Di ruangan itu ...
"Hmm ... gadis itu??" gumamnya dalam hati mencoba mengingat kembali wajah gadis dalam ingatannya itu yang terlihat samar.
Kemudian berlalu dan duduk memandangi semua orang yang ada disana.
"Kalian pasti sudah tau maksud dan tujuan saya, memanggil kalian semua kemari," ujarnya dengan tatapan dingin, memandangi satu-persatu wajah mereka yang mulai terlihat ketakutan.
Hanya ada 7 orang diruangan itu. Ada Mia, Teguh, kedua sepupu Mia dan wanita yang akan berpura-pura menjadi Anin, lalu Rafa dan Mark.
**********
Lalu kenapa ada gadis yang mau berpura-pura menjadi Anin??
(Flash Back on).
Sebelum ke rumah sakit, Anin melakukan panggilan sebanyak 4 kali dan mengajak mereka ketemuan di Kafe Sendu langganan Anin.
Di dalam Kafe, Anin duduk dan memandang kedepan dengan tatapan kosong. Anin sibuk dengan pikirannya sampai dia gak sadar, ada seorang gadis yang daritadi memanggil namanya.
"Aninnnn!! Ninnnn! Hellooo??," ucap gadis itu lalu menepuk bahu Anin, membuat Anin tersadar dari lamunannya.
"Ehh Mia, maaf! Aku tidak mendengar kamu memanggil aku," jawab Anin lalu menyuruh temannya itu duduk.
"Tidak apa-apa, Nin. Kamu minta maafnya seperti habis ketahuan selingkuh saja!!" canda Mia tertawa. Tak lama muncul 3 orang pria, kemudian bergabung duduk dengan Anin dan Mia.
"Ini ada apa, Nin? Kenapa tiba-tiba manggil kita kemari seperti ini? Untung di Hotel masih tidak terlalu sibuk," tanya pria itu kepada Anin.
Oh iya, pria itu bernama Teguh, pacarnya Mia. Teguh bekerja di hotel milik Anin. Teguh diberi kepercayaan untuk menangani bagian CCTV dan Mia adalah sahabat Anin dari kecil, sampai sekarang. Mereka dulunya satu kuliah. Mia menyelesaikan kuliahnya, tapi tidak dengan Anin.
Anin berhenti karena papanya tidak setuju dengan jurusan yang dia ambil yaitu kedokteran. Sedangkan papanya cuma ingin Anin mengambil jurusan bisnis, supaya bisa mengambil alih bisnis keluarga mereka kelak.
Mia bekerja di hotel Anin sebagai Kepala di Bagian Resepsionis. Dan Mia adalah putrinya Bi Inah, pengasuh Anin sewaktu kecil dan yang masih mengurusnya sampai sekarang. Bi Inah udah seperti ibu kandung buat Anin. Walaupun Mia hanya putri seorang pengasuh, tapi papa Anin memperlakukan Mia sama seperti Anin. Sekolah mereka juga sama, mulai dari SD sampai SMA. Cuma waktu kuliah saja mereka berpisah, karena Mia mengambil jurusan ekonomi di Universitas Negeri di kota yang berbeda dengan Anin.
Mendapat perlakuan yang sama dengan Anin sudah cukup membuat Mia bahagia. Itulah kenapa Mia mau melakukan apa saja untuk Anin, termasuk membantu Anin saat Anin memerlukan cardlocknya saat itu.
Dan 2 orang lagi yang duduk dengan mereka adalah saudara sepupu Mia, yang bertugas sebagai bawahan Teguh untuk memantau CCTV dan sistem keamanan lainnya.
"Begini ..." Anin mulai bercerita permasalahannya kepada mereka.
"Apaaaaaa???" teriak Mia tanpa sadar membuat orang-orang melihat mereka.
"Jadi waktu kamu minta cardlock waktu itu.....?" Mia tidak meneruskan omongannya. Dia menutup mulutnya seakan tidak percaya dengan apa yang Anin ceritakan.
"Anin, kamu gak becanda kan?" tanya Felix sepupu Mia kepada Anin.
"Memangnya kalian pikir aku sedang bercanda??" ujar Anin kepada mereka, tidak terasa airmata membasahi pipinya.
"Anin ... kamu sadarkan dia siapa? Dia pewaris tunggal keluarga Teague!!! Bagaimana bisa kita membereskan ini?" ujar Mia kepada Anin, yang justru membuat Anin semakin menangis.
"Apa-apaan sih kamu, Mi!!" bisik Armand sepupu Mia. Mia tersadar, lalu meminta maaf kepada Anin. "Maafin aku ya, Nin. Aku cuma bingung apa yang harus kita lakukan. Aku tidak tau harus ngomong apa sama kamu," ucapnya sambil menggenggam tangan sahabatnya itu.
"Gini saja, kenapa kamu tidak jujur saja, Nin. Aku yakin dia tidak akan berpikir aneh-aneh tentang kamu, karena kalau dia tau identitas kamu, pasti dia percaya dengan apa yang kamu bilang." ujar Teguh mencoba memberi jalan keluar.
"Kalian tidak tau seperti apa dia. Dia itu pria jahat dan hanya menganggap wanita itu bisa dibeli dan disingkirkan dengan uang," ujar Anin lagi memberi penjelasan.
"Aku pernah melihat dia melemparkan uang ke muka gadis di sebuah klub malam sebulan yang lalu karena wanita itu meminta pertanggung jawaban," tambahnya lagi.
"Kalau aku jujur sama dia, dan bilang ke dia kalau cewek yang masuk ke kamar dia itu adalah aku. Terus dia akhirnya tau aku anak siapa. Bisa hancur reputasi orangtuaku!! Kalau orangtuaku juga tahu tentang masalah ini, aku juga bisa dibunuh!!" ujarnya terduduk lemas.
Anin memandang keluar, tidak ada lagi keceriaan yang terpnacar dari wajahnya.
"Orangtuaku sekarang sedang berada di rumah sakit. Mamaku baru saja meneleponku dan menuyuruh aku kesana. Dan aku tidak punya banyak waktu untuk menyelesaikan masalah ini. Pasti pria itu juga sedang mencariku," ucapnya lirih.
"Astaga, Anin. Sekarang kita harus bagaimana? Aku hanya berpikir, lebih baik. kamu jujur sama dia, tidak mungkin dia memperlakukanmu sama seperti gadis yang lain. Dia kan tau kamu anak siapa? Lagipula untuk kamu menjebak dia? Kalian memiliki level yang sama!" ucap Mia menjelaskan, berusaha membantu Anin menyelesaikan masalahnya.
"Iya kalau dia tau aku anak siapa terus mau tanggung-jawab! Kalau tidak?? Bisa hancur keluargaku!!" ucap Anin lagi menahan isak tangisnya.
Mereka bertiga memandang Anin, tanpa tau harus berbuat apa.
"Aku tidak mau membuat orangtuaku semakin membenciku dan malu karena ulahku, "ujarnya menatap ketiga sahabatnya itu.
"Kalau pria itu mau bertanggung-jawab setelah dia tau aku anak siapa itu sangat bagus. Bagaimana kalau dia aku tau anak siapa, terus dia tidak mau bertanggung-jawab. Belum lagi semua investasi dia di hotel papaku akan diambil!! Orangtuaku pasti meninggal saat ini juga!!" sambung Anin lagi sambil menahan isak tangisnya.
Anin terduduk lemas. Pikirannya menerawang jauh ke rumah sakit tempat papanya di rawat. Dia membayangkan papanya yang sedang tak sadarkan diri terbaring lemas.
"Aku yakin, seandainya aku jujurpun, pria itu tidak akan menerimaku. Baginya wanita hanya sebagai penghalang. Kejujuranku hanya akan menghancurkan keluargaku" ujarnya lagi menatap sahabatnya.
Anin menangis sambil menutup matanya, terlalu banyak kesedihan yang dia pendam sendiri. Harus kehilangan kesuciannya tanpa harus ada yang bertanggung jawab, membuatnya merasa harga dirinya benar-benar jatuh di level terendah.
Tapi Anin sadar semua itu adalah kesalahannya. Andai saja dia bisa mendengar apa yang papa nya katakan, mungkin nasibnya tidak akan seperti ini. Dia merasa kini dirinya tidak lebih dari sampah, mau di daur ulangpun, tetap ada cacat yang tidak bisa di sembunyikan.
"Nin, sudah jangan menangis lagi. Kita akan cari solusi yang terbaik buat kamu," ujar mia lalu mempererat pelukannya.
"Ngomong-ngomong, kalian bawakan rekaman CCTV yang aku minta?" tanya Teguh kepada Felix dan Armand.
"Bawa!!" jawab mereka bersamaan.
"Tapi buat apa rekaman ini?" tanya Armand penasaran.
"Sekarang kita lihat dulu hasil rekamannya, baru kita bisa cari jalan keluarnya" ujar Teguh menjelaskan. Lalu merekapun melihat hasil rekaman CCTV itu bersama.
"Sepertinya dari rekaman ini, kamu menyembunyikan wajahmu dengan sempurna, Nin. Dari kamu masuk, kemudian ke Resepsionis, terus masuk ke lift dan kemudian ke kamar dia. Wajah kamu tidak keliatan sama sekali," ujar Mia menatap Anin.
Anin memang menutup wajahnya sempurna menggunakan cadar dan topi. Karena Anin takut sewaktu waktu, saat dia mabuk ada keluarganya yang mengenali dia sebagai Anin. Walau sebenarnya sih, kalaupun Anin gak pakai cadar atau kain untuk menutup wajahnya, tidak akan ada yang tau juga kalau dia putri seorang Atmaja kecuali keluarga terdekat nya.
"Tenang Nin, kita akan bantu kamu. Kamu duduk manis saja menunggu kabar baik dari kita bertiga" ujar Teguh berusaha menenangkan Anin.
"Iya bener Nin, kamu tidak usah khawatir. Kita semua bakal menyelesaikan masalah kamu," tambah Mia lagi untuk menenangkan Anin.
Tak lama kemudian, ada panggilan masuk ke ponselnya Teguh.
"Baik Pak!! Oke Pak!! Saya akan segera kesana ..." jawab Teguh.
"Siapa, Guh?" tanya Mia.
"Pak Gunawan, Mi. Sepertinya anak buah Tuan Teague mulai menanyakan masalah ini. Sebaiknya kita semua kesana, kita harus menyelesaikan masalah ini sekarang juga.." ujar Teguh kepada yang lain, lalu menatap Anin.
"Tak apa, aku disini dulu sebentar lagi. Kalian pergi saja" jawab Anin membalas tatapan Mia dan yang lainnya.
Lalu mereka pergi, meninggalkan Anin yang masih duduk dengan tatapan kosong..
"Aku berharap semuanya akan baik-baik aja," gumam Anin dalam hati.
*
Di dalam mobil.
"Kalau Anin tidak mau mengaku kalau dia adalah gadis itu, kita harus mencarikan gadis baru pengganti Anin." ucap Mia membuyarkan lamunan mereka masing-masing.
"Terus siapa gadis itu?" tanya Felix.
"Hm, aku tahu siapa gadis yang cocok!! Bentuk tubuh, rambut, tidak jauh beda sama Anin! Kalau kita menutupnya dengan cadar dan topi, pasti tidak akan ada yang berbeda. Dan Tuan Teague itu tidak akan curiga seandainya dia memeriksa ulang CCTV itu." jawab Armand membuat semuanya penasaran.
"Terus siapa gadis itu?" tanya Teguh penasaran.
"Tenang saja!! Aku yang akan mengurus semuanya!!" jawab Armand dengan penuh antusias.
(Flash Back Off).
........................
(Bersambung).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments