Episode 9

Sebulan berlalu, Anin kembali menjalani aktivitas normalnya. Kali ini dia tidak lagi menjadi seorang gadis nakal dan pembangkang. Belakangan ini, Anin lebih banyak membantu mama dan pamannya bekerja di hotel milik keluarga mereka dan menjadi gadis yang penurut.

Walaupun Anin selalu merasa tindakannya kali ini datangnya terlambat dan menjadi sebuah penyesalan, Anin tetap berusaha memperbaiki semuanya. Setidaknya dia masih punya mama, yang sangat membutuhkan dirinya.

........................

Di kediaman keluarga Atmaja ...

"Selamat pagi Ma, selamat pagi Bi Inah," sapa Anin lalu mencium pipi mamanya dan tersenyum kepada Bi Inah.

"Pagi sayangku ..." jawab Nyonya Atmaja lalu tersenyum kepada putrinya itu.

"Selamat pagi juga Non," jawab Bi Inah.

"Hari ini kamu bantu mama di hotel ya sayang, pamannmu juga datang. Kita akan membicarakan hal penting pagi ini. Kamu siap-siap sekarang ya, tapi Kamu berangkatnya bareng Pak Man aja. Mama berangkat duluan ya ..." sambung Nyonya Atmaja, kemudian beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Anin. Sebuah ciuman hangat mendarat di pipi mulus Anin.

"Mama berangkat ya sayang, nikmati dulu sarapan kamu. Tidak usah buru-buru juga, mama tunggu disana ya," ucap Nyonya Atmaja dan Aninpun mengangguk. Kemudian Nyonya Atmaja berangkat.

*

Anin tersenyum berusaha mengendalikan hatinya. Sebenarnya dia belum siap menghadapi urusan hotel dan semua hal hal yang berbau bisnis. Tapi ini demi mamanya, dia harus siap!!

"Semangaaatt, Ninn!! Semangat!! Kamu pasti bisa." ucap Anin berusaha menyemangati dirinya sendiri.

'Biii ... makasih ya buat sarapannya" Anin mengucapkan terimakasih kepada Bi Inah sambil mengacungkan jempolnya.

Bi Inah tersenyum melihat sikap Nona mudanya itu. "Non Anin ... akhirnya non tersenyum seperti dulu lagi. Udah lama rasanya tidak melihat Non Anin seperti tadi." batin Bi Inah sambil menatap Anin yang berlari kecil menaiki tangga menuju kamarnya.

>>>>>

Setibanya di hotel milik keluarga mereka, Anin memasuki lobi dan kemudian duduk di salah satu sofa yang letaknya persis di sebelah pintu masuk.

Anin mengambil handphone miliknya, lalu menghubungi mamanya yang sudah tiba satu jam yang lalu. "Uhhh mama kemana sih? Kenapa tidak di angkat udah 4 kali juga di telepon, apa lagi sibuk ya?? Tadi katanya mau membicarakan hal penting!! Hmmm ... aku tunggu disini aja deh" ucap Anin lalu mengeluarkan earphone dari dalam tasnya, di sambungkannya dengan ponselnya, lalu diputarnya lagu kesayangannya.

............>>>>............

I like your eyes, you look away when you pretend not to care ...

I like the dimples on the corners of the smile that you wear ...

I like you more, the world may know but don’t be scared ...

coz i’m falling deeper, baby be prepared...

I like your shirt, i like your fingers, love the way that you smell ...

To be your favorite jacket, just so i could always be near ...

I loved you for so long, sometimes it’s hard to bear ...

but after all this time, i hope you wait and see ...

chorus

Love you every minute, every second ...

Love you everywhere and any moment ...

Always and forever i know i can’t quit you ...

Coz baby you’re the one, i don’t know how ...

Love you til the last of snow disappears ...

Love you til a rainy day becomes clear ...

Never knew a love like this, now i can’t let go ...

I'm in love with you, and now you know ...

(...........................)

*

Sesekali terdengar Anin menyanyikan lirik lagu yang sedang di dengarnya itu. Anin Menutup matanya, dan bersandar pada sofa.

Pintu masuk terbuka, tampak sekitar 5-6 orang berjalan masuk melewati lobi hotel. Mereka adalah Rafa dan orang-orang kepercayaannya. Tiba tiba langkahnya terhenti, Rafa membalikkan badannya lalu memperhatikan gadis yang sedang bersandar pada sebuah sofa yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Gadis itu sedang menutup matanya, terpasang sebuah earphone di telinganya. Gadis itu adalah Anin. Anin tidak sadar kalau Rafa sedang memperhatikannya karena dia sedang asyik dengan lagu kesukaannya.

"Gadiss ini?? Gadis ini?? Aku seperti pernah melihatnya. Tapi dimana ya??" gumam Rafa dalam hati penuh kebingungan.

Di perhatikannya lagi Anin dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Cantik!!" tanpa sadar kata-kata itu lah yang keluar secara spontan dari mulutnya.

Rafa sendiripun kaget dengan kata yang keluar dari mulutnya itu. Kemudian dia sadar, dia salah sudah berpikir begitu. Rafa pun berbalik pergi meninggalkan gadis itu, kemudian berjalan menuju lift.

**

"Selamat siang Nyonya Atmaja," sapa Rafa kepada wanita yang sedang berdiri di hadapannya itu.

"Maafkan saya, saya harus mengadakan meeting dadakan begini karena ada masalah yang harus saya urus di singapore untuk beberapa bulan kedepan." ucap Rafa lagi memberi penjelasan kepada Nyonya Atmaja.

"Tidak apa apa Tuan Teague. Perkenalkan juga ini adik ipar saya, Hendra Atmaja. Mungkin ada sudah mendengar namanya, tapi belum berkenalan langsung dengannya." jawab Nyonya Atmaja dengan sebuah senyuman.

Rafa dan Hendra pun berjabatan tangan.

"Silahkan duduk Tuan," ucap Hendra mempersilahkan Rafa untuk duduk.

"Maaf Nyonya!! Nyonya bisa memanggil saya Rafa. Nyonya tidak perlu sungkan kepada saya," Rafa balik tersenyum lalu mengeluarkan sebuah dokumen dari tas nya.

Betapa terkejutnya Nyonya Atmaja dengan perlakuan putra dari keluarga Teague ini, yang dia dengar dari suaminya dan orang-orang, dikenal cukup arogan kepada siapa saja.

"Aaaahhh baiklah kalau begitu. Kamu juga bisa memanggil saya Ibu, Nak Rafa" ucap Nyonya Atmaja tersenyum sambil menatap Rafa.

"Baikkk, Bu." jawab Rafa dengan santainya, membuat semua orang yang berada di ruangan itu pun terkejut dengan sikap Rafa.Terutama Hendra, karena yang Hendra tau Rafa sangat kasar dan kejam kepada siapapun. Apalagi untuk orang yang dia rasa sangat asing, Rafa tidak akan pernah menanggapinya. Belum pernah mereka melihat Rafa bisa sehangat itu kepada orang lain.

"Apakah mereka sudah pernah bertemu sebelumnya? Apa ini semacam akal-akalan kakak iparku saja?" ucap Hendra dalam hati.

***

Hampir 2 jam mereka mengadakan rapat dadakan.

Nyonya Atmaja dan Rafa pun berjabatan tangan. Menatap satu sama lain dan tersenyum.

"Hmmmm, ternyata dia tidak searogan yang almarhum suamiku katakan" gumam Nyonya Atmaja dalam hati dan tersenyum melihat Rafa yang berdiri di hadapannya itu.

"Baik Bu, saya permisi dulu. Dan sekali lagi saya turut berduka atas kematian Tuan Atmaja." Rafa memandang lekat sekali mata wanita yang berdiri di hadapannya itu, lalu memeluknya.

"Hmmm, kenapa tiap kali melihat wanita ini mengingatkanku kembali padamu Bu.." batin Rafa lalu memperat pelukannya. Dia teringat kembali almarhumah ibunya yang meninggal saat dia masih berusia 14 tahun.

Ini memang bukan pertama kalinya dia bertemu dengan Nyonya Atmaja. Rafa sudah sering melihat wanita ini bersama Tuan Atmaja. Tapi dia tidak pernah memiliki kesempatan untuk menyapa Nyonya Atmaja, karena biasanya kehadiran Nyonya Atmaja, hanya untuk menemani suaminya. Memastikan keadaan suaminya baik baik saja, kalau sedang ada urusan diluar rumah. Nyonya Atmaja tidak pernah ikut ambil bagian dalam pekerjaan suaminya, apapun itu.

Kalau suaminya sedang meeting penting atau ada keperluan yang berhubungan dengan urusan kantor, Nyonya Atmaja hanya akan berdiam diri di ruangan suaminya itu sampai suaminya menyelesaikan pekerjaannya.

Kesempatan kali ini benar benar di gunakan Rafa sebaik mungkin, karena sudah lama sekali dia ingin memeluk wanita ini. Hangat ... itulah yang dia rasakan.

Rafa melepaskan pelukannya.

"Maaf Nyonya, maaf kalau saya lancang memelukmu. Saya hanya merindukan almarhum Ibu saya" ucap Rafa kepada Nyonya Atmaja lalu membungkukkan badannya, tanda permintaan maaf.

Nyonya Atmaja mendekat, di peluknya lagi Rafa lalu berkata, "Datanglah ke rumah saya kalau kamu ada waktu senggang, saya akan memasak makanan kesukaanmu."

Rafa tersenyum, memberi kode kepada anggotanya untuk keluar dari ruangan itu. Melihat itu Nyonya Atmaja pun menyuruh semua keluar dari ruangan itu. Dan tinggallah hanya mereka berdua.

"Bu, kalau Ibu perlu bantuan, jangan sungkan untuk memberitahu saya" ucap Rafa kepada Nyonya Atmaja lalu mengeluarkan sebuah kartu nama miliknya.

Nyonya Atmaja mengambil kartu itu, memperhatikannya lalu mengucapkan terimakasih. "Sungguh beruntung wanita yang kelak akan menjadi istrimu, Nak. Kamu tampan, sukses dan berasal dari keluarga baik-baik, serta punya segalanya." ucap Nyonya Atmaja lembut lalu menggenggam tangan Rafa.

Mereka keluar dari ruangan itu, berjalan menuju lift. lalu tiba tiba Nyonya Atmaja bertanya kepada Rafa..

"Apakah kamu sudah mempunyai pacar?" tanyanya kepada Rafa.

"Sudah Bu, sekarang dia sedang berada di Singapura. Dia adalah seorang model. Suatu hari nanti, saya pasti akan memperkenalkannya kepada Ibu." jawab Rafa tersenyum, dan Nyonya Atmaja pun membalas dengan senyuman.

"Sayang sekali, coba kamu belum punya pacar. Ibu pasti jodohkan dengan putri Ibu" canda Nyonya Atmaja, lalu tertawa melihat perubahan sikap Rafa.

"Ibu bercanda, Nak," ucap Nyonya Atmaja lalu menepuk bahu Rafa. Dan mereka pun sama-sama tertawa.

Saat mereka sudah turun dan memasuki lobi. Nyonya Atmaja berpamitan kepada Rafa.

"Ibu duluan ya, Nak!! Jaga diri kamu baik-baik dan terimakasih sudah membantu Ibu dan almarhum suami ibu selama ini" ujarnya lalu memeluk Rafa.

Rafa membalas pelukan Nyonya Atmaja, lalu mereka pun berpisah.

Di dalam mobil , tidak henti-hentinya Nyonya Atmaja bersyukur dipertemukan dengan orang sebaik Rafa. Nyonya Atmaja tersenyum lepas, merasakan beban di pundaknya sedikit berkurang.

"Sayang, kamu lihat? Dia tidak searogan yang kamu ceritakan?" ucapnya dalam hati, mengingat kembali cerita-cerita suaminya tentang sosok Rafa.

Nyonya Atmaja mengeluarkan ponsel miliknya, dia melihat ada 4 panggilan dari putrinya, lalu balik menghubungi Anin.

Anin tersentak dan melihat ada panggilan masuk.

"Iya, Ma? Mama dimana??"

"Hahh apa?? Anin daritadi nunggu di lobi Ma, masa iya Anin ditinggal" protes Anin kepada mamanya lewat panggilan telepon.

"Oke sayang, maaf mama tidak melihat kamu disana. Mama putar balik lagi ya nyusul kamu. Lagian kenapa juga pak Man disuruh pulang!! Anin Anin!!" jawab Nyonya Atmaja mengakhiri panggilan, lalu menyuruh supir memutar balik untuk menjemput Anin.

Nyonya Atmaja melirik kartu nama yang di berikan Rafa tadi. Kemudian mulai mengetikkan pesan kepada Rafa.

"Saya beruntung bisa bertemu dengan orang sebaik kamu Nak, dan Almarhum suami saya pasti juga merasakan hal yang sama. Saya sangat berharap Anin kelak bisa sesukses kamu dan bisa belajar banyak dari kamu." - Nyonya Atmaja -

Rafa melihat sebuah pesan di layar handphone miliknya, lalu tersenyum..

"Anin siapa Bu?" balas Rafa.

"Putri saya".

Pesan Terakhir nyonya Atmaja, memberikan efek penasaran pada Rafa.

"Hmmmm Anin?" nama yang cantik.

***********

Hai hai Readers, Author memohon sangat dukungan para Readers terhadap novel saya ini.

Mari saling support, vote, comentnya sangat saya tunggu. Thankyouu. ^^

Terpopuler

Comments

Lisa Aulia

Lisa Aulia

lanjut baca...udh mulai suka....

2021-06-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!