Episode 19

(Flashback)

 

 

Lia keluar

kamar, setelah semalaman memikirkan bagaimana keputusannya, yang tepat, untuk

dia dan semua orang. Sudah memtuskannya, dia menemui  mama dan papanya, juga lio yang sedang ada di

ruang makan.

 

 

“Lia sudah

memikirkannya mama, demi kak ali, lia mau.” kata lia yang membuat kaget semua

orang.

 

 

“Demi kak

ali apa lo, gaya lo juga maukan sama kak ali, dicium kak ali terus, dipeluk kak

ali terus, di hotel oma juga lo terus-terusan gitu, sampek di kamar mandi ma,

pa.” Adu lio pada kedua orang tuanya.

 

 

“Mama kak

liooo.” Lia merengek mendekati mamanya.

 

 

“Mama mah

tau, lia kan paling cinta dan kagum banget sama kak ali.”

 

 

“Ali

sebenarnya baik kok, papa yakin masih ada kebaikan didiri ali, Cuma kita harus

bantu ali. Makasih ya, lia.”

 

 

“Sama-sama

papa.”

 

 

Sejak itu

semua dipersiapkan dengan baik bahkan alat tes kehamilannya yang sudah jauh

hari mamanya siapkan. Tinggal menunggu sedikit waktu untuk makin meyakinkan

semunya saja.

 

 

***

 

 

Lia menangis

menunjukannya pada Nathan, bukan karena bahagia, mungkin ada rasa bahagia dari

lia, tapi lebih minta maaf dan sangat menyesal, ini harus lia lakukan.  Nathan bingung melihat Lia yang menangis, dia

menarik lia untuk ikut duduk disampingnya, lalu dilihatnya yang lia tunjukan,

alat kecil berupa alat tes kehamilan yang bergaris merah dua.

 

 

‘maafin lia,

kak. Lia harus melakukan ini.’ batin lia menyesal.

 

 

“Ini alat

apa, lia?” tanya nathan bingung tak pernah berurusan dengan alat seperti ini.

 

 

Lia malah

memeriksa kantong jaket nathan, dia menemukan ponsel nathan di sakunya, lia

mengambil ponsel nathan, meminta nathan membuka kuncinya dan memotret alatnya,

mencarinya di internet dan menunjukan hasilnya pada Nathan. Nathan membacanya

dengan seksama.

 

 

“Alat tes

kehamilan?”

 

 

“Kamu hamil,

garis dua disini artinya hamil, lia?” tanya nathan terbelalak seakan tak

percaya.

 

 

“Kamu beneran

hamil, lia?” tanya nathan lagi masih tak percaya. Lia hanya bisa menangis dan

mengangguk. Untuk Nathan mungkin lia seperti sedih dan bahagia dengan kabar

ini, yang baru bisa dia sampaikan, tapi bukan, lia menangis karena menyesal.

Lia harus berbohong.

 

 

“Udah jangan

nangis, kan harusnya kamu bahagia.” nathan langsung memeluk lia, yang sangat

dia rindukan, dan penantiannya ini akhirnya, tak sia-sia. Nathan mengusap air

mata yang terus menetes dari mata lia.

 

 

“Udah jangan

nangis. Kenapa nangis?” tanya nathan menatap lia, menangkup wajah cantik lia

dengan kedua tangannya.

 

 

“Lia kangen

banget. Lia sedih kakak baru dateng.” katanya berbohong.

 

 

“Maafin

kakak, ok.” Nathan kembali memeluk lia yang tak bisa berhenti menangis.

 

 

“Kakak janji

gak akan ninggalin lia lagi kan, selamanya. Kakak harus tanggung jawab, jagaian

lia sama anak lia nanti.” kata lia dalam pelukan nathan.

 

 

“Iya janji.”

 

 

***

 

 

Diluar mobil

lio baru datang, bersamaan dengan mobil alex dan ara, yang pulang lebih cepat.

Lio menghampiri papa dan mamanya, mencium tangan papa dan mamanya, lalu ikut

masuk bersama papa dan mamanya.

 

 

“Mas, aku

liat lia ya. Aku khawatir.” Kata ara pada alex.

 

 

“Iya

sayangg..” kata lio yang malah menjawab untuk menggoda keduanya. Lio langsung

dapat pelototan dari papanya yang sibuk lihat hp dan baru mau balas ucapan ara.

Lio langsung kabur keatas.

 

 

“Kali-kali

panggil sayang sih.” Kata lio sedikit berteriak dari atas.

 

 

“Kak lio.”

Lia kaget mendengar suara kak lio yang sudah pulang. Lia langsung melepaskan

pelukan nathan dan mencari tempat persembunyian untuk nathan.

 

 

“Kak

nathan  ngumpet ya, nanti papa bisa

pukulin kak nathan kalau papa tau kak nathan kesini. Biar lia yang ngomong sama

papa dulu, biar lia yang bujuk papa dulu.” lia langsung menarik nathan untuk

bersembunyi di kamar mandi. Nathan hanya ikut. Pada awalnya, tapi dia berpikir

lagi, tak akan berakhir jika dia masih pengecut.

 

 

“Lia, kakak

mau temuin papa, apapun resikonya. Kakak mau menikah sama kamu, kakak mau

tanggung jawab atas semua perbuatan yang sudah kakak buat.” kata nathan keuar

dari kamar mandi.

 

 

“Tapi kak,”

lia tak setuju, papa kalau hukum lio itu beneran di hukum kalau salah, gak

segan mukul atau kasih hukuman apa. Nathan, gak tau akan diapakan papanya kalau

begini.

 

 

“Nanti aja

kak, kakak ngumpet dulu.” kata lia menarik lio untuk masuk ke ruang mandinya

lagi, tapi terlambat, ara yang ke kamar lia sudah melihatnya, ara terkejut

melihat nathan sudah disana, bagaimana bisa?

 

 

“Ali, kok

bisa di singapur, disini?” tanya ara bingung.

 

 

“Ma, papa...”

alex baru akan mengatakan kalau dia ada kerjaa lagi, harus berangkat langsung,

alex menyusul ke kamar lia, tapi ketika alex masuk, alex malah melihat Lia dan

ali, ali di kamar lia. Alex langsung geram, dia menyimpan ponselnya, mendekati

ali dan menatapnya dengan penuh amarah.

 

 

“Kamu

ngapain disini?” tanya alex dengan nada tegas.

 

 

“Kenapa gak

ada yang ngabarin aku kalau lia hamil?” tanya Nathan menatap  alex.

 

 

“Apa urusan

kamu?” tanya alex lagi.

 

 

“Saya ayah

dari bayi yang lia kandung.”

 

 

“Saya bisa

carikan ayah yang lebih baik dari kamu.”

 

 

“Tapi pa,

ali mohon, ali sayang sama lia, ali mau hidup bahagia sama lia dan anak ali pa.”

 

 

Ali, nathan

menyebutnya ali dan membuat hati alex seketika luluh, nama yang dulu dia kasih,

ketika mamaya malah pergi begitu saja. Alex juga sangat ingin nathan ingat

semuanya.

 

 

“Mau saya

bolehkan lihat lia setiap hari?” tanya alex pada nathan. Nathan

mengangguk.

 

 

“Ikut saya!”

dengan kasar alex menarik tubuh nathan, dengan menarik leher baju nathan,

sedikit membuat nathan terkcekik.

 

 

“Saya mau

pukulin kamu sampai babak belur, tapi kamu gak boleh lawan balik saya, kalau

kamu mau selalu bebas bahkan akan saya bolehkan tinggal disini, menikah dengan

lia, selamanya dengan lia.” Kata nathan sambil menarik ali.

 

 

Lia

ketakutan melihat papanya sangat marah. Lia meminta mamanya untuk mengawasi,

menghetikan. Alex sudah memberi kode ara kalau dia hanya akan sedikit bercanda

pada aliy. Ara juga menjelaskan hal yang sama pada lia, tapi tetap saja lia

khawatir.

 

 

“Ma, susulin

ma. Yuk..” kata lia menarik tangan mamanya. Ara pun ikut lia mengikuti kemana

alex membawa nathan.

 

 

Lio yang

mendengar keributa dari luar akhirnya keluar dari kamarnya. Lio makin penasaran

melihat sekilas papanya menyeret laki-laki dari kamar lia sepertinya. Lia dan

ara hanya bisa menonton di pinggir lapangan, dimana Alex benar-benar memukuli

nathan dengan bebas.

 

 

Bak

 

 

Buk

 

 

Bak

 

 

Buk

 

 

Sudah tak

terhitung beberapa kali, sampai lebam semua pipi nathan. Tapi nathan tak

membalas sedikitpun. Lio apalagi, terkejut papanya memukuli kak ali begitu

saja. Lio tak mau cari mati dan mendekat, nanti wajah tampannya lebam.

 

 

“mau nyakitin

lia lagi, kalau lia sayang percayakan sama kamu, nathan. Kamu gak pantes saya

panggil ali.” Kata alex pada nathan.

 

 

“iya pa, apa

saja demi lia.” Nathan menunduk lesu dengan pukulan alex beberapa kali.

 

 

“gimana saya

harus percaya sama kamu. Susah, kamu saja sudah menodai anak saya seperti itu!”

nathan langsung mendorong ali ke kolam merenah. Tubuh nathan jatuh begitu saja

ke kolam merenang.  Alex bahkan giliran

ingin turun, menuntaskan pukulannya.

 

 

Bukkk...

 

 

Satu pukulan

lagi, tepat mengenai pipi nathan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!