Sekretaris OSIS yang Tampan

Amanda tidak mampu menahan rasa penasarannya. "Kamu kenal cowok itu?" Tanya Amanda.

"Iya, kak Edo. Kami sering nongkrong bareng di cafe depan sekolah. Aku kan dulu sekolah di sebelah." Jawab Helena ringan.

Entah kenapa Amanda merasa panas. Padahal udara di ruangan kelas mereka cukup sejuk. Dua buah AC di ruangan sudah membuat hawa di ruangan sangat nyaman.

Ruangan kelas mulai riuh, semua sibuk mengobrol. Beberapa siswa sudah saling kenal, namun tidak sedikit juga yang baru saja berkenalan pagi ini. Amanda mulai memperhatikan suasana kelas barunya. Tak disangka matanya kemudian tertuju pada seorang gadis di bangku depan. Dia seperti mengenal gadis itu.

"Kayaknya itu tadi temannya Amel dehhh. Siapa ya namanya?" Amanda mencoba mengingat nama gadis itu.

Tadi pagi di lapangan upacara dia tidak benar-benar fokus dengan perkenalan mereka. Dia terlalu panik dan khawatir sehingga lupa nama teman-teman Amel.

Gadis itu kemudian bangkit dari tempat duduknya dan menuju pintu kelas. Dia berdiri di pintu kelas sambil memanggil temannya yang kebetulan lewat di depan kelas. Dia terlihat berbicara santai dan sesekali tertawa lebar.

Amanda heran, mengapa semua siswa baru terlihat bersemangat dan bahagia. Sementara dirinya sendiri merasa tidak bersemangat sama sekali.

"Kamu dari sekolah mana?" Helena tiba-tiba menyapa Amanda kembali.

"Ohh.. Ehhh.. Iya, aku dari SMP Pelita Bangsa." Jawab Amanda agak gelagapan.

"Hahh? Dimana itu ya? Aku kayak pernah denger." Tanya Helena lagi.

"Di belakang kantor Kecamatan Suka Karya.

"Ooo.. Nah, inget aku! Kalau ga salah kak Edo tinggal di daerah sana. Apa dia juga dulu sekolah di situ?" Ujar Helena.

"Kamu kenal kak Edo yang lewat tadi ga? Kamu lihat kan cowok tinggi-tinggi yang tadi lewat di depan kelas kita?" Sambung Helena lagi.

"Ohh ya? Aku ga ingat juga, ada beberapa cowok kan tadi yang lewat. Hehehe..." Ujar Amanda berbohong.

Dia sendiri bingung kenapa dia refleks berbohong. Padahal dia yang tadinya mulai bertanya tentang kak Edo. Untung saja Helena sepertinya tidak menyadari hal itu.

"Oh gitu.. Ya udah gapapa siii.. Ntar kapan-kapan aku kenalin. Mungkin kalian dulunya satu sekolah." Kata Helena.

"Hehehe... Trims Helen." Amanda membalas dengan sopan.

"Jelas saja aku kenal. Bukan cuma satu sekolah, rumah kami juga berdekatan. Hanya beda satu lorong," Amanda merutuk dalam hati.

"Yang aneh itu kamu. Kok bisa kenal dia juga?" Batin Amanda dengan perasaan sedikit kesal.

Entah mengapa Amanda sepertinya kurang suka dengan teman sebangkunya ini. Prasangka buruk sudah lebih dahulu menghantui. Ditambah lagi Helena memang sosok yang kelihatannya agak sembrono.

Namun Amanda juga tidak ingin berprasangka lebih jauh. Dia berusaha tetap ramah dengan Helena. Bagaimana pun juga, Helena sudah menyapanya dengan baik, mengajaknya duduk sebangku, dan bersikap ramah padanya. Dia harus bersyukur dan berterima kasih pada kebaikan Helena.

"ADUH!!" Jerit Helena tiba-tiba. Amanda sontak kaget dari tempat duduknya.

Sebuah penghapus papan tulis terbuat dari plastik mendarat di atas meja mereka. Benda itu sebelumnya mengenai kepala Helena.

"Kamu gapapa Helen?" Amanda bertanya setengah kaget dan segera mengambil penghapus tersebut.

"Darimana ini? Kok tiba-tiba terlempar ke sini?" Amanda berkata dengan nada bingung.

"Sorry.. Sorry.. Ga sengaja." Seorang anak laki-laki bangkit dari bangku paling belakang dan berjalan menuju meja Amanda dan Helena. Dia segera mengambil penghapus dari tangan Amanda.

"Apaan sihhh!? Kamu buta ya? Kenapa lempar penghapus ke kepala aku?" Helena mulai sewot lagi.

"Hmmm.. Sorry, bukan aku. Temanku tadi ga sengaja. Maaf ya.." Ujar anak laki-laki itu sambil bergegas kembali ke bangkunya.

Mata Helena mendelik dan terus memperhatikan siapa yang dimaksud anak laki-laki tadi.

"Ooo.. Kamu lagi rupanya!! Manusia GOBLOK!!" Kini Helena sudah melotot dan suaranya benar-benar besar. Beberapa siswa mulai memperhatikan mereka.

Helena bangun dan berjalan menuju meja cowok-cowok itu dengan gagah berani.

"BRAAAKKKKK!!" Helena mendobrak meja.

"Kau rupanya ya!? Dan temanmu yang minta maaf? Kau betul-betul ga punya etika!" Helena berkata dengan suara lantang.

"Apaan sih nenek lampir? Aku bukan ngelempar kamu, kenapa kamu ke-geer-an banget." Jawab cowok itu santai.

Segerombolan anak laki-laki di sebelahnya mendadak tertawa ngakak.

"Geer KEPALAMU!!!!" Helena terlihat benar-benar berang.

"Dari awal kau memang tidak sopan. Jangan sampai aku buat perhitungan ya sama kalian!" Ancam Helena.

Helena menendang kaki meja dengan serampangan dan balik ke tempat duduknya. Gerombolan anak laki-laki itu melongo melihat tingkah laku Helena.

Helena duduk sambil mendengus kesal. Wajahnya memerah menahan marah. Seperti biasa, Amanda hanya menatap dengan bingung dan tidak tahu harus berkata apa. Dia juga merasa mereka keterlaluan.

Tetapi jika dia yang berada di posisi Helena, dia pasti memilih tidak memperpanjang masalah. Lebih baik diam dan cari aman.

Itu prinsip hidup Amanda sebagai manusia yang kerap kali jadi bahan bully-an di lingkungannya.

Helena melirik Amanda dan berkata, "Si gila itu lagi. Tadi dia buka pintu sembarangan, sekarang melempar barang sembarangan. Dia pikir sekolah ini punya nenek moyangnya kali ya!?"

"Pasti waktu bagi otak dia telat datang. Jadinya kebagian yang ga bagus. Mungkin pun dia ga kebagian." Ujar Helena pedas.

"Lihat aja. Aku pasti akan buat perhitungan dengan si goblok itu." Sambung Helena masih dengan emosi yang memuncak.

"CEKLEKKK!!" Tiba-tiba pintu kelas terbuka.

Suasana kelas mendadak tenang. Beberapa kakak kelas memasuki ruangan. Tiga orang perempuan dan dua orang laki-laki. Mereka semua terlihat keren.

Namun salah satu siswa cowok yang paling tinggi di antara mereka seolah memancarkan cahaya yang berbeda. Ini pangeran atau seorang raja? Begitu pertanyaan yang muncul di benak siswa-siswa baru, khususnya siswa-siswa perempuan.

Amanda terpana. Dilihat dari simbolnya, mereka adalah siswa kelas 2. Amanda kembali teringat akan kesalahan letak simbol di lengan bajunya. Mendadak dia merasa panas dingin lagi.

"Selamat pagi, adik-adik siswa baru. Selamat bergabung di SMA Adhyaksa." Cowok tampan dengan aura pangeran itu berdiri di depan meja guru dan berbicara dengan penuh wibawa. Teman-temannya yang lain berdiri dengan tenang di sebelahnya.

"Apa di kota ini masih ada kerajaan ya?" Amanda mencoba mengingat-ingat sejarah di kotanya.

Dia tersentak kaget ketika mendengar suara sang pangeran... Eh maksudnya sang kakak kelas yang tampan.

"Sebagaimana pengumuman yang telah disampaikan sebelumnya di lapangan upacara tadi pagi, hari ini kita akan mulai melaksanakan kegiatan orientasi sekolah. Kami para pengurus OSIS akan memperkenalkan setiap bagian dari sekolah ini, ruangannya, peraturan yang ada, program belajar, struktur OSIS yang sedang berjalan, dan hal-hal lainnya yang dibutuhkan untuk diketahui oleh semua siswa baru." Kakak kelas tampan itu kembali berpidato dengan mantap.

Semua siswa memperhatikan dengan seksama. Seolah terhipnotis dengan sosok cowok keren yang sedang berbicara di depan mereka.

"OK, kak Andrew. Ada baiknya kita segera memulai kegiatan ini, mengingat padatnya agenda kegiatan orientasi kita selama tiga hari ke depan." Seorang cewek cantik di sebelahnya berbicara dengan lembut.

Terlihat beberapa siswa laki-laki duduk lebih tegak. Mereka sepertinya menambah level konsentrasinya. Entah konsentrasi dalam hal apa, yang jelas beberapa dari mereka memasang wajah yang lebih serius.

Cowok keren nan tampan yang dipanggil Andrew itu tersenyum dan mengangguk. Dia melanjutkan kalimatnya. "Well, perkenalkan aku Andrew. Sekretaris OSIS periode ini. Kakak-kakak ini semuanya adalah pengurus OSIS yang akan membimbing kalian selama masa orientasi. Semoga kita semua bisa bekerja sama dengan baik demi kelancaran kegiatan orientasi ini. Terima kasih." Andrew menutup pidatonya.

Salah satu cewek cantik lainnya memberikan tepuk tangan diikuti teman-temannya dan semua siswa baru yang ada di dalam kelas.

Andrew kemudian berbicara sekilas dengan teman-temannya, dia pun kemudian pamit dan meninggalkan kelas I-2.

Terlihat beberapa siswa perempuan di pojok depan berbisik-bisik sambil senyum-senyum.

Helena melirik Amanda. "Banyak yang kesemsem tuhhh sama kak Andrew. Hihihi..." Helena berkata setengah berbisik.

"Hahaha.. Iya, kak Andrew itu keren sekali." Balas Amanda.

"Keren ya sekolah ini, sekretaris OSIS nya cowok. Biasanya dimana-mana yang jadi sekretaris pasti cewek tuhhh..." Komentar Amanda.

"Iya, kali ini emang unik sihhh. Tapi OSIS SMA Adhyaksa dari dulu mahhh udah famous. Apalagi kali ini, ketos, wakil, dan sekretarisnya super duper keren." Ujar Helena bangga.

Apa yang dikatakan Helena memang ada benarnya. Amanda tidak habis fikir bahwa sekretaris OSIS di sini adalah seorang cowok yang super keren, kelihatan pintar, dan sepertinya berdarah campuran.

Postur tinggi, kulit putih, rambut agak kecokelatan, bentuk wajah yang nyaris sempurna, dia bahkan terlihat lebih tampan dari sang ketua OSIS.

"Kenapa bukan dia aja yang jadi ketos ya?" Batin Amanda dalam hati.

Tapi Amanda masih bertanya-tanya dalam hati, bagaimana lagi sosok wakil ketua OSIS mereka. Dia sudah mengenal ketua dan sekretaris yang ternyata keduanya adalah laki-laki. Dia jadi penasaran tentang si wakil ketua yang katanya juga keren.

Sepertinya syarat utama pengurus OSIS di sini adalah kece. Begitu kesimpulan yang berhasil Amanda dapatkan berdasarkan data dari survey lapangan hari ini.

Lamunan Amanda tiba-tiba menguap entah kemana ketika suara dingin seorang cowok memecah keheningan kelas.

"OK, adik-adik. Perkenalkan aku Ravel. Apakah kalian semua sudah saling kenal satu sama lain di kelas ini? Minimal kalian sudah saling tahu nama masing-masing." Satu-satunya cowok yang tersisa di antara kakak kelas itu buka suara.

"Belum semuanya, kak." Beberapa siswa baru mencoba menjawab.

"Sebagai teman seperjuangan, kalian harus saling kenal. Aku beri kalian waktu 15 menit untuk berkenalan, dimulai dari sekarang!" Ravel mulai memberi perintah.

Dia melirik ke jam tangannya kemudian tersenyum ke arah teman-temannya yang lain.

Kelas kembali menjadi riuh ramai. Semua siswa mulai bertanya nama teman-teman di sebelahnya. Amanda bertanya nama teman-teman di bangku depan dan belakangnya, dia berusaha mengingat-ingat nama mereka.

"Bangun! Move! Kalian harus tahu nama semua teman kalian. Bukan yang hanya di dekat kalian." Ravel kembali memberi perintah.

"Waktu kalian tersisa 5 menit lagi. Pastikan kalian sudah mengingat semuanya!" Sambung Ravel dengan tatapan tegas ke arah adik-adik kelasnya.

Mendadak suasana kelas menjadi horror. Seisi kelas mendadak panik. Ada siswa yang mencoba menuliskan nama temannya. Segala upaya dikerahkan oleh siswa-siswa baru itu. Tanpa sengaja Amanda berpapasan dengan teman Amel.

"Errrr.. Nama kamu siapa ya? Maaf aku lupa." Ujar Amanda dengan nada bersalah.

"Hahaha.. Santuyyy aja Amanda, aku Yuni." Jawab gadis itu sambil berjalan cepat untuk mencari teman lain yang belum diketahui namanya.

"STOP!!!" Ravel bersuara dengan lantang.

"Semuanya kembali ke tempat duduk." Perintah Ravel.

Semua siswa baru segera mengikuti perintah Ravel. Tidak ada yang berani melawan. Aura seram Ravel cukup mengintimidasi kelas itu. Semua siswa baru sudah duduk kembali sambil berusaha menghafal nama-nama yang telah mereka ketahui.

Amanda dan Helena buru-buru balik ke bangku mereka. Dengan situasi hati yang dag dig dug, mereka mencoba mengingat nama-nama yang telah dikumpulkan dalam memory otak mereka yang sederhana.

Semua siswa baru memiliki feeling yang sama. Khawatir jika ujian kehidupan mereka yang pertama di sekolah ini akan dimulai beberapa menit lagi.

Ravel memandang berkeliling, tatapannya yang tajam seolah menghujam jantung semua siswa baru di kelas itu. Dia juga sangat keren. Tapi auranya seperti pembunuh berdarah dingin.

Sehingga nyaris semua semua siswa baru di ruangan itu tidak ada yang berani melihat ke arah Ravel.

Amanda membayangkan jika saja wajah Ravel dicat seperti badut, dia mungkin akan lebih seram dari Joker. Hiiiiiiyyy.. Amanda bergidik ngeri sendiri dengan imajinasinya.

Kalau ada sosok tampan, tenang dan berwibawa seperti kak Andrew, kamu tidak perlu repot-repot jelalatan melihat sosok keren namun sedingin kak Ravel. Itu terlalu beresiko, guys.

Ravel menoleh pada ketiga temannya dan memberi tanda yang hanya diketahui oleh mereka saja. Ketiga gadis itu mengangguk mengerti dan segera berjalan ke lorong di antara deretan meja-meja siswa baru.

"Aku yakin kalian sudah cukup mengenal satu sama lain." Ucap Ravel.

"Kakak-kakak kelas kalian yang cantik ini akan membuktikannya." Ravel berkata dengan nada tegas dan senyum jahilnya.

Seketika suasana di kelas menjadi semakin horror. Aura intimidasi Ravel terlalu kuat bagi siswa-siswa baru itu. Suhu ruangan seolah semakin dingin, khususnya ketika ketiga kakak kelas mereka yang cantik berjalan menyusuri lorong-lorong di antara bangku-bangku siswa. Mereka laksana dewi perang yang sedang mencari musuh berbahaya.

Amanda merasa semakin ciut di bangkunya. Dia berdo'a dalam hati semoga dia selamat dan berharap waktu berjalan lebih cepat. Dia ingin segera keluar dari kelas ini dan bernafas lega. Oksigen di ruangan ini sepertinya terbatas sejak kak Andrew meninggalkan kelas.

----------

Terpopuler

Comments

Alivaaaa

Alivaaaa

bikin ingat masa masa sekolah dulu 😥😥

2021-04-25

1

Anggra

Anggra

menarik 🥰🥰🥰

2021-04-11

1

Dee Wulandari

Dee Wulandari

Aku mampir thor.. ceritanya bikin kangen sekolah😭 aku jadi inget awal masuk SMA ketemu kakel yg random ada baik ada jail ada usil pokoknya bener² random.. tapi baru jalanin setengah tahun kelas sepuluh eh udah suruh belajar dari rumah sampe sekarang mau kelas dua belas😭 Duh jadi curhat gpp ya thor😭😄

2021-03-17

9

lihat semua
Episodes
1 SMA Terfavorit
2 Hari Pertama
3 Masa Orientasi
4 Sekretaris OSIS yang Tampan
5 Ide Gila Kakak Kelas
6 Salam dari Author
7 Bertemu di Kantin Sekolah
8 Bantuan Helena
9 Cowok di Halte
10 Mimpi Indah
11 Tak Ingin Di-bully
12 Pesona Sang Dewi Bulan
13 Wakil Ketos
14 Berdua di Halte
15 Vino vs Ketos (1)
16 Vino vs Ketos (2)
17 Vino vs Ketos (3)
18 Kasus!
19 Playing Victim
20 Author Menyapa
21 Salah Siapa?
22 Mendadak Viral
23 Bersama Andrew
24 Ketika Doni Kepo
25 Pertolongan Pertama
26 Bad Mood
27 Cemburu
28 Keberuntungan Vino
29 Mendung Berarti Hujan
30 Rahasia Cinta Edo
31 Senyuman Itu
32 I Hate Math!
33 Perih...
34 Demi Cinta
35 Pertaruhan Hidup dan Mati
36 Tuan Muda Anthony
37 Ikatan Hati
38 Malam yang Meresahkan
39 Bukan Kencan Impian
40 Wejangan Mama Vino
41 PR Tambahan
42 Pendaftaran Kegiatan Ekskul
43 Helena Menyontek
44 Patah Hati
45 Tuan Muda Sedang Bucin
46 Firasat Nyonya Wishnu
47 Bahagia dalam Berbagi
48 Sendu
49 Duka Dua Dara
50 Selalu Denganku!
51 Author Menyapa
52 Cowok Keren
53 Kamu Milikku!
54 Rasa yang Tak Biasa
55 Di Perpustakaan
56 Deg-degan
57 Adegan dalam Mobil
58 Setiap Hari Merindu
59 Dia Ramah Sekali
60 Kelaparan
61 Sahabat Lama
62 Persiapan Penyambutan Tamu Penting
63 Senyummu Mengalihkan Duniaku
64 Pesta Makan Malam
65 Harus Selalu Berdua
66 Integritas!
67 Sekretaris Tampan Tuan Muda
68 Mulai Perhatian
69 Cemas
70 Siapa Dia?
71 Agresif
72 Pacar!?
73 Rencana Nyonya Wishnu
74 Pertemuan Tiga Pria Tampan
75 Kesal
76 Kosong
77 Aku Akan Selalu Menemanimu
78 Amanda Galau
79 Sampai Terbawa Mimpi
80 Laki-laki Sejati
81 Malu-malu
82 Obsesi Windy
83 Penasaran
84 Akhir Pekan
85 Malam Minggu
86 Pameran Karya Ilmiah
87 Dua Cowok Keren di Aula
88 Handsome Driver
89 Panas
90 Gara-gara Essay
91 Amanda Bingung
92 Author Menyapa
93 E-mail yang Mengejutkan
94 Menemani Amanda
95 Keputusan Tuan Wishnu
96 Ryan Mulai Viral
97 Kecurigaan Tuan Muda
98 Curhatan yang Menyebalkan
99 Jepang (1)
100 Jepang (2)
101 Jepang (3)
102 Jepang (4)
103 Jepang (5)
104 Gadis yang Mengesankan
105 Belajar di Villa
106 Di Dalam Mobil Mewah Tuan Muda
107 Sederhana
108 Ketahuan Mencontek
109 Hukuman untuk Helena
110 Cewek Matre
111 Bucin di Perpustakaan
112 Bau-bau Perjodohan
113 Gangguan dari Windy
114 Coaching Essay
115 Bertamu di Rumah Amanda
116 Tak Dianggap
117 Mangga dan Diskusi
118 Laporan Tuan Alfred
119 Anak Nongkrong
120 Si Ketua Kelas
121 Ketua Kelas Bersatu
122 Ryan Curhat
123 Teguh Kembali
124 Mulai Dekat
125 Api Asmara Tuan Muda
126 Tiba-tiba Pusing
127 PMS
128 Percakapan yang Aneh
129 Pengumuman dari Vino
130 Persiapan Pensi
131 Teguh Galau
132 Lulus Ujian
133 Bermula dari Rasa Nyaman
134 Menggantikan Papa
135 Apakah Ini Pertanda?
136 Tes Wawancara
137 Mendengar Pembicaraan Rahasia
138 Vino Lagi Sensi
139 Ada Orang Gila!
140 Sehari Tanpamu
141 Kekhawatiran Tuan Robby
142 Windy Kecewa
143 Meeting Pertama Tuan Muda
144 Rencana Tuan Muda
145 Kabar yang Ditunggu Windy
146 Gara-gara Payung
147 Si Tampan di Tengah Hujan
148 Penyelewengan
149 Menjelang Pensi
150 Brokenheart
151 Tuan Wishnu Kembali
152 Gombal!
153 Windy Kecewa
154 Sang Pemenang
155 Ada yang Berbeda
156 Pensi
157 My First Kiss!
158 Ada Apa dengan Ryan?
159 Ketemu di Toko Buku
160 Ikut ke Yayasan
161 Mengharu-biru
162 Mengantar Amanda Pulang
163 Janji dengan Ryan
164 Bersama Ryan
165 Diantar Pulang oleh Ryan
166 Dia Bukan Gadis Biasa!
Episodes

Updated 166 Episodes

1
SMA Terfavorit
2
Hari Pertama
3
Masa Orientasi
4
Sekretaris OSIS yang Tampan
5
Ide Gila Kakak Kelas
6
Salam dari Author
7
Bertemu di Kantin Sekolah
8
Bantuan Helena
9
Cowok di Halte
10
Mimpi Indah
11
Tak Ingin Di-bully
12
Pesona Sang Dewi Bulan
13
Wakil Ketos
14
Berdua di Halte
15
Vino vs Ketos (1)
16
Vino vs Ketos (2)
17
Vino vs Ketos (3)
18
Kasus!
19
Playing Victim
20
Author Menyapa
21
Salah Siapa?
22
Mendadak Viral
23
Bersama Andrew
24
Ketika Doni Kepo
25
Pertolongan Pertama
26
Bad Mood
27
Cemburu
28
Keberuntungan Vino
29
Mendung Berarti Hujan
30
Rahasia Cinta Edo
31
Senyuman Itu
32
I Hate Math!
33
Perih...
34
Demi Cinta
35
Pertaruhan Hidup dan Mati
36
Tuan Muda Anthony
37
Ikatan Hati
38
Malam yang Meresahkan
39
Bukan Kencan Impian
40
Wejangan Mama Vino
41
PR Tambahan
42
Pendaftaran Kegiatan Ekskul
43
Helena Menyontek
44
Patah Hati
45
Tuan Muda Sedang Bucin
46
Firasat Nyonya Wishnu
47
Bahagia dalam Berbagi
48
Sendu
49
Duka Dua Dara
50
Selalu Denganku!
51
Author Menyapa
52
Cowok Keren
53
Kamu Milikku!
54
Rasa yang Tak Biasa
55
Di Perpustakaan
56
Deg-degan
57
Adegan dalam Mobil
58
Setiap Hari Merindu
59
Dia Ramah Sekali
60
Kelaparan
61
Sahabat Lama
62
Persiapan Penyambutan Tamu Penting
63
Senyummu Mengalihkan Duniaku
64
Pesta Makan Malam
65
Harus Selalu Berdua
66
Integritas!
67
Sekretaris Tampan Tuan Muda
68
Mulai Perhatian
69
Cemas
70
Siapa Dia?
71
Agresif
72
Pacar!?
73
Rencana Nyonya Wishnu
74
Pertemuan Tiga Pria Tampan
75
Kesal
76
Kosong
77
Aku Akan Selalu Menemanimu
78
Amanda Galau
79
Sampai Terbawa Mimpi
80
Laki-laki Sejati
81
Malu-malu
82
Obsesi Windy
83
Penasaran
84
Akhir Pekan
85
Malam Minggu
86
Pameran Karya Ilmiah
87
Dua Cowok Keren di Aula
88
Handsome Driver
89
Panas
90
Gara-gara Essay
91
Amanda Bingung
92
Author Menyapa
93
E-mail yang Mengejutkan
94
Menemani Amanda
95
Keputusan Tuan Wishnu
96
Ryan Mulai Viral
97
Kecurigaan Tuan Muda
98
Curhatan yang Menyebalkan
99
Jepang (1)
100
Jepang (2)
101
Jepang (3)
102
Jepang (4)
103
Jepang (5)
104
Gadis yang Mengesankan
105
Belajar di Villa
106
Di Dalam Mobil Mewah Tuan Muda
107
Sederhana
108
Ketahuan Mencontek
109
Hukuman untuk Helena
110
Cewek Matre
111
Bucin di Perpustakaan
112
Bau-bau Perjodohan
113
Gangguan dari Windy
114
Coaching Essay
115
Bertamu di Rumah Amanda
116
Tak Dianggap
117
Mangga dan Diskusi
118
Laporan Tuan Alfred
119
Anak Nongkrong
120
Si Ketua Kelas
121
Ketua Kelas Bersatu
122
Ryan Curhat
123
Teguh Kembali
124
Mulai Dekat
125
Api Asmara Tuan Muda
126
Tiba-tiba Pusing
127
PMS
128
Percakapan yang Aneh
129
Pengumuman dari Vino
130
Persiapan Pensi
131
Teguh Galau
132
Lulus Ujian
133
Bermula dari Rasa Nyaman
134
Menggantikan Papa
135
Apakah Ini Pertanda?
136
Tes Wawancara
137
Mendengar Pembicaraan Rahasia
138
Vino Lagi Sensi
139
Ada Orang Gila!
140
Sehari Tanpamu
141
Kekhawatiran Tuan Robby
142
Windy Kecewa
143
Meeting Pertama Tuan Muda
144
Rencana Tuan Muda
145
Kabar yang Ditunggu Windy
146
Gara-gara Payung
147
Si Tampan di Tengah Hujan
148
Penyelewengan
149
Menjelang Pensi
150
Brokenheart
151
Tuan Wishnu Kembali
152
Gombal!
153
Windy Kecewa
154
Sang Pemenang
155
Ada yang Berbeda
156
Pensi
157
My First Kiss!
158
Ada Apa dengan Ryan?
159
Ketemu di Toko Buku
160
Ikut ke Yayasan
161
Mengharu-biru
162
Mengantar Amanda Pulang
163
Janji dengan Ryan
164
Bersama Ryan
165
Diantar Pulang oleh Ryan
166
Dia Bukan Gadis Biasa!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!