(Flashback)
Lia keluar
kamar, setelah semalaman memikirkan bagaimana keputusannya, yang tepat, untuk
dia dan semua orang. Sudah memtuskannya, dia menemui mama dan papanya, juga lio yang sedang ada di
ruang makan.
“Lia sudah
memikirkannya mama, demi kak ali, lia mau.” kata lia yang membuat kaget semua
orang.
“Demi kak
ali apa lo, gaya lo juga maukan sama kak ali, dicium kak ali terus, dipeluk kak
ali terus, di hotel oma juga lo terus-terusan gitu, sampek di kamar mandi ma,
pa.” Adu lio pada kedua orang tuanya.
“Mama kak
liooo.” Lia merengek mendekati mamanya.
“Mama mah
tau, lia kan paling cinta dan kagum banget sama kak ali.”
“Ali
sebenarnya baik kok, papa yakin masih ada kebaikan didiri ali, Cuma kita harus
bantu ali. Makasih ya, lia.”
“Sama-sama
papa.”
Sejak itu
semua dipersiapkan dengan baik bahkan alat tes kehamilannya yang sudah jauh
hari mamanya siapkan. Tinggal menunggu sedikit waktu untuk makin meyakinkan
semunya saja.
***
Lia menangis
menunjukannya pada Nathan, bukan karena bahagia, mungkin ada rasa bahagia dari
lia, tapi lebih minta maaf dan sangat menyesal, ini harus lia lakukan. Nathan bingung melihat Lia yang menangis, dia
menarik lia untuk ikut duduk disampingnya, lalu dilihatnya yang lia tunjukan,
alat kecil berupa alat tes kehamilan yang bergaris merah dua.
‘maafin lia,
kak. Lia harus melakukan ini.’ batin lia menyesal.
“Ini alat
apa, lia?” tanya nathan bingung tak pernah berurusan dengan alat seperti ini.
Lia malah
memeriksa kantong jaket nathan, dia menemukan ponsel nathan di sakunya, lia
mengambil ponsel nathan, meminta nathan membuka kuncinya dan memotret alatnya,
mencarinya di internet dan menunjukan hasilnya pada Nathan. Nathan membacanya
dengan seksama.
“Alat tes
kehamilan?”
“Kamu hamil,
garis dua disini artinya hamil, lia?” tanya nathan terbelalak seakan tak
percaya.
“Kamu beneran
hamil, lia?” tanya nathan lagi masih tak percaya. Lia hanya bisa menangis dan
mengangguk. Untuk Nathan mungkin lia seperti sedih dan bahagia dengan kabar
ini, yang baru bisa dia sampaikan, tapi bukan, lia menangis karena menyesal.
Lia harus berbohong.
“Udah jangan
nangis, kan harusnya kamu bahagia.” nathan langsung memeluk lia, yang sangat
dia rindukan, dan penantiannya ini akhirnya, tak sia-sia. Nathan mengusap air
mata yang terus menetes dari mata lia.
“Udah jangan
nangis. Kenapa nangis?” tanya nathan menatap lia, menangkup wajah cantik lia
dengan kedua tangannya.
“Lia kangen
banget. Lia sedih kakak baru dateng.” katanya berbohong.
“Maafin
kakak, ok.” Nathan kembali memeluk lia yang tak bisa berhenti menangis.
“Kakak janji
gak akan ninggalin lia lagi kan, selamanya. Kakak harus tanggung jawab, jagaian
lia sama anak lia nanti.” kata lia dalam pelukan nathan.
“Iya janji.”
***
Diluar mobil
lio baru datang, bersamaan dengan mobil alex dan ara, yang pulang lebih cepat.
Lio menghampiri papa dan mamanya, mencium tangan papa dan mamanya, lalu ikut
masuk bersama papa dan mamanya.
“Mas, aku
liat lia ya. Aku khawatir.” Kata ara pada alex.
“Iya
sayangg..” kata lio yang malah menjawab untuk menggoda keduanya. Lio langsung
dapat pelototan dari papanya yang sibuk lihat hp dan baru mau balas ucapan ara.
Lio langsung kabur keatas.
“Kali-kali
panggil sayang sih.” Kata lio sedikit berteriak dari atas.
“Kak lio.”
Lia kaget mendengar suara kak lio yang sudah pulang. Lia langsung melepaskan
pelukan nathan dan mencari tempat persembunyian untuk nathan.
“Kak
nathan ngumpet ya, nanti papa bisa
pukulin kak nathan kalau papa tau kak nathan kesini. Biar lia yang ngomong sama
papa dulu, biar lia yang bujuk papa dulu.” lia langsung menarik nathan untuk
bersembunyi di kamar mandi. Nathan hanya ikut. Pada awalnya, tapi dia berpikir
lagi, tak akan berakhir jika dia masih pengecut.
“Lia, kakak
mau temuin papa, apapun resikonya. Kakak mau menikah sama kamu, kakak mau
tanggung jawab atas semua perbuatan yang sudah kakak buat.” kata nathan keuar
dari kamar mandi.
“Tapi kak,”
lia tak setuju, papa kalau hukum lio itu beneran di hukum kalau salah, gak
segan mukul atau kasih hukuman apa. Nathan, gak tau akan diapakan papanya kalau
begini.
“Nanti aja
kak, kakak ngumpet dulu.” kata lia menarik lio untuk masuk ke ruang mandinya
lagi, tapi terlambat, ara yang ke kamar lia sudah melihatnya, ara terkejut
melihat nathan sudah disana, bagaimana bisa?
“Ali, kok
bisa di singapur, disini?” tanya ara bingung.
“Ma, papa...”
alex baru akan mengatakan kalau dia ada kerjaa lagi, harus berangkat langsung,
alex menyusul ke kamar lia, tapi ketika alex masuk, alex malah melihat Lia dan
ali, ali di kamar lia. Alex langsung geram, dia menyimpan ponselnya, mendekati
ali dan menatapnya dengan penuh amarah.
“Kamu
ngapain disini?” tanya alex dengan nada tegas.
“Kenapa gak
ada yang ngabarin aku kalau lia hamil?” tanya Nathan menatap alex.
“Apa urusan
kamu?” tanya alex lagi.
“Saya ayah
dari bayi yang lia kandung.”
“Saya bisa
carikan ayah yang lebih baik dari kamu.”
“Tapi pa,
ali mohon, ali sayang sama lia, ali mau hidup bahagia sama lia dan anak ali pa.”
Ali, nathan
menyebutnya ali dan membuat hati alex seketika luluh, nama yang dulu dia kasih,
ketika mamaya malah pergi begitu saja. Alex juga sangat ingin nathan ingat
semuanya.
“Mau saya
bolehkan lihat lia setiap hari?” tanya alex pada nathan. Nathan
mengangguk.
“Ikut saya!”
dengan kasar alex menarik tubuh nathan, dengan menarik leher baju nathan,
sedikit membuat nathan terkcekik.
“Saya mau
pukulin kamu sampai babak belur, tapi kamu gak boleh lawan balik saya, kalau
kamu mau selalu bebas bahkan akan saya bolehkan tinggal disini, menikah dengan
lia, selamanya dengan lia.” Kata nathan sambil menarik ali.
Lia
ketakutan melihat papanya sangat marah. Lia meminta mamanya untuk mengawasi,
menghetikan. Alex sudah memberi kode ara kalau dia hanya akan sedikit bercanda
pada aliy. Ara juga menjelaskan hal yang sama pada lia, tapi tetap saja lia
khawatir.
“Ma, susulin
ma. Yuk..” kata lia menarik tangan mamanya. Ara pun ikut lia mengikuti kemana
alex membawa nathan.
Lio yang
mendengar keributa dari luar akhirnya keluar dari kamarnya. Lio makin penasaran
melihat sekilas papanya menyeret laki-laki dari kamar lia sepertinya. Lia dan
ara hanya bisa menonton di pinggir lapangan, dimana Alex benar-benar memukuli
nathan dengan bebas.
Bak
Buk
Bak
Buk
Sudah tak
terhitung beberapa kali, sampai lebam semua pipi nathan. Tapi nathan tak
membalas sedikitpun. Lio apalagi, terkejut papanya memukuli kak ali begitu
saja. Lio tak mau cari mati dan mendekat, nanti wajah tampannya lebam.
“mau nyakitin
lia lagi, kalau lia sayang percayakan sama kamu, nathan. Kamu gak pantes saya
panggil ali.” Kata alex pada nathan.
“iya pa, apa
saja demi lia.” Nathan menunduk lesu dengan pukulan alex beberapa kali.
“gimana saya
harus percaya sama kamu. Susah, kamu saja sudah menodai anak saya seperti itu!”
nathan langsung mendorong ali ke kolam merenah. Tubuh nathan jatuh begitu saja
ke kolam merenang. Alex bahkan giliran
ingin turun, menuntaskan pukulannya.
Bukkk...
Satu pukulan
lagi, tepat mengenai pipi nathan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments