Episode 13

..................

Anin terduduk lemas di depan peti jenasah mamanya, banyak orang yang datang, termasuk Rafa tapi Anin tidak menggubrisnya.

Anin duduk dengan tatapan kosong, ada ruang hampa yang menyelimuti hatinya. Baru sebulan yang lalu dia harus kehilangan papanya, hari ini dia juga harus kehilangan mamanya. Untuk saat ini, pasti berat buat Anin untuk menghadapi kenyataan seperti ini.

Rafa memandanginya dari kejauhan, menatap Anin dengan tatapan khawatir. Dia khawatir apakah gadis itu bisa melewati ini semua. Dia khawatir apakah gadis itu baik baik saja.

Rafa memberanikan diri mendekati Anin, lalu duduk tidak jauh dari Anin. Rafa membisikkan sesuatu kepada Mark. Mark pergi mendekati Bi Inah lalu membisikkan sesuatu juga kepada Bi Inah.

" Non, bibi kebelakang sebentar ya. Non disini aja jangan kemana-mana," ucap Bi Inah kepada Anin. Dan Anin pun mengangguk mengiyakan.

"Tenang Bu, Mia disini jagain Anin, kok." ucap Mia kepada Bi Inah, lalu Bi Inah pergi meninggalkan mereka bersama Mark.

Mark membawa Bi Inah ke sebuah taman tidak jauh dari lokasi pemakaman nyonya Atmaja.

"Hai Bi, perkenalkan saya Rafa, rekan bisnisnya Nyonya dan Tuan Atmaja" ujar Rafa memperkenalkan dirinya.

"Heem, ii iyaaa Tuan, saya Bi Inah. Ada apa Tuan mencari saya?" tanya Bi Inah kebingungan melihat Rafa dengan begitu banyaknya penjagaan dari pria-pria berbaju hitam.

"Jangan takut Bi, saya tidak jahat kok," canda Rafa lalu tersenyum kepada Bi Inah.

"Saya hanya ingin bertanya tentang keadaan Anin. Apakah dia baik-baik saja?" tanya Rafa kepada Bi inah dengan rasa penasaran.

"Maaf Tuan ... Tuan tau darimana tentang nona saya?" tanya Bi Inah penuh curiga kepada Rafa.

Rafa bisa melihat kecurigaan di wajah Bi Inah, dan dia pun tersenyum. Rafa bisa melihat lewat raut wajah Bi Inah, kalau keberadaan Anin memang tidak untuk di publikasikan.

"Bi Inah tenang aja, saya kenal baik dengan nyonya Atmaja. Saya tau Anin adalah putri Tuan dan Nyonya Atmaja. Walau yang lain yang hadir di sana mungkin tidak ada yang menyadarinya." jawab Rafa lalu mengeluarkan ponsel miliknya, menunjukkan pesan terakhir mereka.

Rafa tersenyum, Bi inah pun tersenyum lega. Bi Inah menjelaskan semua tentang keadaan Anin kepada Rafa. "Hmmm berarti Anin hanya punya paman dan semua Harta kekayaan milik Anin sekarang jatuh ke tangan pamannya? begitu ya Bi?" tanya Rafa lagi memperjelas situasi yang sedang terjadi.

"Iya Tuan, Non Anin sekarang akan tinggal bersama saya. Karena rumah keluarga Atmaja juga berpindah tangan menjadi hak milik Tuan Hendra," jelas Bi Inah lagi kepada Rafa dengan raut wajah sedih..

"Nona juga dari kemarin tidak mau makan. Tadi pagi dia juga maksa buat hadir di pemakaman Nyonya. Padahal di tangan Non Anin masih terpasang infus Tuan," Bi Inah menjelaskan lagi kepada Rafa dengan isak tangis.

Rafa menatap Bi Inah dengan penuh rasa khawatir. Bisakah wanita paruh baya dipercaya mengurus Anin nantinya? Banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam benak Rafa, dia pun merasa aneh karena baru kali ini dia begitu perhatian pada wanita lain selain tunangannya.

Rafa mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya lalu memberikannya kepada bi Inah, " Ini bi kartu nama saya, kabari saya nantinya dimana bibi dan Anin tinggal, dan kalau bibi butuh bantuan, jangan sungkan sungkan menghubungi saya ya, Bi!!" ucap Rafa menatap Bi Inah dengan senyuman terpancar di wajahnya.

"Baiklah, Bibi sudah bisa kembali dan saya mohon jaga Anin baik-baik!!" tambah Rafa lagi, lalu Bi Inah pun berpamitan kepada Rafa.

****

"Bibi darimana saja? Kok lama sekali, Bi?"

"Maafkan Bi Inah, Non. Tadi ada tamu Tuan dan Nyonya Atmaja. Dan Bibi harus menyapanya" jawab Bi Inah tersenyum berbohong kepada Anin.

Rafa pun kembali dari Taman, lalu duduk tepat di belakang Anin. Dipandanginya Anin dari belakang. Gadis cantik dan misterius pikir Rafa.

........................

Pemakaman pun berlangsung dengan lancar, lalu tiba-tiba pamannya Anin Hendra datang. Anin menatapnya dengan emosi yang campur aduk. Rafa bisa melihat raut kebencian yang terpancar dari wajah Anin.

Hendra datang menghampiri Anin ...

"Hello keponakanku yang cantik ..." ucap Hendra ingin memeluk Anin. Tapi dengan cepat Anin menepisnya.

"Weiisssss ...sabar!! Jangan marah. Masih banyak orang disini dan kita masih dalam keadaan berduka cita. Jangan terlalu menunjukkan ketidaksukaan mu padaku. Apa kata orang nanti??" ucap Hendra dengan tidak tahu malu lalu duduk di sebelah Anin.

"Saat ini Anin masih menghormati paman karena paman adalah paman Anin," ucap Anin lalu bangkit dari duduknya.

"Jadi tolong paman keluar dari tempat ini sekarang juga. Karena Anin tidak ingin melihat paman disini!!" ucap Anin dengan marah.

"Non, sudah!! Banyak yang melihat ..." ucap Bi Inah berusaha meredam kemarahan Anin.

Anin melihat sekelilingnya, banyak mata memandangnya. Mereka penasaran apa yang sedang terjadi. Dan benar adanya, banyak orang yang berbisik tentang siapa gadis yang sedang bersitegang dengan Hendra. Dan ada masalah apa sebenarnya.

"Siapa gadis itu? Kenapa dia memanggil Hendra paman? Apa benar itu putri Atmaja yang selama ini tidak pernah menunjukkan diri?" tanya seseorang kepada yang lain.

"Cantik ternyata, pantas di sembunyikan. Coba dari dulu aku mengenalnya, pasti akan aku jodohkan dengan putraku dan aku dengar dengar kekayaan mereka berlimpah," ucap seseorang lagi kepada yang lain lalu tertawa.

"Jangan salah, yang aku dengar putrinya ini adalah penyebab Tuan Atmaja mengalami sakit jantung dan meninggal" jawab seseorang lagi menimpali.

Rafa yang mendengarnya itupun merasa tidak nyaman. Hendra tersenyum mendengar apa yang mereka katakan.

"Lihat?? Yang tidak seharusnya berada disini adalah keponakanku tersayang!!" ucap Hendra sinis seperti merendahkan Anin. Hendra tersenyum puas melihat raut wajah Anin yang berubah seketika. Rafa yang melihatnya pun merasa khawatir dengan perasaan Anin.

Anin tersentak, perasaan hangat mengalir di seluruh tubuhnya. Ada seseorang yang menggenggam tangannya. Di pandanginya orang yang menggenggam tangannya itu.

"Astagaaaa!!" teriak Anin dalam hati. Merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Anin terdiam, seketika kebencian pun meluap di hatinya. Di hadapannya berdiri seorang pria yang selama ini sangat dia benci.

"Maaf Tuan Hendra, sebaiknya anda meninggalkan tempat ini. Situasinya tidak memungkinkan anda untuk berada di tempat ini." ucap Rafa berusaha membantu Anin menyingkirkan Hendra dari tempat itu.

"Tuu Tuuan Teague anda disini!!" ucap Hendra tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Tolong anda pergi sekarang, supaya semuanya merasa nyaman," ucap Rafa lagi menatap Hendra dengan pandangan sinis.

Hendra kenal betul siapa pria yang berdiri di hadapannya itu. Dia pun pergi meninggalkan tempat itu dengan malu. Hendra menahan emosi nya karena dia merasa tidak cukup kuat untuk melawan pewaris satu-satunya keluarga Teague.

"Terimakasih Tuan, terimakasih," ucap Bi Inah kepada Rafa karena telah membantu mereka membuat Hendra keluar dari tempat itu.

Rafa menatap Anin dan tersenyum. Tapi tidak dengan Anin. Anin menatap Rafa dengan sorot mata penuh kebencian. Tanpa sadar air matanya mengalir dari sudut bola matanya. Anin membayangkan nasibnya yang sudah menjadi yatim piatu ditambah lagi dia jadi mengingat kejadian memalukan sebulan yang lalu karena pria yang sedang berdiri di hadapannya ini.

Rafa heran kenapa Anin melihatnya dengan tatapan seperti itu. Seperti melihatnya dengan penuh kebencian. Tapi Rafa merasa tidak pernah melakukan apapun kepada Anin.

Anin berlari meninggalkan Rafa, Bi Inah dan semua orang yang berada di tempat itu. Rafa mengejar Anin karena penasaran dengan sikap Anin. Bukannya mengucapkan terimakasih, dia malah lari seperti tidak mau melihat Rafa.

Rafa menggenggam tangan Anin dan langkah Anin pun terhenti. "Apa yang salah denganku? Sepertinya kau sangat membenciku Anindya Putri Atmaja," tanya Rafa dengan penuh penasaran.

Anin tidak menjawabnya, Anin hanya menatap Rafa dengan tatapan penuh kebencian. Anin menepis tangan Rafa lalu tersenyum. Rafa tau itu adalah senyum yang di paksakan.

"Tidak ada yang salah. Aku berterima kasih padamu karena sudah membantuku menyingkirkan baji*ngan itu. Tapi maafkan aku Tuan Rafandra Teague, aku sudah tidak punya apa-apa lagi yang bisa aku berikan sebagai ucapan rasa terimakasihku. Aku hanya punya tubuhku, itupun kalau kamu mau!!" ucap Anin dengan derai airmata.

Rafa pun kaget dengan apa yang di ucapkan oleh Anin. Rafa merasa aneh kenapa Anin sepertinya sangat membenci Rafa. "Aku melakukan itu karena aku kenal dekat dengan orangtuamu. Jangan berburuk sangka dulu," ujar Rafa menatap Anin dengan tajam.

"Dan tubuhmu? Aku tidak peduli dengan itu. Aku tidak berniat mengambil apapun darimu. Dan kamu itu juga bukan tipeku." tambah Rafa lalu di balas Anin dengan senyuman penuh arti.

"Kamu seperti pencuri, telah mengambil sesuatu tapi tidak mengakuinya," ucap Anin berlalu pergi meninggalkan Rafa.

"Whaat? Ada apa sebenarnya dengan gadis itu? Apa makna dari omongannya??Aku pencuri?? Apa yang sudah kucuri??" batin Rafa, kebingungan mencari makna dari semua omongan Anin.

****

(Bersambung).

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!