“Maaf, Kak, tapi aku jadi ingin mencicipi pepaya itu, habisnya..kelihatan enak, sih.. “ rutuk Arya pelan. Ingin rasanya kucubiti tangannya itu, kalau saja tak ada Intipalla dan Annamaya disini. Intipalla hanya tersenyum penuh pengertian.
“ Tak apa-apa, Aning. Aku tak marah, kok. Tradisi kami, hanya berlaku pada kami, kalian kan orangluar, “ Tetap saja aku ingin menguliti kepala adikku itu, bikin malu kakaknya saja, nanti dikira Intipalla, aku sebagai kakak tak pernah mengajari adikku itu sopan santun. Kupelototi Arya, yang hanya menunduk, tapi aku bisa melihat dia meleletkan lidahnya padaku, UH !
“ Sekarang, kita akan masuk ketempat saudara-saudaraku tinggal, ayo ! “ ajak pemuda itu, kami lalu mengikuti langkah-langkahnya. Intipalla menghilang dibalik sebuah pintu berukir, dan ketika kami mengikutinya, kami sampai pada sebuah ruangan yang juga luas, tetapi sangat sepi.
“ Mereka semua sedang tidur siang, ayo kita mengintip, “ Intipalla menyibak tirai berwarna emas, dan yang kulihat sungguh membuatku terpana. Ada sekitar 25 anak disana, mulai dari yang berumur kira-kira 1 tahun, sampai mungkin 9 atau 10, jika perkiraanku benar. Ada 4 perempuan, langsung bisa dilihat dari Llautu dikepala mereka.
“ Wah...banyak benar adikmu, Inti... “ seru Arya takjub. “ Sama kak Aning aja, aku sudah merasa kebanyakan dalam rumah, apalagi kalau aku punya saudara sebanyak ini, pasti Mama stres berat setiap hari... “ lanjutnya asal bicara.
Aku sering berpikir, adikku itu mungkin diadopsi. Papaku pintar sekali, dia adalah seorang ilmuwan arkeologi terkenal di Indonesia. Sedangkan Mama, meskipun tidak terkenal seperti Papa, tapi dia adalah seorang dokter Ahli Bedah Syaraf.
Aku sendiri bisa dibilang mewarisi semua kelebihan Mama dan Papa, tetapi adikku itu, mukanya saja yang mirip sama aku, kalau tidak, orang pasti akan berpikir dia itu anak adopsi dalam keluarga kami. Arya mungkin adalah kesalahan genetik Mama dan Papa.
Aku pernah bilang padanya tentang itu. Mau tahu jawabnya ? dia bilang, kalau semua sudah jadi orang pandai, siapa dong orang bodohnya ?. Sialan.
“ Mereka itu tak semua memiliki Ibu yang sama dengan Intipalla, hanya 2 yang adalah saudara sekandung dengannya, yaitu yang berada ditempat tidur nomor 1 dan 2, yang lainnya adalah saudara lain Ibu ! “ Annamaya menunjuk pada dua orang anak yang berada paling ujung sebelah kiri.
“ Memangnya istri ayahmu ada berapa, Inti ? “ tanyaku ingin tahu.
“ Aku memiliki 8 orang Ibu, tapi Ibu kandungku adalah istri yang pertama melahirkan seorang anak bagi ayahku, dan yang paling terpenting adalah, seorang anak laki-laki. Jadi, ibuku yang berhak untuk menjadi Ratu, meskipun dia adalah istri ke-3 ayahku “ jawab Intipalla panjang lebar. Terdengar seruan khas Arya, saat kujelaskan padanya
tentang jawaban dari Intipalla itu,
“ Waaw...mau dong aku juga tinggal ditempat ini, bisa punya pacar banyak seperti Papa kamu, Inti, pasti asyik deh, tiap hari dikerubutin sama cewek-cewek cakep, dan mereka nggak akan bertengkar seperti kalau aku ketahuan pacaran sama orang lain, “ pandangannya menerawang. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala, benar-benar sudah
pasti adalah hasil kesalahan genetik orangtuaku, anak yang satu ini.
“ Apa kata Arya ? “ tanya Annamaya penasaran, melihat tingkah adikku yang menutup matanya dan berdecak-decak seperti itu.
“ Dia bilang, asyik disini, bisa punya istri banyak, seperti ayah Intipalla, “ jawabku. Kulihat wajah Annamaya cemberut, dan dia melotot pada Arya.
“ Kakak ngomong apa sama Annamaya ? “ tuntut Arya, melihat raut wajah gadis itu, yang sudah ditekuk. Aku
mengangkat bahuku, sambil tersenyum santai,
“ Aku cuma bilang, kamu mau tinggal disini, dan punya istri banyak kayak Sapa Inca, makanya dia marah gitu, rasain ! “. Belum lagi aku melanjutkan ucapanku, Arya tergopoh-gopoh menghampiri Annamaya dan memohon maaf dengan gerakan tangannya, membuat aku dan Intipalla tertawa.
Kami lalu keluar dari Piramida.
Sebenarnya masih ada sisi yang satu lagi yang ingin aku kunjungi, tetapi oleh Intipalla dan Annamaya, dijelaskan bahwa ruangan itu adalah tempat untuk menyimpan harta-harta mereka, dokumen-dokumen tua yang usianya sudah berabad-abad, yang merupakan peninggalan nenek moyang suku Inca sejak jaman dulu, dan juga berisi
perlangkapan peribadatan dan upacara serta ritual bangsa Inca.
Sebuah tempat yang sudah pasti akan digilai oleh Papa, jika dia mengetahui keberadaannya. Tetapi, sayang sekali yang boleh masuk kedalam situ hanyalah kepala pendeta, juru kunci, dan Sapa Inca itu sendiri. Orang lain sama sekali tak diperbolehkan untuk masuk dan melihat-lihat apa isi tempat itu, termasuk Intipalla, meskipun dia adalah
seorang calon Sapa Inca.
“ Sekarang, kita akan masuk ke kediaman orangtuaku, “ tutur Intipalla. Langkahku seketika terhenti,
“ Kita akan masuk kerumah orangtuamu ? “ tanyaku ketakutan. Aku tak tahu akan apa yang menungguku disana,
karena itu aku takut.
“ Iya, orangtuaku ingin bertemu dengan kalian, tadi Penyampai Pesan memberitahukan aku, kalau aku sudah selesai menunjukkan Piramida pada kalian, aku harus membawa kalian ke kediaman mereka. “ Aku dan Arya saling
berpandangan. Anak itu kelihatan acuh tak acuh. Mungkin karena dia tak mengerti apa yang diucapkan oleh Intipalla, dia tak tahu bahwa yang akan kami temui berikutnya adalah Raja dan Ratu bangsa Inca. Mulutku terasa kering,
“ Kk..kamu serius, Inti....?!“ aku terbata-bata. Pemuda itu hanya menganggukkan kepalanya, sedangkan Annamaya menggandeng tanganku, dan mengangguk padaku, seakan coba untuk meyakinkan aku, bahwa tak ada apa-apa yang akan terjadi.
Aku lalumemperingatkan Arya dengan cepat, sebelum nanti dihadapan Sapa Inca dia melakukan hal-hal bodoh, yang bisa membuat kami celaka. Kedengarannya memang agak berlebihan, tapi mungkin saja orangtua Intipalla tak se- cool anaknya, dan tak suka dengan kami, lalu memerintahkan pengawal mereka untuk membunuh kami, bisa saja itu terjadi, kan ?
“ Kamu jangan bicara, atau berlaku macam-macam didepan Raja nanti, ya ? “ todongku, Arya kelihatan
bingung.
“ Kak, kita ini akan bertemu dengan orangtuanya Intipalla, bukan Raja, ada-ada saja Kak Aning ini, deh... “ dia menggeleng-gelengkan kepalanya, dan menatapku seakan-akan aku ini adalah alien dari planet lain, yang mengucapkan hal yang tak masuk akal.
Luar biasa, aku memiliki adik seekor keledai, bukan manusia. Bodohnya diluar batas yang bisa kuterima. Tuhan, apa salahku, hingga Kau memberiku adik yang dungu seperti keledai ini ? jeritku dalam hati.
“Arya, Intipalla itu pangeran, artinya orangtuanya adalah seorang Raja dan Ratu, bego ! “ kujitak kepalanya keras-keras, aku sudah tak tahan lagi.
Arya mengaduh kesakitan, dia baru saja hendak mengatakan sesuatu, tapi tak jadi karena melihat tanganku sudah memegang sebuah batu sebesar mangga.
“ Kalian berdua tak pernah akur, ya ?! “ Intipalla menatap kami geli. Coba saja, kalau kamu punya adik seperti Arya, aku mau tahu sampai dimana kesabaranmu untuk bisa menghadapinya, batinku dengan Bahasa Indonesia.
Mengapa Bahasa Indonesia ? aku curiga, Intipalla itu memiliki kemampuan untuk tahu pikiran orang lain, sebab sudah beberapa kali, sebelum aku mengutarakan maksudku, atau pertanyaan yang ada dalam hati, dia sudah
menjawabnya terlebih dahulu, padahal belum lagi aku tanyakan padanya. Makanya, kalau aku bicara dalam hati pakai Bahasa Indonesia, dia kan tak bisa mengerti ?!
“ Aku mengerti kok, Aning, “ cetus Intipalla, kali ini sudah ada tawa tertahan di bibirnya, aku tak mengerti apa maksud pemuda itu.
“ Maksudku, kalau kamu bicara dalam hatimu, apapun bahasa yang kamu pakai, aku bisa mengerti.. “ terangnya lagi membuatku terpana. Dia tahu apa yang aku pikirkan !
“ Aku...kamu...bagaimana hal itu bisa terjadi ? “ tanyaku gugup, berarti, sejak tadi pikiran-pikiran dan pendapat-pendapat dalam hatiku tentang Intipalla yang sexy-lah, yang cakep-lah! Oh Tuhan tolong aku!
(BERSAMBUNG)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Sandi Tamansa
❤❤❤❤❤❤❤❤❤
2021-01-13
2