Episode 1

Anin, begitulah sapaannya. Dia terbangun lalu melihat sekelilingnya. "Aduh ... kepalaku sakit sekali!"

Anin berusaha bangun dan duduk, dia merasakan kepalanya sakit dan pandangannya berputar-putar. Maklum ... semalaman suntuk dia berpesta bersama teman-temannya dan itu memang sudah sering dia lakukan.

"Aku dimana ini? Kenapa kamar ini terasa asing bagiku?" gumam Anin lalu memandangi sekitarnya.

Kamar itu memang berbeda. Aromanya terasa lebih maskulin dan warnanya berbeda sekali dengan kamarnya. Kamar Anin bernuansa serba putih dengan campuran gold. Sedangkan kamar yang dia lihat sekarang lebih kalem dengan nuansa warna hitam dan putih.

Anin memang sengaja memesan kamar dengan warna yang dia sukai. Anin bisa melakukan apa saja yang dia mau, karena Anin adalah putri dari pemilik hotel tersebut. Jadi wajar saja kalau dia bisa memerintah ini itu sesuai kemauan dia.

"Apa yang sudah aku lakukan???"

Anin terperanjat, menutup mulutnya. Anin terkejut melihat ada seorang pria yang sedang tertidur pulas di sampingnya.

"Siapaaa dia?? Oh, Tuhan apa yang sudah aku lakukan?" gumam Anin berusaha mengingat kembali apa yang sudah terjadi tadi malam. Tapi hasilnya tetap nihil, karena Anin sama sekali tidak mengingat apapun.

"Tidak mungkin!! Ini tidak mungkin!! Aku pasti sedang bermimpi!!"

Anin terus aja berbicara sambil memukul-mukul pipinya. Anin merasakan sakit di pipinya dan dia sadar kalau ternyata itu semua bukan mimpi.

Tanpa pikir panjang Anin langsung berdiri, menarik selimut dan menutupi tubuhnya. Mengambil tas miliknya lalu pergi meninggalkan kamar itu.

Anin kemudian pergi menuju tangga darurat. Disana dia terpaksa mengenakan kembali pakaiannya yang sudah terlihat lusuh karena cardlock milik Anin ada di resepsionis. Kemudian dia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Mia, tolong aku. Cardlock milikku masih berada di resepsionis. Bisakah kamu membawakannya kemari sekarang juga?Aku tunggu di depan kamar, ya?" ucap Anin lalu mengakhiri panggilan teleponnya dan berlari kecil menuju kamarnya.

"Ya ampun, semoga pria itu tidak bangun dan melihatku berdiri disini," ucap Anin sambil memandangi kamar yang barusan saja dia tinggalkan.

Tak lama kemudian Mia muncul dan terkejut melihat penampilan Anin.

"Astaga Nin, kamu baru pulang?? Dugem lagi? Bajumu kenapa lusuh begitu?"

Mia memandangi sahabatnya dari ujung kaki sampai ujung kepala, kemudian dia tersenyum memandangi Anin.

"Sudah, ah!! Jangan memandangi aku seperti itu. Iya aku baru pulang!! Aku malu kalau ada keluargaku yang melihatku dengan kondisi seperti ini jadi aku minta tolong sama kamu."

"Apasih kamu ini!! Kita kan bukan orang asing!!" Anin kemudian membuka pintu kamarnya, "Ayo masuk dulu."

"Maaf, Nin!! Aku langsung balik kerja aja ya?? Kapan-kapan aku main kemari," ucap Mia menolak tawaran Anin dengan sopan.

Anin memandangi sahabatnya itu lalu tersenyum. "Makasih ya Mia, maaf sudah merepotkan kamu," ucap Anin kemudian.

"Tidak ada yang merasa di repotkan juga. Ini belum seberapa dengan apa yang sudah kamu lakukan untuk keluargaku."

Anin menghela napasnya dan kemudian menggenggam tangan Mia. "Apa-apaan sih, kamu. Kita ini keluarga, jadi wajar kalau kita saling membantu."

"Dan kamu sahabatku, jadi wajar kalau aku juga membantumu." ucap Mia membalas omongan Anin.

"Ya sudah, kamu istirahat aja dulu. Kalau kamu butuh sesuatu, jangan lupa kabari aku."

Mia tersenyum kemudian pergi meninggalkan Anin. Anin lalu masuk dan merebahkan tubuhnya. Dia menutup matanya, berusaha untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tapi matanya tidak juga mengantuk.

Anin kepikiran terus dengan masalah yang baru saja menimpanya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Siapa diaaaa?? Gara-gara kebodohanku, aku harus kehilangan harga diriku. Aku harus apa Tuhan??"

Anin berteriak, dia menangis terisak meratapi nasibnya yang sudah hancur. "Ah, aku harus mengetahui segera siapa dia!!"

Anin pun berdiri dan langsung menghubungi seseorang.

"Setengah jam lagi datanglah ke kamarku!!" ucapnya lalu mengakhiri pembicaraan mereka.

Anin kemudian bergegas ke kamar mandi untuk membasuh dirinya. Butuh waktu 20 menit bagi Anin, untuk membuatnya kembali terlihat cantik.

Tak lama kemudian, bel berbunyi. Anin kemudian membuka pintu kamarnya.

"Masuk!!!" perintahnya.

Kemudian muncullah seorang wanita muda berpakaian rapi dan wajah yang cantik.

"Terimakasih Non Anin, ada yg bisa saya bantu??"

Wanita itu adalah orang kepercayaan keluarga Anin. Dan sudah bekerja cukup lama di hotel milik keluarga Anin. Itulah mengapa dia sangat mengenal Anin, putri dari pemilik hotel tempatnya bekerja.

"Aku ingin segera mendapatkan data mengenai pria di kamar 201," ujar Anin membuat wanita itu terkejut.

Bagaimana mungkin dia tidak terkejut, dia tahu pria yang di maksud Anin bukanlah orang sembarangan.

"Ehm itu anu, Nona. Bagaimana anda tau kalau dia adalah seorang pria?" Anin menatapnya tajam. Seakan tidak suka dengan pertanyaan yang di ucapkan oleh pegawainya itu. "Itu bukan urusanmu. Aku mau data itu saat ini juga dan aku tunggu 1 jam lagi."

"Baik Nona ..."

Anin lalu menyuruh wanita itu pergi. Sepanjang perjalanan wanita itu terus berpikir apa sebenarnya hubungan Anin dengan pria di kamar 201. Wanita itu tahu betul siapa pria itu. Dan dia bukanlah orang sembarangan.

Bagaimana bisa Anin berurusan dengan pria itu. Dan bagaimana bisa mereka saling mengenal. Wanita itu terus larut dalam pikrannya.

Lalu dia pergi ke kantornya, berusaha secepat mungkin memberikan data yang di minta oleh Anin.

******

Di sisi lain, pria itu pun terbangun dan berusaha mengumpulkan kembali sisa-sisa nyawanya yang sudah berlarian entah kemana.

Yah, pria yang di maksud disini adalah Rafandra Teague, seorang pengusaha muda, tampan dan sukses. Investor terbesar di perusahaan Anin.

"Aduh, kepalaku sakit sekali. Mungkin ini efek karena aku terlalu banyak minum tadi malam. Kalau bukan karena pria tua itu, aku tidak akan semabuk ini!!"

Rafa terus saja berceloteh sambil memegangi kepalanya, lalu berusaha mengambil air minum yang ada di atas meja sebelah kirinya.

"Hmmm, tunggu dulu!!" Rafa berusaha mengingat kembali kejadian yang memang tanpa sadar muncul di kepalanya.

"Apakah tadi malam aku bermimpi?? Aku melihat seorang wanita tidur di kamar ini,"

Rafa melirik ke sebelahnya, tapi tak ada siapapun disana. "Ahh, itu pasti cuma mimpi!! Tidak ada wanita di kamar ini. Tapi tunggu dulu!! Astaga!! Apa-apaan ini???"

Tanpa sadar Rafa berteriak lalu menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dia terkejut ketika melihat tubuhnya yang hanya ditutupi oleh sebuah kemeja miliknya. Karena memang sebelum pergi tadi, Anin mengambil selimutnya dan hanya menutupi tubuh polos pria itu dengan sebuah kemeja.

"Apa yang terjadi??? Bukankah apa yang kurasakan tadi malam itu cuma mimpi??"

Rafa berpikir kalau kejadian malam itu adalah sebuah mimpi. Dia bermimpi sedang melakukan hubungan layaknya suami istri dengan seorang gadis di kamarnya dan dia pun sangat menikmatinya.

Rafa menggaruk-garuk kepalanya, dia berusaha mengembalikan sedikit memory tentang kejadian malam tadi. Kedua bola matanya menangkap sesuatu yang aneh di kasur miliknya.

"Apa ini?? Kenapa ini seperti darah? Apakah aku terluka??"

Rafa kemudian memeriksa seluruh tubuhnya. Tapi tidak ada darah dan bekas luka apapun. Rafa mendekatinya dan melihat dengan lebih dekat.

"Ah, iya ini adalah darah!! Apa yang terjadi??" Rafa kembali memeriksa seluruh tubuhnya. Memastikan apa darah itu berasal dari tubuhnya. Namun Rafa tidak menemukan luka apapun dari tubuhnya.

"Bukan!! Ini bukan dari tubuhku!! Terus ini darimana? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ada darah di kasur ini??."

Rafa kembali mengingat-ingat kejadian yang dia pikir itu adalah sebuah mimpi.

"Benarkah tadi malam itu bukan mimpi? Kalau memang benar, kemana wanita yang aku lihat tadi malam??"

Rafa menggerutu dalam hati. Dia bingung dengan apa yang sedang terjadi. "Ahhh, masa bodoh!! Kepalaku sakit sekali!!"

Rafa kemudian berusaha bangkit berdiri ingin membasuh wajahnya ke kamar mandi, dan bola matanya seketika membesar melihat ada sepatu wanita disana.

Dyaaaaaaarrrr!! Bagai disambar petir, seketika itu kakinya lemas. Rafa terduduk, dia sadar kalau kejadian semalam itu bukanlah mimpi. Percintaan itu memang nyata adanya.

"Oh Tuhan, apa yang sudah aku lakukan?? Siapa wanita itu?? Kenapa dia pergi begitu saja? Kalau benar aku sudah melakukannya, berarti darah itu? Miliknya??? Dia masih seorang gadis perawan??"

Rafa terus saja meracau dari dalam kamarnya. Berjalan bolak-balik, sambil sesekali melirik sepatu milik wanita itu.

"Apa yang sudah aku lakukan? Siapa wanita itu? Habislah aku kali ini!!." Ucap Rafa terus menerus sambil mengacak-acak rambutnya.

.......................

(Bersambung!!)

Hi Readers, mohon vote dan comentnya ya! Kritiklah sebanyak-banyaknya supaya bisa membantu saya dalam merevisi novel saya apabila saya melakukan banyak kesalahan.

Terimakasih.

Terpopuler

Comments

putia salim

putia salim

semakin kesini smakin menarik ceritanya,aq suka👍

2023-06-26

0

Senja Cewen

Senja Cewen

Hai, aku mampir untuk baca...

Perbaiki tanda bacanya yah. Selain itu tak masalah. Semangat selalu Author.

* Suami Pusaka
*The Brides of Alves ...

Like-nya kuberikan untukmu.

2021-03-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!