Dion memandang Tasya yang tengah tertawa bersama ketiga temannya di kantin sekolah.
Hari ketiga dia dan Tasya tidak saling bertegur sapa.
Bahkan nomer telpon Tasya yang sempat Dion simpan di ponselnya hanya jadi pajangan dan pelengkap di daftar kontak ponselnya.
Seperti ada yang hilang dari hatinya.
Entahlah, sebenarnya perasaan macam apa ini? Dion pun sulit memahaminya.
"Bro, kalo memang loe suka sama Tasya, katakan sejujurnya." Bagas memberi saran pada Dion. Entah sudah yang keberapa kali Bagas mengatakan hal yang sama.
"Tul, kalo loe cuma diem dan ngasih kode-kode doang. Mana Tasya paham?" Timpal Rizky bersemangat.
"Trus gue harus bagaimana? Tasya udah marah sama gue" ucap Dion frustasi.
Masih lekat di ingatan Dion kejadian kemarin lusa, saat Dion tak sengaja melempar bola dan mengenai Tasya yang sedang lewat di koridor samping lapangan basket.
Tasya hanya diam. Ekspresinya datar.
Bahkan saat Dion hendak meminta maaf Tasya berlalu begitu saja.
"Minta maaf lah. Masih tanya" Rizky memutar bola matanya.
Teman-teman Dion yang lain hanya terkekeh.
"Apa perlu gue bantu pake surat lagi" tawar Julian masih tertawa.
"Jaman purba kali pake surat. Tu nyimpen nomer Tasya mau buat apa coba? Buat beli togel?" Denny menimpali sambil tertawa terbahak- bahak.
Saking kencangnya ia tertawa, sampai membuat siswa lain menoleh ke arah meja mereka.
"Gak usah pada kepo woy" Rizky yang merasa terganggu dengan tatapan aneh para pengunjung kantin langsung menegur mereka.
Dan seketika suasana menjadi normal lagi.
Para pengunjung kantin sudah fokus dengan makanan masing-masing.
Dion membiarkan teman-temannya tertawa hingga puas. Ia sibuk dengan pikirannya.
Ucapan teman temannya memang ada benarnya. Dion bukanlah pacar Tasya saat ini, lantas kenapa dia harus cemburu dan mengatur atur hidup Tasya?
Dion masih memikirkan cara dia akan meminta maaf pada Tasya.
*****
Tasya baru saja sampai di sekolah. Ia turun dari mobil Silvi bersama Vina dan Silvi.
Salsa ijin hari ini karena ada acara keluarga.
Dion yang sudah tiba di sekolah sejak pagi buta sengaja menunggu di halaman parkir hingga Tasya datang.
Saat melihat mobil Silvi sudah memasuki halaman parkir, Dion bergegas pergi dan masuk ke kelasnya.
Tasya berjalan beriringan bersama Silvi dan Vina.
Ketiganya asyik membahas tentang pentas seni sekolah yang akan di gelar hari Sabtu nanti.
Sampai di kelas, ketiganya langsung duduk di bangku masing-masing.
Silvi dan Vina duduk di depan meja Tasya.
Saat akan meletakkan tasnya di laci meja, Tasya menemukan sebuah bungkusan di laci mejanya.
Bungkusan kado berwarna pink, dengan surat yang tergulung di atasnya.
Tasya membuka surat tersebut.
"MAAF"
Hanya kata itu yang tertulis di kertas tersebut.
Tasya bingung, apa surat itu benar-benar untuk dirinya?
Tasya baru akan bertanya pada Silvi dan Vina, namun ponsel di sakunya bergetar, menandakan ada sebuah pesan masuk.
Dion:"Nat,"
Dion:"Aku minta maaf."
Dion:"Bisa kita bicara? Aku tunggu di tempat biasa pulang sekolah"
Tasya mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Silvi maupun Vina.
Ia membuka bungkusan kado berwarna pink tersebut.
Sebuah coklat dan gambar wajahnya yang sedang tertawa bahagia, Tasya tidak tahu kalau Dion bisa menggambar sebagus itu.
Tasya tersenyum bahagia melihat hadiah dari Dion.
Entah mengapa hatinya terasa berbunga bunga sekarang.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa saat yang lalu.
Tasya mengemas semua buku dan alat tulisnya ke dalam tas.
"Langsung balik?" Tanya Vina pada Silvi.
Yang ditanya hanya mengendikkan bahu
"Ngemall dulu yuk. Udah lama gue gak ke mall. Suntuk mikirin tugas sekolah" keluh Silvi.
Senyuman lebar langsung tersungging di bibir Vina.
"Ide bagus. Gue ikut" ucap Vina dengan semangat.
"Loe gimana Sya?" Silvi memandang ke arah Tasya yang masih asyik mengemas buku-bukunya.
"Kalian jalan aja. Aku nanti dijemput mama" tolak Tasya. Sedikit berbohong tentu saja.
Tasya ingin menemui Dion terlebih dahulu. Soal pulang bareng siapa nanti Tasya pikir belakangan.
Silvi hanya ber oh ria.
"Ya udah, kita duluan ya Sya, atau kamu mau keluar bareng kita?" Tanya Silvi sekali lagi.
"Kalian duluan aja" tolak Tasya secara halus.
Silvi dan Vina pun langsung bergegas keluar dari kelas.
"Bye Tasya" ucap Vina sambil melambaikan tangan ke arah Tasya.
"Bye" balas Tasya.
Setelah beberapa saat Tasya baru beranjak keluar dari kelas.
Suasana sekolah sudah agak sepi.
Tasya berjalan sedikit cepat ke ruangan di pojok sekolah.
Sampai di sana, Tasya tak menemukan Dion.
Setelah celingukan dan memastikan tak ada yang melihat, Tasya memutuskan untuk langsung masuk saja ke dalam.
Tasya membuka pintu itu perlahan. Ternyata memang tidak di kunci.
Tasya langsung masuk ke dalam.
Sepi.
Tidak ada tanda tanda keberadaan Dion atau anak-anak basket lainnya.
"Di," Tasya memanggil Dion.
Hanya hening. Tak ada jawaban.
"Dion, kamu di dalam?" Panggil Tasya sekali lagi. Namun tetap tidak ada jawaban.
Tasya berkeliling dan masuk agak ke dalam.
Namun memang tak ada siapapun di ruangan itu selain Tasya.
"Mungkin Dion masih di kelas" gumam Tasya lirih.
Diapun memutuskan untuk duduk di bangku panjang yang ada di sisi ruangan tersebut sambil menunggu Dion datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
YaNaa Putra Umagap
Nat, Nat , Nat, Donat kali...🤣🤣🤣
2021-07-29
0