin aku," ucap Amel senang. "Yukkk aku anterin sampe ke halte." Amel menawarkan bantuannya.

"Gapapa Mel. Aku jalan aja. Udah deket tuhhh. Kasihan kamu harus muter lagi kalau nganterin aku." Ujar Amanda sambil tersenyum sumringah.

Amel mempertimbangkan kata-kata Amanda. "OK dehhh... Kamu hati-hati ya." Amel berkata dengan berat hati. "Iya, kamu juga." Ujar Amanda masih dengan senyumannya yang tulus.

Om Danu segera melanjutkan tugasnya, membawa Amel pulang ke rumahnya. Amanda menatap dengan terpana. Sepertinya semua siswa di sini punya supir pribadi, fikir Amanda.

Amanda berjalan kembali dengan penuh semangat. Dia berjalan cepat di antara beberapa mobil mewah yang sedang parkir. Amanda hampir saja menubruk seorang gadis yang tiba-tiba keluar dari salah satu pintu mobil.

"Ehh... Maaf kak." Ujar Amanda buru-buru sambil menunduk. Gadis itu hanya menatap Amanda dengan ekspresi kaget. Hampir saja dia membuat Amanda jatuh. Seorang cowok keluar dari pintu mobil bagian depan.

"DEG!!!" Jantung Amanda hampir saja terlontar keluar. Kak Edo keluar dari mobilnya dengan gaya cuek. Dia menatap sekilas ke arah Amanda sambil tetap berbicara di smartphone-nya. Sedangkan gadis tadi sudah masuk kembali ke mobil Edo. Terlihat beberapa siswa senior di dalam mobil.

Seorang gadis berlari kecil di belakang Amanda. "Edo, aku nebeng ya!" Ujar gadis itu cepat. Edo mengangguk. Gadis itu masuk ke mobil Edo dan duduk di depan. Canda tawa terdengar dari dalam mobil Edo.

Edo berjalan melewati Amanda, dia tidak tersenyum apalagi menyapa. Sambil memutuskan telponnya, dia masuk ke dalam mobil dan membawa mobilnya melaju cepat meninggalkan Amanda.

Amanda terpaku. "Apakah kak Edo tidak mengenalnya?" Amanda bertanya-tanya dalam hatinya. Bukankah mereka baru saja bertemu tadi pagi. Bagaimana bisa kak Edo tidak mengenalnya siang ini.

Amanda melangkah gontai. Dia merasa sedikit sedih. "Ya, aku kan bukan siapa-siapa. Mungkin juga dia lupa kejadian tadi pagi." Amanda mencoba menghibur dirinya sendiri. Mungkin memang lebih baik kak Edo melupakan dirinya dan kejadian tadi pagi. Itu pasti lebih baik. Setidaknya wajah kak Edo tadi tidak terlihat kesal.

Amanda tiba di halte. Beruntung bagi Amanda, halte terlihat sepi siang ini. Dia langsung duduk melepaskan penatnya. Amanda mengeluarkan tissue yang ada di dalam tasnya. Keringatnya sudah mulai bercucuran akibat udara yang terlalu panas. Dia menyeka butiran-butiran halus keringat di dahinya.

"Tumben sepi ni halte." Gumam Amanda sambil memutar pandangannya. Dia duduk bersandar di salah satu bangku. Memori kejadian yang baru saja terjadi melintas lagi di benaknya. Dia termangu. Dia merasa sedih lagi, namun tidak tahu apa yang perlu disedihkan.

Seorang siswa berjalan cepat dengan wajah kesal ke arah halte. Amanda tersentak mendengar bunyi langkah kaki yang mendekat ke arah halte. Dia menajamkan pandangannya dan melihat sosok cowok yang kurus dan tinggi berjalan cepat ke halte.

"Huffftttt... Anak itu lagi." Amanda menggerutu dalam hati. Sebenarnya dia lebih senang sendirian di halte daripada bersama cowok aneh itu.

Doni kelihatannya sedang sangat emosi jiwa. Wajahnya terlihat kesal sekali. "OK, pa. Iya iya, aku ke sana!!" Ucap Doni geram. Dia menutup telponnya dengan wajah kusut. Handsfree masih bertengger di kedua telinganya. Dia duduk tak jauh dari Amanda. Dia mencoba mendengarkan musik favoritnya untuk meredakan emosinya. Sulit sekali menenangkan diri di cuaca panas begini.

Dua siswa yang sedang berada dalam kondisi mood yang tidak baik itu sama-sama terdiam. Mereka sibuk dengan fikirannya masing-masing. Amanda menyadari kehadiran Doni, begitu juga sebaliknya. Namun tidak ada satupun di antara mereka yang ingin memulai percakapan.

Amanda berharap angkot yang dia butuhkan segera lewat. Dia mulai merasa canggung berdiam diri terus dan berdua dengan Doni di halte.

Seorang pengemis tua berpakaian compang-camping tiba-tiba menghampiri halte. Amanda terkejut setengah mati. Dia terlalu sibuk dengan lamunannya sendiri sehingga tidak menyadari kehadiran pengemis tua tersebut.

Pengemis tua itu menyodorkan topinya yang lusuh sambil menyeringai ke arah Amanda. Amanda menjadi gelagapan. Jujur saja dia tidak punya uang yang bisa dia berikan, uangnya pas-pasan hanya cukup untuk ongkos pulang.

Pengemis tua itu tak bergeming, dia menyeringai lebih lebar. Amanda mulai merasa ketakutan. Dia melirik Doni yang duduk bersandar santai tidak jauh darinya. Yang dilirik ternyata sedang memejamkan mata, menikmati lagu demi lagu dari smartphone-nya. Sepertinya Doni juga belum menyadari kehadiran pengemis tua itu.

Amanda menjadi sedikit panik. "Maaf ya pak..." Amanda berkata sambil mengangkat tangannya pelan. Dia memberi tanda bahwa dia tidak bisa memberikan uang. Dia berharap pengemis tua itu segera beranjak pergi menjauh. Jantungnya mulai berdebar.

Tiba-tiba Doni bangun dari duduknya dan berjalan ke arah Amanda dan pengemis tua. Dia merogoh saku celananya. "Sial... Cuma ada selembar uang lima ribuan." Gerutu Doni dalam hati. Itu adalah uangnya untuk membayar ongkosnya siang ini.

Pengemis tua itu mulai tertarik dengan Doni. Dia menyodorkan topinya ke arah Doni. Doni membuka ransel dan mengeluarkan dompet. Dia mencari-cari uang di sela-sela dompetnya. "Yaelahhh... Cuma ini doang!" Doni menggerutu lagi dalam hati. Pengemis tua itu terlihat sudah tidak sabar.

"Ini pak." Ucap Doni. Dia mengeluarkan selembar uang merah dan memasukkan ke dalam topi lusuh pengemis tua itu. Pengemis tua memandangi uang pemberian Doni dengan mata berbinar dan mulut yang menyeringai lebar. Dia kemudian meninggalkan Doni dan Amanda yang terpana di halte.

Amanda melongo, dia shock melihat Doni memberikan uang seratus ribu untuk pengemis tua tadi. Itu bisa buat jajan Amanda selama dua minggu.

Amanda tidak mampu menahan diri untuk tidak berkomentar. "Kenapa ga ngasih uang lima ribu itu aja?" Tanya Amanda. "Itu kan ongkos aku." Jawab Doni cuek. "Kan bisa bayar pake uang seratus ribu tadi." Cecar Amanda lagi. "Lah... Ntar sopir angkotnya kerepotan nyari uang kembalian." Doni menjawab cepat. Dia kembali duduk, kini sudah lebih dekat dengan Amanda.

Amanda melongo. "Iya juga sih..." Amanda bergumam sendiri. Jawaban Doni cukup masuk akal. Ah sudahlah... Setidaknya dia merasa aman, pengemis tua itu sudah pergi jauh setelah diberikan uang oleh Doni.

Sudah lebih dari setengah jam mereka menunggu di halte. Amanda merasakan perutnya mulai keroncongan. Sebentar-sebentar dia melirik jam tangannya.

Doni memandang warteg di seberang jalan. Kerongkongannya sudah terasa sangat kering. Tapi dia tidak punya uang cash lagi untuk membeli minuman.

"Eh... Aku boleh pinjem duit?" Doni bertanya to the point. Amanda gelagapan. "Errrr... Ini juga tinggal ongkos." Amanda menjawab dengan nada bersalah. Dia sedikit menyesali kenapa tadi pagi dia sampai lupa membawa dompetnya.

"Oh... Ya sudah." Jawab Doni. Dia kembali duduk dan bersandar sambil memejamkan mata. Mencoba menikmati lagu-lagu favoritnya. Amanda memilih diam dan melirik lagi jam di pergelangan tangannya dengan tidak sabar.

"Dasar aneh. Tadi ngasi uang buat pengemis ga pake mikir. Sekarang minta ngutang juga ga pake mikir." Amanda menggerutu dalam hati. Dia heran sendiri dengan sikap Doni.

Akhirnya angkot yang ditunggu-tunggu tiba. Amanda segera berdiri dengan bersemangat. Dia langsung naik, disusul oleh Doni di belakangnya.

Doni memilih duduk di samping Amanda. Padahal jelas sekali banyak tempat duduk kosong yang bisa dia pilih karena siang ini penumpang angkot tidak seramai biasanya.

Amanda ingin protes. Namun dia sadar angkot adalah transportasi umum, jadi dia tidak berhak protes. Toh Doni juga tidak mengganggu siapapun di dalam angkot. Maka Amanda memilih protes di dalam hati saja.

Amanda betul-betul merasa kelaparan. Bunyi perutnya yang sudah kosong tidak dapat dia sembunyikan. Doni melirik cepat ke arah Amanda. Amanda nyengir kuda.

"Apa dia mendengarnya? Bukankah dia menggunakan handsfree di kupingnya? Dasar aneh." Ujar Amanda dalam hati.

Doni memberi tanda pada supir angkot untuk berhenti. Dia bergegas turun dari angkot dan membayar ongkos. Angkot berjalan kembali.

Amanda terheran-heran lagi. "Kenapa dia turun lagi di sini?" Batin Amanda. "Apa dia memang tinggal di dekat sini? Beneran aneh tu anak!" Amanda menimbang-nimbang sendiri. Rasanya tidak mungkin ada perumahan warga di sekitar kawasan itu.

Sepengetahuan Amanda, kawasan itu adalah pusat perkotaan, ada balai kota, gedung-gedung perkantoran dan perusahaan yang menjulang tinggi, dan hotel-hotel mewah berbintang. "Masa iya dia tinggal di hotel?" Amanda mulai menerka-nerka. Tapi kok rasanya mustahil.

Semakin berfikir, Amanda semakin merasa lapar. Dia berharap segera sampai di rumah dan menikmati makan siangnya dengan lahap.

Terpopuler

Comments

Akbar

Akbar

lha gw hari pertama masuk sekolah,,saat MOS katosnya langsung kenalan Ama gw,,disuruh ini disuruh itu tp GK pernah disuruh keanak cowok,,setelah MOS 3 hari🙄gw ditembak Ama katos Jd pacarnya akhirnya gw Nerima perasaannya,,hampir 4 THN pacaran akhirnya dia ngelamar gw dan akhirnya kita nikah,,dan Alhamdulilah skrg udah punya anak 1 baru berumur 4 bulan😌😌

2022-09-13

1

Dewayu

Dewayu

keren thour ceritanya, ringan untuk dibaca👍👍👍👍

2021-04-25

1

lihat semua
Episodes
1 SMA Terfavorit
2 Hari Pertama
3 Masa Orientasi
4 Sekretaris OSIS yang Tampan
5 Ide Gila Kakak Kelas
6 Salam dari Author
7 Bertemu di Kantin Sekolah
8 Bantuan Helena
9 Cowok di Halte
10 Mimpi Indah
11 Tak Ingin Di-bully
12 Pesona Sang Dewi Bulan
13 Wakil Ketos
14 Berdua di Halte
15 Vino vs Ketos (1)
16 Vino vs Ketos (2)
17 Vino vs Ketos (3)
18 Kasus!
19 Playing Victim
20 Author Menyapa
21 Salah Siapa?
22 Mendadak Viral
23 Bersama Andrew
24 Ketika Doni Kepo
25 Pertolongan Pertama
26 Bad Mood
27 Cemburu
28 Keberuntungan Vino
29 Mendung Berarti Hujan
30 Rahasia Cinta Edo
31 Senyuman Itu
32 I Hate Math!
33 Perih...
34 Demi Cinta
35 Pertaruhan Hidup dan Mati
36 Tuan Muda Anthony
37 Ikatan Hati
38 Malam yang Meresahkan
39 Bukan Kencan Impian
40 Wejangan Mama Vino
41 PR Tambahan
42 Pendaftaran Kegiatan Ekskul
43 Helena Menyontek
44 Patah Hati
45 Tuan Muda Sedang Bucin
46 Firasat Nyonya Wishnu
47 Bahagia dalam Berbagi
48 Sendu
49 Duka Dua Dara
50 Selalu Denganku!
51 Author Menyapa
52 Cowok Keren
53 Kamu Milikku!
54 Rasa yang Tak Biasa
55 Di Perpustakaan
56 Deg-degan
57 Adegan dalam Mobil
58 Setiap Hari Merindu
59 Dia Ramah Sekali
60 Kelaparan
61 Sahabat Lama
62 Persiapan Penyambutan Tamu Penting
63 Senyummu Mengalihkan Duniaku
64 Pesta Makan Malam
65 Harus Selalu Berdua
66 Integritas!
67 Sekretaris Tampan Tuan Muda
68 Mulai Perhatian
69 Cemas
70 Siapa Dia?
71 Agresif
72 Pacar!?
73 Rencana Nyonya Wishnu
74 Pertemuan Tiga Pria Tampan
75 Kesal
76 Kosong
77 Aku Akan Selalu Menemanimu
78 Amanda Galau
79 Sampai Terbawa Mimpi
80 Laki-laki Sejati
81 Malu-malu
82 Obsesi Windy
83 Penasaran
84 Akhir Pekan
85 Malam Minggu
86 Pameran Karya Ilmiah
87 Dua Cowok Keren di Aula
88 Handsome Driver
89 Panas
90 Gara-gara Essay
91 Amanda Bingung
92 Author Menyapa
93 E-mail yang Mengejutkan
94 Menemani Amanda
95 Keputusan Tuan Wishnu
96 Ryan Mulai Viral
97 Kecurigaan Tuan Muda
98 Curhatan yang Menyebalkan
99 Jepang (1)
100 Jepang (2)
101 Jepang (3)
102 Jepang (4)
103 Jepang (5)
104 Gadis yang Mengesankan
105 Belajar di Villa
106 Di Dalam Mobil Mewah Tuan Muda
107 Sederhana
108 Ketahuan Mencontek
109 Hukuman untuk Helena
110 Cewek Matre
111 Bucin di Perpustakaan
112 Bau-bau Perjodohan
113 Gangguan dari Windy
114 Coaching Essay
115 Bertamu di Rumah Amanda
116 Tak Dianggap
117 Mangga dan Diskusi
118 Laporan Tuan Alfred
119 Anak Nongkrong
120 Si Ketua Kelas
121 Ketua Kelas Bersatu
122 Ryan Curhat
123 Teguh Kembali
124 Mulai Dekat
125 Api Asmara Tuan Muda
126 Tiba-tiba Pusing
127 PMS
128 Percakapan yang Aneh
129 Pengumuman dari Vino
130 Persiapan Pensi
131 Teguh Galau
132 Lulus Ujian
133 Bermula dari Rasa Nyaman
134 Menggantikan Papa
135 Apakah Ini Pertanda?
136 Tes Wawancara
137 Mendengar Pembicaraan Rahasia
138 Vino Lagi Sensi
139 Ada Orang Gila!
140 Sehari Tanpamu
141 Kekhawatiran Tuan Robby
142 Windy Kecewa
143 Meeting Pertama Tuan Muda
144 Rencana Tuan Muda
145 Kabar yang Ditunggu Windy
146 Gara-gara Payung
147 Si Tampan di Tengah Hujan
148 Penyelewengan
149 Menjelang Pensi
150 Brokenheart
151 Tuan Wishnu Kembali
152 Gombal!
153 Windy Kecewa
154 Sang Pemenang
155 Ada yang Berbeda
156 Pensi
157 My First Kiss!
158 Ada Apa dengan Ryan?
159 Ketemu di Toko Buku
160 Ikut ke Yayasan
161 Mengharu-biru
162 Mengantar Amanda Pulang
163 Janji dengan Ryan
164 Bersama Ryan
165 Diantar Pulang oleh Ryan
166 Dia Bukan Gadis Biasa!
Episodes

Updated 166 Episodes

1
SMA Terfavorit
2
Hari Pertama
3
Masa Orientasi
4
Sekretaris OSIS yang Tampan
5
Ide Gila Kakak Kelas
6
Salam dari Author
7
Bertemu di Kantin Sekolah
8
Bantuan Helena
9
Cowok di Halte
10
Mimpi Indah
11
Tak Ingin Di-bully
12
Pesona Sang Dewi Bulan
13
Wakil Ketos
14
Berdua di Halte
15
Vino vs Ketos (1)
16
Vino vs Ketos (2)
17
Vino vs Ketos (3)
18
Kasus!
19
Playing Victim
20
Author Menyapa
21
Salah Siapa?
22
Mendadak Viral
23
Bersama Andrew
24
Ketika Doni Kepo
25
Pertolongan Pertama
26
Bad Mood
27
Cemburu
28
Keberuntungan Vino
29
Mendung Berarti Hujan
30
Rahasia Cinta Edo
31
Senyuman Itu
32
I Hate Math!
33
Perih...
34
Demi Cinta
35
Pertaruhan Hidup dan Mati
36
Tuan Muda Anthony
37
Ikatan Hati
38
Malam yang Meresahkan
39
Bukan Kencan Impian
40
Wejangan Mama Vino
41
PR Tambahan
42
Pendaftaran Kegiatan Ekskul
43
Helena Menyontek
44
Patah Hati
45
Tuan Muda Sedang Bucin
46
Firasat Nyonya Wishnu
47
Bahagia dalam Berbagi
48
Sendu
49
Duka Dua Dara
50
Selalu Denganku!
51
Author Menyapa
52
Cowok Keren
53
Kamu Milikku!
54
Rasa yang Tak Biasa
55
Di Perpustakaan
56
Deg-degan
57
Adegan dalam Mobil
58
Setiap Hari Merindu
59
Dia Ramah Sekali
60
Kelaparan
61
Sahabat Lama
62
Persiapan Penyambutan Tamu Penting
63
Senyummu Mengalihkan Duniaku
64
Pesta Makan Malam
65
Harus Selalu Berdua
66
Integritas!
67
Sekretaris Tampan Tuan Muda
68
Mulai Perhatian
69
Cemas
70
Siapa Dia?
71
Agresif
72
Pacar!?
73
Rencana Nyonya Wishnu
74
Pertemuan Tiga Pria Tampan
75
Kesal
76
Kosong
77
Aku Akan Selalu Menemanimu
78
Amanda Galau
79
Sampai Terbawa Mimpi
80
Laki-laki Sejati
81
Malu-malu
82
Obsesi Windy
83
Penasaran
84
Akhir Pekan
85
Malam Minggu
86
Pameran Karya Ilmiah
87
Dua Cowok Keren di Aula
88
Handsome Driver
89
Panas
90
Gara-gara Essay
91
Amanda Bingung
92
Author Menyapa
93
E-mail yang Mengejutkan
94
Menemani Amanda
95
Keputusan Tuan Wishnu
96
Ryan Mulai Viral
97
Kecurigaan Tuan Muda
98
Curhatan yang Menyebalkan
99
Jepang (1)
100
Jepang (2)
101
Jepang (3)
102
Jepang (4)
103
Jepang (5)
104
Gadis yang Mengesankan
105
Belajar di Villa
106
Di Dalam Mobil Mewah Tuan Muda
107
Sederhana
108
Ketahuan Mencontek
109
Hukuman untuk Helena
110
Cewek Matre
111
Bucin di Perpustakaan
112
Bau-bau Perjodohan
113
Gangguan dari Windy
114
Coaching Essay
115
Bertamu di Rumah Amanda
116
Tak Dianggap
117
Mangga dan Diskusi
118
Laporan Tuan Alfred
119
Anak Nongkrong
120
Si Ketua Kelas
121
Ketua Kelas Bersatu
122
Ryan Curhat
123
Teguh Kembali
124
Mulai Dekat
125
Api Asmara Tuan Muda
126
Tiba-tiba Pusing
127
PMS
128
Percakapan yang Aneh
129
Pengumuman dari Vino
130
Persiapan Pensi
131
Teguh Galau
132
Lulus Ujian
133
Bermula dari Rasa Nyaman
134
Menggantikan Papa
135
Apakah Ini Pertanda?
136
Tes Wawancara
137
Mendengar Pembicaraan Rahasia
138
Vino Lagi Sensi
139
Ada Orang Gila!
140
Sehari Tanpamu
141
Kekhawatiran Tuan Robby
142
Windy Kecewa
143
Meeting Pertama Tuan Muda
144
Rencana Tuan Muda
145
Kabar yang Ditunggu Windy
146
Gara-gara Payung
147
Si Tampan di Tengah Hujan
148
Penyelewengan
149
Menjelang Pensi
150
Brokenheart
151
Tuan Wishnu Kembali
152
Gombal!
153
Windy Kecewa
154
Sang Pemenang
155
Ada yang Berbeda
156
Pensi
157
My First Kiss!
158
Ada Apa dengan Ryan?
159
Ketemu di Toko Buku
160
Ikut ke Yayasan
161
Mengharu-biru
162
Mengantar Amanda Pulang
163
Janji dengan Ryan
164
Bersama Ryan
165
Diantar Pulang oleh Ryan
166
Dia Bukan Gadis Biasa!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!