Setelah Zen dan Mitsuki berjanji satu sama lain, mereka berbicara berdua bersama dibawah pohon beringin.
"Kak Zen apakah kamu besok ada waktu luang?" Tanya Mitsuki kepada Zen.
"Ada, memangnya kenapa?" Balas Zen dan bertanya balik ke Mitsuki.
"Itu, apakah kakak mau menemaniku jalan-jalan besok?" Tanya Mitsuki dengan sedikit malu.
Zen yang mendengar itu langsung teringat akan satu hal.
"Baik, aku besok akan menemani mu jalan-jalan!" Balas Zen dengan senyuman.
"Kalau begitu besok pagi tunggu aku disini ya kak!" Kata Mitsuki
"Iya besok aku akan menunggumu!" Balas Zen.
"Oh iya, apa dikota ini ada tempat pelelangan?" Tanya Zen kepada Mitsuki.
"Ada, memangnya kenapa kak?" Jawab Mitsuki dan bertanya balik kepada Zen.
"Aku ingin menjual sesuatu!" Balas Zen.
"Besok pagi kita makan diluar saja ya kak!" Ucap Mitsuki.
"Kenapa?" Tanya Zen.
"Jika kita tidak makan di luar nanti takutnya Ayah juga akan menjodohkan kita, kita kan sudah berjanji!" Ucap Mitsuki dengan sedikit muram.
"Baik jika itu yang kamu mau!" Balas Zen dengan senyuman.
Mitsuki yang melihat senyum Zen langsung merasakan tenang di hatinya.
Mereka berdua berbicara sampai larut, Zen juga menyuruh Mitsuki untuk segera istirahat agar tidak sakit.
"Sudah larut malam, sebaiknya kita masuk sekarang!" Ajak Zen.
"Baik kak!" Balas Mitsuki dengan senyuman.
Mereka akhirnya kembali ke kamar masing-masing, Zen yang sampai di kamarnya langsung tertidur, karena Zen kelelahan karena sejak pagi sampai menjelang sore banyak hal yang membuatnya bekerja keras.
Sedangkan Mitsuki yang berada di kamarnya hanya bisa berfikir tujuan mereka berjalan-jalan di kota.
Mitsuki langsung menepis pikiran itu dan langsung tidur, karena besok akan menjadi hari yang berharga baginya.
Dan pagi pun telah tiba, Zen yang memang terbiasa bangun pagi langsung membersihkan badan dan mengganti pakaian nya.
Zen yang sudah bersiap juga membawa Dual Knife yang dia simpan di balik jaketnya.
Zen langsung bergegas ke arah taman tempat mereka berkumpul sebelum berangkat jalan-jalan.
Zen yang sampai lebih awal, jadi Zen menunggu Mitsuki datang, tidak lama kemudian Mitsuki datang menghampiri Zen.
"Kak Zen apa kamu sudah lama menunggu?" Tanya Mitsuki.
Zen yang namanya di panggil langsung menoleh kearah sumber suara, hal pertama yang ia liahat adalah penampilan Mitsuki yang tidak begitu mencolok, tapi tetap terlihat cantik.
(Pakaian yang digunakan oleh Mitsuki)
"Tidak aku juga tidak lama sampai!" Balas Zen.
"Baik ayo kita berangkat!" Ucap Mitsuki.
"Apa kamu tidak membawa pengawal?" Tanya Zen kepada Mitsuki.
"Jika aku membawa pengawal nantinya akan terjadi keributan!" Balas Mitsuki dan langsung menggandeng tangan Zen.
Zen yang diperlakukan seperti itu tidak membantah, baginya membuat adiknya bahagia adalah hal yang paling utama untuk saat ini.
Mereka berjalan keluar Istana, tujuan mereka adalah Restoran untuk sarapan pagi.
Dalam perjalanan mereka menjadi pusat perhatian, karena Zen yang memiliki wajah yang tampan dan juga Mitsuki yang memiliki wajah yang cantik.
Mereka menjadi bahan pembicaraan orang-orang, Zen yang mengetahui hal itu hanya membiarkan mereka dan Mitsuki yang mengetahui hal itu membuatnya malu dan wajahnya menjadi merah.
Setelah mereka berjalan sekitar sepuluh menit, mereka berdua sampai di Restoran yang akan menjadi tempat mereka sarapan.
Disaat mereka samapai, mereka langsung disambut oleh para pelayan dan mereka di tanya mau makan di lantai berapa, karena tiap lantai masakan yang disajikan juga berbeda.
Karena Restoran yang ditempati oleh Zen dan Mitsuki merupakan restoran terkenal, mereka memesan makan di lantai empat, yaitu lantai VIP.
"Mari tuan dan nona untuk mengikuti saya!" Ucap pelayan dengan sopan dan ramah.
Zen dan Mitsuki mengikuti pelayan itu sampai lantai empat, disaat sampai Zen mengajak Mitsuki untuk makan di meja dekat jendela.
Sambil menunggu makanan datang mereka berbicara.
"Kak Zen, apa kakak mau menemaniku berbelanja sebelum ke tempat pe8lelangan!?" Kata Mitsuki.
"Baik!" Zen menjawab Mitsuki.
Tidak lama kemudian makanan mereka telah samapai, mereka langsung menyantap makanan yang telah di pesan.
Setelah selesai makan, Mitsuki memanggil pelayan.
"Berapa totalnya?" Tanya Mitsuki kepada pelayan.
"Totalnya lima Koin Emas!" Jawab pelayan itu dengan ramah.
Sebelum Mitsuki membayar dia dihentikan oleh Zen.
"Ini!" Ucap Zen sambil memberikan enam Koin Emas kepada pelayan.
"Bukankah ini terlalu banyak tua6n!" Kata pelayan itu.
"Anggap saja ucapan terimakasih karena pelayanan dan makanan nya lumayan memuaskan!" Ucap Zen dan menggandeng tangan Mitsuki untuk pergi keluar.
Setelah sampai di luar restoran, tiba-tiba Mitsuki berhenti.
"Kenapa?" Tanya Zen.
"Seharusnya kan aku yang membayarnya kenapa kakak yang membayarnya?" Tanya balik Mitsuki kepada Zen.
"Anggap saja ucapan terimakasih ku karena telah berjanji dengan ku!" Balas Zen.
"Aku juga akan membayar apapun yang kamu mau!" Ucap Zen dengan senyuman.
Mitsuki yang mendengar itu langsung bertanya kepada Zen.
"Maaf jika aku lancang menanyakan ini!" Ucap Mitsuki.
"Kenapa minta maaf, jika ada yang mau kamu tanyakan ya tanya saja!" Balas Zen kepada Mitsuki.
"Apakah kak Zen salah satu dari keluarga bangsawan terkenal?" Tanya Mitsuki.
"Kamu bertanya apa, aku kemarin malam kan sudah memberi penjelasan, jika aku dan Zen tidak mempunyai Orang Tua!" Balas Zen dengan nada sedikit dingin.
Mitsuki yang sedikit paham dengan sifat Zen langsung meminta maaf.
"Maaf kak, jika aku menanyakan hal yang tidak perlu ditanamkan!" Ucap Mitsuki meminta maaf.
"Sudahlah tidak perlu dibahas lagi!" Ucap Zen dengan mengelus kepala Mitsuki.
"Iya kak Zen!" Jawab Mitsuki yang mulai semangat.
Kemudian Mitsuki menarik tangan Zen, Zen yang melihat suasana hati Mitsuki cepat berubah juga sedikit bingung.
'apakah semua perempuan sama, suasana hatinya cepat sekali berubah' pikir Zen.
Mereka berjalan dengan bergandengan tangan ke Toko Perhiasan, setelah sampai Mitsuki meminta Zen untuk memilihkan perhiasan yang cocok dengannya.
"Ano, kak Zen, bisakah kamu memilihkan perhiasan yang cocok dengan ku?" Tanya Mitsuki kepada Zen dengan sedikit malu.
"Tidak perlu semalu itu!" Balas Zen dengan senyuman.
Zen kenudai mencari perhiasan yang cocok dengan Mitsuki, Zen kemudian melihat jepit rambut yang lumayan bagus.
Tidak hanya jepit rambut yang dipilih tetapi beberapa perhiasan seperti anting, kalung dan cincin.
Mitsuki yang melihat semua barang yang diambil oleh Zen lagsung kaget.
"Tenang saja semuanya aku yang bayar!" Ucap Zen kepada Mitsuki.
"Apa ini tidak terlalu berlebihan kak?" Tanya Mitsuki kepada Zen
"Jika ini untuk adikku, ini masih kurang bagi ku, apa kamu masih mau yang lain?" Balas Zen dengan santai dan bertanya lagi kepada Mitsuki.
"Tidak kak itu saja sudah cukup!" Balas Mitsuki yang kaget dengan kebaikannya.
'padahal kami melakukan perjanjian dan aku menganggapnya sebagai kakak angkat ku, tapi dia sugguh baik' ucap Mitsuki dalam hati.
'aku tidak boleh mengecewakan kak zen' ucap Mitsuki dalam hati.
"Suki, kemari!" Panggil Zen kepada Mitsuki dengan panggilan baru.
"Aku kak Zen?" Tanya Mitsuki dengan binggung.
"Iya itu panggilan baru untuk mu!" Jawab Zen dengan senyuman.
'aku mendapatkan panggilan baru dari kak Zen dan kak Zen memanggil ku Suki' ucap Suki dalam hati karena dia merasa sangat senang.
Kemudian Suki berjalan mendekati Zen, setelah sampai di depan Zen, Suki dibuat kaget oleh perlakua Zen.
Zen memasangkan semua perhiasan yang dia ambil untuk Suki, Suki yang mendapat perlakuan itu wajahnya langsung memerah.
Sedangkan Zen yang melihat tingkah adik angkatnya hanya tertawa kecil.
"Berapa total semuanya?" Tanya Zen kepada penjaga toko.
"Semua yang tuan ambil adalah barang-barang VIP jadi total semuanya adalah 179 koin emas!" Kata sang penjaga toko.
Zen yang mendengar itu juga tidak keberatan, dia langsung menggeluarkan satu kantung koin emas yang berisi 200 koin emas.
Setelah selesai membayar Zen dan Suki keluar dari toko perhiasan itu.
"Apa masih ada tempat yang mau kamu kunjungi?" Tanya Zen kepada Mitsuki.
"Sebenarnya ma..!" Belum sempat Suki menyelesaikan ucapannya dia dipanggil oleh orang yang paling dia benci.
"Oh Putri Mitsuki kebetulan sekali kita bertemu disini!" Ucap pria itu.
Pria itu adalah anak dari Perdana Menteri Kerajaan Petir, Mitsuki tidak pernah menyukai anak dari Perdana Mentri.
Karena Mitsuki tau jika Perdana Mentri dan Anaknya tidak berbeda jauh, yaitu suka bergaul dengan orang kaya dan jika orang itu telah jatuh maka dia akan ditinggalkan.
"Oh ternyata Tuan Vedrik, kebetulan juga aku bertemu dengan mu!" Ucap Mitsuki dengan nada tidak senang.
"Oh iya siapa Pria disamping and6a, sepertinya dia hanya orang biasa!" Kata Vedrik dengan mengejek Zen.
Zen yang di ejek oleh Vedrik hanya bersikap dingin dan tidak menanggapi perkataan nya.
"Oh aku lupa memperkenalkannya pada Tuan Vedrik, dia adalah Zen kekasih ku!" Ucap putri Mitsuki.
"Itu tidak mungkin, jika dia memang kekasihmu, apa dia bisa memberimu kebahagiaan!" Kata Vedrik dengan sombong.
"Memang kekasih ku adalah orang biasa dan bukan dari kalangan atas, tapi dia bisa membelikan ku perhiasan yang mahal dan aku juga telah memakai semua perhiasan yang dia belikan kepadaku, benarkan Sayang!" Ucap Mitsuki yang sudah mulai kesal.
Zen tau jika keadaan seperti ini yang harus dia lakukan adalah membantu adiknya.
"Apa yang dikatakan oleh Suki memang benar, jika Tuan tidak percaya Tuan bisa bertanya kepada penjaga toko perhiasan ini berapa jumlah yang telah saya bayar dan ini adalah nota dari pembelian semua perhiasan untuk Suki!" Jawab Zen dengan menunjukkan selebar kertas nota.
Vedrik yang melihat total yang di bayar langsung terdiam, dia juga melihat berapa Koin Emas yang di keluarkan oleh Zen untuk membayar dan tanpa meminta kembalian.
Setelah selesai Mitsuki membawa Zen pergi.
"Jika sudah selesai kami pergi dulu Tuan Vedrik!" Ucap Mitsuki dengan menggandeng tangan kiri milik Zen.
"Ayo kita pergi dari sini Sayang!" Ucap Suki kepada Zen.
"Aku hanya mengikuti kemauan mu saja!" Balas Zen dengan senyuman.
Zen dan Suki pergi meninggalkan Vedrik yang masih terdiam, dia kalah telak dalam urusan uang, karena uang sakunya saja satu Minggu 10 Koin Emas.
'siapa sebenarnya dia, jumlah Koin Emas yang dia keluaraka samadengan bayaran Ayah selama delapan bulan' uacap Vedrik dalam hati.
Kembali ke Zen dan Suki.
"Jadi kamu masih ada tempat yang mau kamu kunjungi atau tidak?" Tannya Zen lagi kepada Suki.
"Sudah tidak ada kak!" Kata Suki.
"Baik jika seperti itu antar aku ke Yempat Pelelangan!" Ucap Zen.
"Iya aku ingat, ayo ikuti aku!" Kata Suki.
Mereka kemudian berjalan beriringan ke Yempat Pelelangan, setelah berjalan selama lima belas menit mereka telah sampai.
Di pintu pelelangan terdapat dua penjaga, penjaga yang melihat kedatangan Zen dan Suki langsng menghentika mereka.
"Tolong berhenti dan tunjukkan kartu identitas kalian!" Ucap menjaga 1.
"Jika tidak bisa menunjukkan kartu identitas kalian silahkan pergi!" Ucap penjaga ke 2.
Mitsuki langsung mengambil kartu identitas nya dan menunjukkan kartu identitas nya kepada dua penjaga tersebut, keduanya terdiam sesaat dan langsung mempersilahkan mereka masuk.
"Silahkan masuk Putri Mitsuki, maaf karena perlakuan kami yang tidak menyadari jika Putri datang kesini!" Ucap penjaga 2 dengan sedikit menunduk kan kepala.
Mitsuki yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Aku memaafkan kalian, dan tolong panggiokan Pengurus Pelelangan kesini!" Ucap Mitsuki.
"Baik mohon tunggu sebentar!" Ucap penjaga 1 yang berlari memasuki pelelangan.
Setelah beberapa menit kemudian datang Pengurus Pelelangan, dia seumuran dengan Mitsuki.
"Maafkan hamba karena tidak menyambut kedatangan Putri!" Kata Pengurus Pelelangan.
"Itu tidak maslah, aku ke sini untuk mengantarkan kakakku karena dia ingin melelang sesuatu!" Balas Putri Mitsuki.
Terima kasih untuk para pembaca karena telah membaca karya pertama saya 😁😁.
Jangan lupa kasih like dan juga vote ya kak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
masgeng
thor pakaiannya tuan putri kok kurang sesuai jamannya ya..
2021-10-16
0
MALIN KUNDANG [KEDURHAKAAN]�
kenapa gw lebih suka si mitsuki jadi istri zen
2021-05-22
3
Akaki tsunayoshi
gue bersyukur karena bukan cuma gue kalo ngetik sampai pasti samapai
2021-05-15
1