“ Ya, namaku Aning. Kamu sendiri siapa ? “ meskipun aku sudah tahu, tapi aku pura-pura bertanya juga, kutahu dia akan tersinggung, karena dia anak Raja dan ada orang yang menanyakan identitasnya. Aku benar, karena kemudian dia menatapku dengan pandangan dingin dan angkuh yang sangat kubenci, lalu menjawab,
“ Aku Rapalla, anak Sapa Inca dari istri yang pertama ! “ tiba-tiba saja aku jadi benci pada pemuda itu. Sikapnya yang pongah dan sombong itu sama sekali tak aku suka.
Annamaya memang tak berlebihan saat mengatakan padaku bahwa Rapalla dan Ibunya itu jahat. Aku sudah bertemu dengan Ibunya, dan aku langsung tak menyukai dia, dan sekarang anaknya datang mengunjungi aku, dan aku juga langsung membencinya.
“ Sebenarnya apa mau kamu ? Pasti kamu datang kesini untuk mengincar emas-emas kami, iya kan ? “ tuduh Rapalla, membuatku langsung naik darah.
“ Kamu tuh ya, sombong banget ! kamu pikir aku mengincar emas milik kalian ? aku datang untuk memperingatkan kalian akan datangnya bahaya !! “ teriakku marah. Dia hanya tersenyum sinis, dan membalikkan badannya setelah sebelumnya menukas pedas,
“ Kamu bisa bilang apa yang kamu mau, tapi asal kau tahu, kami tak akan membiarkan tikus-tikus pengerat seperti kalian hidup. Bila Intipalla terlalu lemah untuk membunuhmu, aku yang akan melakukannya, ingatlah itu !! “ Dia lalu melangkah pergi, meninggalkan pengawal yang bersama dengannya untuk mengunci kembali pintu kamarku.
Aku terhenyak ditempat tidur sepeninggal Rapalla. Pemuda itu memang sangat sombong, dan aku tak menyukainya. Tapi bagaimana jika dia melaksanakan ancamannya itu ? aku tiba-tiba jadi cemas. Apalagi setelah mengingat tatapan dingin Intipalla padaku di ruang tahta saat aku datang kembali untuk mengingatkan mereka tentang kemungkinan penyusupan oleh Om Erold dan kelompoknya ke Kota yang Hilang.
Aku takut, Intipalla benar-benar marah padaku, dan akan membiarkan saudara tirinya berbuat jahat padaku. Meskipun aku bersahabat dengan Intipalla dan Annamaya, semua itu tak menghapus ketakutanku, apalagi mereka masih primitif dan membunuh orang bukanlah hal yang besar dan dilarang, apalagi dengan peraturan yang melarang orang asing untuk masuk ke Kota yang Hilang itu.
Lagi-lagi, airmata merebak di kedua bola mataku. Kalau aku tahu akan jadi seperti ini pada akhirnya, aku tak seharusnya kembali lagi kesini untuk memperingatkan mereka. Persetan dengan Om Erold dan kelompoknya, biar saja mereka menemukan lorong rahasia itu. Seharusnya aku sedang hidup aman bersama dengan keluargaku dan
menjalani hidup yang normal-normal saja. Aku benar-benar meneyesal.
Kembali suara derit pintu yang dibuka terdengar. Siapa lagi kali ini yang datang untuk mengancamku ? tanyaku dalam hati.
“ Kamu baik-baik saja, Ning ? “ itu suara lembut Intipalla. Aku hampir tak percaya dengan pendengaranku.
“ Akhirnya kamu datang juga, Inti... “ aku langsung menghambur kedalam pelukannya, dan airmataku
kembali tumpah tak tertahankan.
“ Kupikir kamu marah padaku, kulihat kamu hanya menatap aku dan tak mengucapkan apa-apa di ruang tahta, aku sedih sekali... “ isakku. Intipalla membelai rambutku lembut. Aku langsung merasa aman dan nyaman.
“ Bukannya Inti marah padamu, tapi peraturan kami memang melarang seseorang bicara didalam ruang
tahta, kecuali sang Ratu, bila tak diminta atau diijinkan oleh Sapa Inca... “ ternyata Annamaya juga ikut.
Aku langsung melepaskan diri dari pelukan Intipalla dan memeluk Annamaya erat-erat. Gadis itu balas
memelukku.
“ Aku senang sekali bisa melihatmu lagi, Aning... “ bisik Annamaya. Aku tak mampu untuk berkata-kata, hanya menganggukkan kepalaku kuat-kuat.
“ Tadi, Rapalla datang kesini, ya ? “ tanya Annamaya begitu aku melepaskan diri dari pelukanku. Aku
hanya mengangguk.
“ Apa yang dia katakan padamu bajingan itu ? “ Intipalla menatapku, aku lalu menceritakan semua yang
Rapalla katakan padaku tadi. Seketika itu juga Intipalla menjadi berang, saat mendengar bahwa Rapalla mengancam akan membunuhku. Dia mengatakan bahwa Rapalla akan di beri pelajaran sekarang juga.
“ Inti...jangan marah...nanti keadaan akan lebih buruk, dan Sapa Inca bisa-bisa murka. Nanti dikiranya aku yang mengadu domba kedua anaknya. Lagipula....aku tak takut lagi, kamu dan Annamaya sudah datang menjengukku, dan itu bagiku sudah cukup, “ ujarku menenangkan pemuda itu.
Tampaknya usahaku berhasil, karena Intipalla tak lagi bersikeras untuk pergi menghajar adik lain Ibunya itu.
Kami bertiga lalu bercakap-cakap, Annamaya bertanya tentang kabar adikku Arya. Kutanyakan tentang keadaan Arya yang tak bisa mengingat apa-apa tentang Kota yang Hilang. Kata Intipalla, kadang itu terjadi apa bila orang menghirup terlalu banyak asap daun bius, dan rupanya itu yang terjadi pada Arya.
“ Jadi dia tak bisa mengingatku ? “ tanya Annamaya, dia kelihatan sedih. Aku mengangguk mengiyakan.
“ Nanti juga dia akan ingat tentang semua lagi, kok. Kamu nggak usah khawatir, Anna.. “ hibur Intipalla.
“ Berapa lama Arya bisa mengingat lagi semua kejadian dengan jelas, Inti ? “ Aku benar-benar terkesan
dengan pengetahuan mereka.
Tanpa menggunakan obat bius kimia, mereka bisa membius orang dengan sempurna, yang bahkan menghilangkan ingatan orang itu untuk beberapa waktu. Kupikir, mereka melakukan itu untuk membingungkan orang, agar tak menemukan jalan masuk ke lembah rahasia itu. Seperti yang mereka lakukan padaku dan Arya.
“ Aku tak bisa mengatakan pastinya, karena tergantung pada daya tahan tubuh setiap orang. Bila dia kuat, maka dia bisa kembali mengingat segalanya setelah 4 hari atau 1 minggu, tapi ada juga yang setelah 2 bulan baru bisa mengingat kembali hal-hal yang terjadi. Biasanya mereka hanya bisa mengingat hal-hal yang mereka lakukan
10 atau 11 jam terakhir sebelumnya. “ Intipalla menjelaskan.
Aku jadi mengerti sekarang. Karena itulah,hal yang terakhir diingat Arya adalah ketika dia pergi tidur pada malam itu di dalam tenda kami berdua.
“ Lalu bagaimana dengan aku ? apakah Sapa Inca akan menahanku disini terus ? “ tanyaku bimbang pada kedua sahabatku itu.
“ Sapa Inca sekarang telah memerintahkan para pengawal-pengawal kami yang terlatih untuk pergi menyelidiki tentang kebenaran ceritamu itu, dan bila mereka menemukan bahwa ucapanmu itu benar adanya, Sapa Inca akan melepaskanmu... “ ucapan Annamaya benar-benar membuatku senang bukan kepalang.
“ Benarkah ? “ aku menatap Intipalla, ingin memastikan bahwa apa yang dikatakan oleh Annamaya itu memang benar adanya. Pemuda itu hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Hari sudah mulai menjelang senja ketika Annamaya dan Intipalla berpamitan pergi. Kata Annamaya, dia harus pulang untuk membantu Ibunya dirumah. Meskipun dia keluarga bangsawan, tapi dalam adat istiadat suku mereka, anak perempuan tetaplah harus belajar tentang pekerjaan wanita di suku mereka. Ibu Annamaya adalah saudara perempuan Sapa Inca.
Sedangkan Intipalla, dia diharuskan hadir dalam setiap acara makan malam, lengkap bersama Ibunya dan juga Sapa Inca. Jadi, dia harus pergi mempersiapkan dirinya sebelum makan malam. Tapi Intipalla maupun Annamaya
berjanji, bahwa mereka akan kembali lagi mengunjungi aku seusai makan malam nanti. Tinggallah aku sendiri yang cemas, karena aku tahu, begitu malam tiba, Mama dan Papa pasti akan kebingungan mencariku. Mudah-mudahan saja Sapa Inca akan segera membebaskan aku dari sini, dan mengijinkan aku pulang ke perkemahan, harapku.
Tanpa kusadari, akhirnya aku tertidur dengan perut yang keroncongan. Tadinya aku mau makan, tapi ketika aku teringat akan perkedel ulat bulu, tiba-tiba saja selera makanku langsung lenyap entah kemana. Sebagai gantinya, aku hanya memakan buah-buahan yang disediakan oleh pelayan tadi. Memang sih, tak mampu untuk mengusir rasa laparku, tapi cukup untuk mengganjal perutku, meskipun aku masih merasa lapar.
Panas matahari yang masuk dari jendela membangunkan aku. Rupanya hari sudah pagi. Entah tadi malam Annamaya dan Intipalla datang atau tidak, aku tak tahu. Tidurku benar-benar nyenyak, mungkin karena kelelahan berlari di sepanjang bukit kemarin, saat aku masuk kembali ke Kota yang Hilang untuk bertemu dengan Sapa Inca, juga Intipalla ? Sebenarnya siap yang paling ingin kutemui, Sapa Inca ataukah Intipalla? Tak urung pertanyaan itu mengusik benakku.
Terdengar bunyi pintu dibuka, ternyata salah seorang pelayan yang membawakan aku makanan dan segelas susu. Dalam hati aku bertanya, jenis bintang apa yang mereka perah susunya. Aku takut untuk membayangkan, karena bila mengingat jenis-jenis makanan mereka, selalu hal-hal yang buruk dan menjijikkan muncul di otakku.
“ Makanlah Aning, aku tahu kamu lapar sekali, dan susu itu, kami perah dari sapi, kujamin ! “ Intipalla muncul dari balik pintu. Ternyata dia bersama pelayan itu. Aku tersenyum mendengar ucapannya. Dia tahu apa yang kupikirkan. Itu tak lagi mengejutkan aku, tapi tetap saja menjadi surprise bagiku setiap kali dia melakukannya.
“ Mana Annamaya ? “ tanyaku sambil tersenyum, tak mampu untuk menyembunyikan kegembiraanku akan kehadirannya.
“ Sebentar lagi dia pasti datang kesini, katanya dia harus mengerjakan sesuatu sesuatu di Acclahuasi, “ jawab Intipalla.
“ Itu daging sapi, yang kami masak dalam mentega, dan juga kentang bakar, dan nasi, seperti yang biasa kalian makan, “ jelasnya lagi sambil menunjuk nampan makanan. Aku jadi malu, dia tahu dengan semua yang kupikirkan tentang makanan-makanan mereka.
“ Maafkan aku, Inti...bukan maksudku untuk....tapi...kau tahu..kami tak biasa... “ aku jadi terbata-bata, dan tak mampu mengucapkan kalimatku dengan sempurna. Aku malu sekali. Intipalla tertawa terbahak-bahak melihatku jadi seperti orang bodoh.
“ Sudahlah...aku mengerti, kalian kan beda dengan suku kami, jadi kami tak akan menyalahkan kalian hanya karena kalian tak menyukai perkedel ulat bulu kami yang terkenal kelezatannya itu... “ dia masih tertawa, yang pada akhirnya membuatku ikut tertawa juga.
(BERSAMBUNG)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Sandi Tamansa
❤❤❤
2021-03-31
1