Lelah, itulah yang Anin rasakan sekarang. Masalah papanya sudah cukup membuatnya pusing. Di tambah lagi masalah pribadinya yang cukup membuat pikiran dan hatinya tersiksa.
Anin terduduk lemas bersandar di dinding rumah sakit yang dingin, pikirannya menerawang entah kemana.
"Tuhan, apa yang harus aku lakukan kalau sampai terjadi sesuatu padaku suatu hari nanti??" gumamnya dalam hati.
"Ahh ... aku harus tetap berpikiran positif. Semuanya pasti baik-baik saja!!" ucapnya lagi berusaha menenangkan hatinya.
"Anin!! Ninnnn ... Aninnn!!!!" teriak Nyonya Atmaja mengagetkan Anin.
"Ya iya, Ma?? Maaf Anin tadi tidak mendengar mama," jawab Anin berlari menghampiri mamanya.
"Segera panggilkan Dokter!! Cepat, Niinnnn!!" teriak Nyonya atmaja sambil menangis.
Anin melihat papanya sedang kritis. Diapun berlari sekencang-kencangnya mencari Dokter. Lalu tiba-tiba ... Bruuukkk!!! Anin menabrak seseorang.
"Maaf!! Maaf maaf!! Maafkan saya Pak. Maafkan saya!!" ucap Anin meminta maaf, lalu pergi meninggalkan pria yang berdiri di hadapannya itu.
Pria itu memandangi Anin, lalu memungut satu persatu kertas yang jatuh berserakan di lantai.
"Dasar gadis gila!! Berlarian di Rumah Sakit!! Jalan saja tidak pakai mata!!" gumamnya dalam hati lalu beranjak pergi.
........................
Isak tangispun pecah dari ruangan inap dimana papa Anin di rawat.
"Papaaaaaa!! Jangan tinggalin Anin!! Pleaseee jangan tinggalin Anin papa!! masih banyak yang ingin Anin katakan sama papa. Masih banyak hal-hal yang ingin Anin lakukan sama papa. Anin janji jadi anak yang baik, papa bangun ya paaa ..." tangis Anin pun pecah memenuhi ruangan itu.
Terlalu banyak penyesalan yang dia rasakan. Terlalu cepat rasanya papanya harus meninggalkan mereka. Anin masih pingin melakukan banyak hal. Anin merasa masih belum bisa jadi anak yang baik. Mengingat terlalu seringnya pertengkaran yang terjadi antara mereka. Anin menangis sesenggukan. Dia terduduk di lantai, kakinya lemas. Sulit rasanya menerima kenyataan, kalau papanya harus pergi di iringi rasa penyesalan Anin yang semakin menumpuk.
"Sudah sayang, biarkan papa pergi dengan tenang. Papamu sudah sangat lelah berjuang selama ini. Mama udah gak tega melihat papamu menahan rasa sakit akibat penyakitnya itu," ucap Nyonya Atmaja berusaha menguatkan putrinya itu.
Nyonya Atmaja juga merasakan ada sesuatu yang hilang. Tapi di tengah rasa kehilangannya itu, dia juga harus berusaha tegar dan kuat untuk putrinya.
Anin masih menangis sesenggukan. Belum juga pulih lukanya akibat permasalahan pribadinya, dia juga harus kehilangan papanya di saat waktu yang bersamaan.
"Nin, bangun sayang. Kita harus segera mengurus administrasi rumah sakit papamu. Dan mengatur jadwal pemakaman papamu. Kita harus kuat ya sayang ..." ucap Nyonya Atmaja membelai rambut Anin.
Anin bangkit berdiri, lalu dipeluknya erat wanita yang berdiri di hadapannya itu. "Mama, maafin Anin belum bisa jadi anak yang baik. Pasti papa masih marah ya sama Anin. Pasti papa kecewa sama Anin ya kan ma? Pasti papa benci banget ya sama Anin?" ucap Anin masih sesenggukan menahan air matanya.
"Ssstttt ... tidak ada orang tua yang membenci anaknya. Dan satu hal yang perlu Anin tau, papa tidak pernah marah sama Anin. Itu karena papa sayang sama anin. Papa cuma ingin masa depan Anin baik, papa ingin Anin jadi orang sukses. Dan kalau masalah papa ingin sekali Anin meneruskan bisnis keluarga kita, itu karena memang Anin adalah satu-satunya harapan papa dan mama. Kami hanya punya kamu sayang. Papa hanya ingin Anin belajar bertanggung jawab. Anin ngerti kan maksud mama?"
Nyonya Atmaja berusaha memberi penjelasan, agar putrinya tidak menyalahkan dirinya dan hidup dengan banyak penyesalan.
"Sekarang mama ke bagian administrasi rumah sakit dulu ya sayang. Pamanmu sudah menunggu disana. kamu tunggu disini ya. Kamu bisa bantu mama membereskan semua barang barang papa. Nanti Bi Inah juga kemari bantuin kita." ujar Nyonya Atmaja kepada putrinya itu.
Di pandangi nya lekat sekali tubuh papa nya itu, yang sudah di tutupin kain.
"Papa, maafin Anin. Anin sayang papa!!" ucapnya dengan suara yang tersendat dan berurai airmata.
*********
Di pemakaman banyak orang yang hadir. Semua kolega bisnis papa Anin, Paman Anin, dan sahabat-sahabat Anin.
Anin tidak menghadiri pemakaman, Anin meminta ijin kepada mamanya untuk tetap tinggal di mobil, karena Anin tidak cukup kuat untuk berdiri melihat proses pemakaman papanya.
"Papa, maafkan Anin. Saat Anin siap, Anin pasti datang melihat papa" gumamnya dalam hati sambil melihat dari kejauhan.
Pandangan matanya terhenti saat dia melihat sosok pria yang dia kenal. Dia kaget, dan ada perasaan sakit hadir mengisi rongga dadanya. Tak terasa airmatanya mengalir. Anin menangis sambil menahan suaranya.
Iya, sosok pria itu adalah putra keluarga Teague, Rafandra Teague. Anin cukup mengenalnya karena insiden yang memalukan itu. Rafa menghadiri acara pemakaman papa nya Anin. Dia berdiri di antara puluhan orang yang hadir.
"Hmmm ... kamu adalah pria jahat. Penampilanmu sempurna tapi hatimu tidak!!" ucap Anin lirih.
Anin membuka sedikit kaca jendela mobilnya. Dipandanginya Rafa dari kejauhan dengan pandangan yang sulit sekali di artikan.
"Aku hanya berharap, suatu hari nanti kamu akan menerima balasan dari rasa sakit hati yang aku rasakan. Walaupun ini adalah murni kesalahanku, tapi tidak seharusnya juga kamu berbuat begitu", Ucapnya lagi lalu menghapus airmatanya.
Acara pemakaman selesai. Semua orang sudah kembali, tinggal mamanya Anin, Pamannya Hendra, Rafa dan orang-orang kepercayaan Papa Anin.
Rafa pun kemudian pamit kepada Nyonya Atmaja dan Hendra, kemudian pergi meninggalkan mereka. Langkahnya terhenti lalu menoleh ke arah mobil yang di dalamnya Anin juga sedang menatapnya.
Anin kaget, spontan dia menutup kaca jendela mobilnya. lalu menutup matanya.
"Astagaaa!! Apa dia tadi melihatku?? Apa dia mengenaliku?? Ahhh tidak mungkin!! Kami bahkan tidak pernah bertatap muka secara langsung. Lalu kenapa dia menatapku seperti itu?" ucap Anin kemudian mengacak-acak rambutnya. Terlalu banyak pertanyaan yang membuat kepalanya pusing.
"Ada apa Tuan??" tanya Mark kepada Rafa, ketika melihat langkah Tuannya itu terhenti dan mengikuti kemana arah pandangan Tuannya itu. Tapi Mark tidak melihat apapun. Hanya sebuah mobil sedan hitam terparkir disana.
"Tidak apa-apa!! Saya tadi hanya merasa melihat seseorang yang sedang melihat saya dari sana, tapi sepertinya itu hanya khyalan saya saja", jawab Rafa, kemudian melanjutkan langkahnya.
Di dalam mobil Rafa ...
"Hmmmm, apakah kamu pernau melihat putri tunggal Tuan Atmaja Mark ? Bukankah kamu bilang, dia bersahabat baik dengan gadis itu?" tanya Rafa kepada Mark penuh penasaran.
"Tidak Tuan, saya tidak pernah melihat sosok putri Tuan Atmaja. Tidak ada yang mengenalnya, dan dia cukup misterius. Karena menurut orang, Putrinya itu tidak pernah muncul di lingkungan kehidupan elite para putra dan putri pengusaha dan orang terkaya. Dan sepertinya dia tidak juga tidak pernah muncul di hotel milik papanya ataupun salah satu bisnis keluarga mereka. Karena setahu saya, pemegang kendali penuh adalah Tuan Atmaja sendiri dan Adiknya" jelas Mark kepada Rafa, berharap bisa mengurangi sedikit rasa penasaran tuannya itu terhadap putri Tuan Atmaja.
Rafa tidak menjawab apapun, matanya menatap kosong ke arah luar.
"Lalu siapa tadi? Sepertinya aku melihat seorang gadis di dalam mobil sedan berwarna hitam itu?" gumamnya dalam hati.
##########
(Bersambung)
Happy reading gaeesss ...
Happy day ...
Mari saling mendukung, dan terimakasih.^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Titin Candies
pendek 2 bgt ya,
2022-01-14
0