Episode 2

Di dalam kamarnya ...

Anin berjalan bolak-balik dari tadi sambil sesekali melihat email miliknya.

"Dasar wanita lamban!! Kenapa lama sekali?? Mengirim data begitu saja tidak beres!!"

Anin lalu melihat jam tangannya. "Tinggal 5 menit, awas saja kalau kau tidak mengirim data itu. Akan kupastikan kau akan meninggalkan hotel ini!!"

Anin terus saja meracau tidak jelas sambil melihat ponsel miliknya. Dan tak lama kemudian ...

"Tlingg!!" Suara ponsel Anin berbunyi menandakan ada email yang baru saja masuk. Anggap aja suara emailnya begitu ya.

"Apa???"

Tanpa sadar Anin menjatuhkan ponselnya, terduduk lemas melihat email yang baru saja dia terima.

"Dia??? Astagaaa apa yang baru saja aku lakukan? Bukankah dia investor terbesar di hotel ini??"

Anin menutup mulutnya, bisa dia bayangkan akan serumit apa jadinya kalau sempat berurusan dengan pria itu.

"Tidak mungkin. Ini tidak mungkin!! Apa yang harus aku lakukan sekarang??"

"Aku tidak mungkin meminta pertanggungjawabannya. Dia pasti pikir aku hanya menjebaknya. Dan aku tahu dari papa, dia bukanlah pria sembarangan. Dia sangat kejam dan dingin."

"Hikksss ... hiksss ..."

Anin menangis sejadi jadinya. Meratapi setiap detik kehidupannya yang sudah dia rusak karena mabuk-mabukan.

"Kenapa harus dia ? Kenapa aku harus mabuk?? Kenapa aku harus masuk ke kamar yang salah dan tidak memeriksa kunci yang mereka kasih tadi malam?? Kenapa harus pria itu?"

Anin sadar, kalau nasibnya benar-benar hancur kali ini. Anin sadar tidak mungkin dia meminta pria itu bertanggung-jawab.

Dengan susah payah papanya mendapatkan kepercayaan dari pria itu untuk menjadi investor terbesar di hotel mereka, Anin tidak mungkin merusak semuanya.

Anin tahu kalau beberapa bisnis keluarga mereka sedang mengalami keterpurukan, dan hotel ini adalah menjadi satu-satunya harapan buat mereka. Kalau dia meminta pertanggungjawaban pria itu, sama saja itu akan membunuh papanya secara pelan-pelan. Karena pria itu akan berpikir mereka sedang menjebaknya. Dan bisa dipastikan, dia akan menarik semua investasi dari hotel mereka.

"Papa, apa yang harus Anin lakukan?" Anin menangis berteriak sekencang-kencangnya, meratapi kebodohan yang sudah dia lakukan. Anin menangisi nasibnya, pasti tidak akan ada lagi pria yang mau menerimanya. Dan bagaimana nasibnya nanti.

Anin terus saja berpikir dan menangis di dalam kamarnya. Sampai akhirnya dia pun tertidur.

...............................

Di kamarnya, Rafa masih saja terduduk berusaha mengingat kembali kejadian itu. Dia berharap bisa mengingat wajah wanita itu. Tapi percuma saja, yang bisa dia ingat hanya pada saat dia masuk ke kamarnya, dan dia melihat samar ada wanita yang sedang tertidur di kasurnya. Tapi pada saat itu, dia pikir semua itu cuma mimpi karena Rafa juga sedang mabuk dan kondisi kamarnya gelap.

"Aku harus mencari tahu siapa dia. Aku harus segera menemukannya. Kalau tidak wanita itu bisa menghancurkan hidupku!!"

Rafa kemudian mengambil ponsel miliknya dan menghubungi seseorang. "Mark, perintahkan seseorang membersihkan kamarku sekarang juga!! Aku butuh seseorang untuk membersihkan kamarku, aku tidak mau orang sembarangan!! Aku tunggu 10 menit,"

Rafa lalu mengakhiri perintahnya. Tak lama kemudian, bel berbunyi. "Masuk.....!!"

Seorang Pria muda yang berprofesi sebagai housekeeping pun masuk. Dan kemudian Mark juga muncul.

"Apa yang bisa saya bantu Tuan?" tanya pria itu sambil menundukkan kepalanya. Dia tau pria yang ada di hadapannya bukanlah pria sembarangan. Sang Manager pun tadi sudah berpesan kepadanya, untuk tidak ikut campur atau mencoba ikut campur dengan urusan pria ini.

Apapun yang terjadi di dalam kamar itu bukanlah urusannya. Tugasnya hanya membersihkan kamar. Begitulah kira-kira pesan wanita yang menyuruhnya membersihkan kamar Rafa.

"Tolong kau bersihkan semua ini, dan buang itu semua. Kalau perlu bakar!!"

Pria itu pun terkejut ketika melihat selimut dan sprei yang Rafa maksud. Begitu juga dengan Mark, tapi Mark juga tidak berani bertanya. Tanpa sadar dia melihat Rafa dan Rafapun melihatnya dengan tatapan tidak suka. Seolah berusaha menegaskan, kalau pria itu tidak punya hak untuk bertanya apapun.

"Baik ... baik Tuan," ucapnya dengan terbata-bata.

Dia pun tidak berani bertanya kenapa dan mengapa darah itu bisa ada disitu. Dia hanya mengingat pesan yang di sampaikan sebelum dia pergi. Apapun yang terjadi di dalam kamar itu, begitu kamu keluar dari sana anggap tidak pernah terjadi apapun.

"Apa yang kamu lakukan?? Kenapa kamu diam saja??" Suara Rafa mengangetkannya. Tanpa pikir panjang, dia pun membersihkan kamar itu. Dia mengganti semuanya dengan yang baru sesuai perintah Rafa.

"Setelah semuanya selesai, kamu boleh pergi. Saya harap apapun yang kamu lihat dikamar ini, tidak akan pernah terdengar sampai keluar!!

"Kamu mengerti apa yang saya maksud??," tanya Rafa lagi sambil meletakkan tip buat pria itu di sebuah meja.

"Baa ... baik Tuan!! Saya mengerti apa yang Tuan maksud, dan saya sudah menyelesaikan semuanya Tuan."

"Dan terimakasih atas kemurahan hati Tuan," ucap pria itu menunduk, berterimakasih atas tip yang sudah Rafa berikan.

Pria itu kemudian pergi meninggalkan kamar Rafa lalu di susul oleh Mark. Rafa lalu memperhatikan keadaan kamarnya. Semuanya sudah diganti dengan yang baru, dan kamarnya sudah kembali bersih dan wangi. Seperti pertama kali Rafa memasuki kamar itu.

Banyak pertanyaan yang muncul dikepala pria itu, tapi tidak mungkin juga dia pertanyakan kepada Rafa.

"Itu tadi darahkan? Apa yang terjadi?? Bukan pembunuhankan??" Dia terus berbicara, begidik membayangkan kalau benar terjadi pembunuhan di kamar itu.

"Aduhhh, otakku terlalu jauh berpikir.Tidak mungkin pria seperti itu melakukan hal-hal bodoh yang bisa membahayakan dirinya dan merusak reputasinya. Saya pikir dia bukan orang sembarangan. Pasti itu hanya karena luka dari tubuhnya, atau dia baru saja berkelahi di kamar itu. Ya, mungkin sajakan?"

"Tidak mungkin!! Tidak mungkin!!"

Pria itu terus saja berbicara sepanjang lorong perjalanan sambil mengacak-acak rambutnya. "Ah, peduli amat! Yang penting dia memberiku banyak tip", ucapnya bahagia.

Dia tersenyum, lalu mengeluarkan segenggam uang dari saku celananya.

"Waahh, ini lebih dari cukup untuk 5 bulan biaya hidup Istri dan anakku di kampung. Dan aku bisa melunasi hutang-hutangku. Akhirnya keberuntungan menghampiriku"

Pria itu tersenyum, lalu berlari-lari kecil sambil sesekali menyanyikan lagu kesukaannya.

...................

"Ahhhhh, aku harus segera mengetahui siapa dia. Kalau tidak dia bisa menghancurkan seluruh hidup dan reputasiku," ucap Rafa frustasi.

"Aku tidak akan membiarkan ini terjadi!! Aku tidak akan membiarkan siapapun menghancurkanku. Aku tahu, pasti ada seseorang yang berusaha menjebakku. Banyak di luar sana yang akan tersenyum melihatku hancur."

Rafa lalu mengambil ponsel miliknya dan menghubungi seseorang. "Mark, ke kamarku sekarang juga!!"

..................

(Bersambung)

####

Hii Readers, saya memohon lagi kritik dan sarannya ya, guna dalam perbaikan novel saya ini. Karena saya tahu, novel saya masih jauh dari kata sempurna dan saya hanya seorang pemula.

Terimakasih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!