Tasya berjalan menyusuri koridor sekolah.
Masih terbayang di pikirannya senyuman manis Dion barusan.
Senyum tipis tersungging di bibir Tasya.
Ia terus berjalan ke arah kantin.
Di depan kantin, Tasya mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan teman-temannya.
Setelah melihat Salsa yang melambaikan tangan ke arahnya, Tasya segera berjalan menuju meja tersebut.
Selain ketiga temannya, Tasya melihat ada siswa lain yang juga duduk di meja yang sama.
"Maaf lama" ucap Tasya sedikit merasa bersalah. Ia langsung mengambil posisi duduk di sebelah Salsa.
"Eits itu tempat gue. Pindah sana!" Silvi yang baru kembali dari mengambil minuman langsung mengusir Tasya.
Menyuruh Tasya pindah ke kursi di sebelah orang asing tadi yang ternyata...
"Eh, kak Kevin. Di sini juga?" Tasya berbasa-basi.
Ia pun duduk di samping Kevin, karena hanya tinggal itu kursi kosong yang tersedia
"Iya, Sya. Gabung sekalian biar rame" jawab Kevin sambil tersenyum pada Tasya.
"Halah, bilang aja mau pedekate sama Tasya" Vina mulai menggoda keduanya.
Kevin tersenyum malu-malu dan Tasya menampilkan raut bingung.
"Kak Kevin mau minta nomer telepon kamu Sya, biar bisa chat mesra" Silvi menimpali sambil terkekeh.
Kevin menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Boleh gak, Sya?" Tanya Kevin sedikit ragu
"Boleh, boleh banget. Ntar kalau gak boleh minta ke aku aja kak" bukannya Tasya, malah Vina yang sibuk menjawab pertanyaan Kevin.
Tasya masih menunduk bingung.
Tadi Tasya juga baru saja bertukar nomor telepon dengan Dion.
Kenapa mendadak semua orang meminta nomer telponnya.
"Yaudah kalo gak boleh gak papa kok, Sya" ucap Kevin cepat karena melihat raut kebingungan di wajah Tasya.
"Ee.. eeh boleh kak. Mana ponselnya, biar Tasya ketikin" jawab Tasya akhirnya karena merasa tak enak hati.
Kevin memberikan ponselnya pada Tasya.
Setelah mengetikkan nomer telponnya, Tasya mengembalikan ponsel tersebut pada Kevin.
"Makasih ya Sya" ucap Kevin tulus.
"Iya kak sama-sama" balas Tasya sambil menunduk.
"Eh, kamu gak pesen makanan Sya? Mau makan apa? Biar aku pesenin" Kevin menawarkan.
"Gak usah kak, Tasya masih kenyang" jawab Tasya bersungguh-sungguh.
"Ciyee sok perhatian. Tasya jangan malu-malu gitu dong" Silvi heboh sendiri.
Terlihat Silvi sungguh girang bisa menggoda sepupunya tersebut.
"Sekarang aja malu-malu. Ntar pas chat sayang-sayangan" Vina menimpali sambil tertawa puas. Silvi ikut tertawa.
Hanya Salsa yang sedari tadi asyik sendiri menikmati makananannya. Terang saja, dia sengaja menyumpal kupingnya dengan earphone agar tidak perlu mendengar keributan dari dua sahabatnya yang lebay itu.
Wajah Tasya mendadak merona merah.
Tasya sungguh hanya menganggap Kevin sebagai senior sekaligus temannya dan tidak ingin memberi harapan apapun pada Kevin, tapi entah mengapa teman-temannya seperti bersemangat sekali menjodohkan dirinya dengan Kevin.
"Udah Sya, gak usah ditanggepin. Mereka berdua emang usil begitu" Kevin menepuk lembut punggung Tasya.
Tasya hanya mengangguk samar. Rona merah masih tampak di kedua pipinya.
"Aku duluan ya. Masih ada urusan" Kevin bangkit dari duduknya dan berpamitan dengan para gadis itu.
"Jangan lupa chat Tasya nanti malam kak" pesan Vina sambil terkekeh.
Kevin hanya melengos dan segera meninggalkan meja mereka. Keluar meninggalkan kantin tersebut.
Bel tanda masuk sudah berbunyi.
Para siswa berhamburan meninggalkan kantin.
Silvi menepuk punggung Salsa yang masih asyik mendengarkan musik dan sepertinya tidak mendengar bel masuk.
"Balik Sal. Kuping jangan disumpelin terus" ucap Silvi sambil bangkit berdiri.
Tasya dan Vina ikut berdiri dan sudah hendak keluar dari kantin.
Melihat teman-temannya yang sudah bubar, Salsa ikut berdiri dan mengekor ketiga temannya tersebut.
Namun tentu saja, earphone nya masih setia terpasang di telinga Salsa.
Sepertinya gadis itu memang enggan untuk melepaskannya.
Sementara itu di salah satu sudut kantin, seseorang mengepalkan tangannya erat melihat Tasya yang dekat dengan Kevin.
Hatinya panas, emosinya memuncak.
Namun ia tak bisa berbuat apapun sekarang.
Ia hanya menggeram mencoba menahan emosinya.
******
"Bye" Tasya turun dari mobil Silvi dan melambaikan tangan pada ketiga sahabatnya tersebut.
Saat memasuki halaman rumahnya, Tasya melihat sekilas ke arah halaman tante Desi.
Tasya melihat motor Dion yang sudah terparkir di halaman tersebut.
Namun si pemilik motor tak kelihatan batang hidungnya.
Tasya hanya mengendikkan bahu dan bergegas masuk ke dalam rumahnya.
Sore hari,
Tasya keluar menuju halaman untuk menyiram tanaman milik mamanya.
Sesekali Tasya akan melihat ke arah halaman tante Desi.
Motor Dion masih terparkir di tempat semula.
Biasanya Dion akan bermain basket di halaman rumah tantenya saat sore begini.
Namun entahlah, sore ini Dion belum terlihat.
Tasya hanya mondar-mandir di teras rumahnya.
Berkali-kali Tasya melemparkan pandangan ke arah halaman rumah tante Desi, berharap Dion akan segera hadir di sana.
Sementara itu, Dion hanya memandangi Tasya yang mondar-mandir di terasnya dari jendela rumah tante Desi.
Hatinya masih kesal dengan kejadian di kantin sekolah siang tadi.
Dion merasa malas untuk menghampiri atau sekedar menyapa Tasya.
Dion hanya memandangi gadis itu.
"Gak latihan, Di?" Tante Desi yang baru keluar dari dapur menyapa keponakannya tersebut.
"Lagi males, Tan" jawab Dion acuh. Pandangannya masih tertuju ke arah Tasya.
Tante Desi menelusur dan mengikuti arah pandang Dion.
"Gak mau nyapa? Tu udah ditungguin sama Tasya" seperti bisa menangkap kegalauan anak muda di depannya itu, tante Desi memberikan saran.
Dion hanya menggeleng dan bergegas masuk ke kamarnya.
Meskipun tidak tinggal dirumah itu, Dion tetap punya kamar sendiri di rumah tante Desi.
Tante Desi keluar dari rumahnya dan menengok ke arah rumah Tasya. Gadis itu terlihat duduk termenung di teras rumahnya.
"Sya, Tasya" panggil tante Desi.
"Iya, Tante" Tasya bangkit dari duduknya dan bergegas menghampiri tante Desi.
"Mama belum pulang ya?" Tanya tante Desi berbasa-basi.
"Belum, Tan. Hari ini mama lembur, nanti pulang agak malam kayaknya" jawab Tasya menjelaskan.
"Ke rumah tante dulu yuk. Tante tadi bikin kue. Tasya harus nyicipin" bujuk tante Desi.
Tasya sedikit ragu.
Mau menolak juga sungkan.
"Ayo gak papa. Daripada kamu melamun sendirian, mending ngobrol sama tante" Tante Desi menarik tangan Tasya. Membimbingnya agar masuk ke halaman rumahnya.
Tasya tak dapat menolak lagi.
Ia mengekori tante Desi yang masuk ke dalam rumah.
Suasana sepi. Tidak ada tanda tanda keberadaan Dion.
'Kemana cowok itu? Motornya ada di depan padahal' gumam Tasya bertanya pada dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BRRTI DION, BKN RARA
2023-05-06
0
Sulaiman Efendy
SIAPAKH GERANGAN, DION ATAU RARA YG EMOSI
2023-05-06
0
Chin ER
Mantap semua karya author
2022-01-15
0