Setelah berpamitan (mereka merasa heran saat aku datang untuk bersalaman, ada yang mengangkat telapak tangannya tinggi-tinggi, ada yang tertawa cekikikan), aku dan Annamaya langsung turun dari Acllahuasi lewat
tangga yang tadi kami lalui.
“ Bagaimana kunjungan kalian ke Acllahuasi tadi ? “ Intipalla bertanya acuh tak acuh. Mungkin sekedar basa-basi terhadapku, karena kedengarannya seperti dia sama sekali tak peduli dengan apa yang kami lakukan disana.
“ Kami tidak terlalu banyak melihat-lihat, karena ayahmu sudah mau berkunjung, “ Annamaya akhirnya yang angkat bicara, menjawab pertanyaan Intipalla yang terdengar tak bersemangat itu.
Aku sendiri sangat mengerti mengapa Intipalla bersikap seperti itu. Percobaan pembunuhan yang ditujukan kepadanya oleh ibu tiri yang cemburu, dan sekarang aku berkunjung ke kediaman ibu-ibu tirinya, jelas itu tidak terlalu disambut antusias oleh Intipalla.
“ Well, sekarang kita akan kemana lagi ? “ Arya terlihat begitu bersemangat. Adikku itu kelihatan sangat senang, mungkin karena Annamaya sudah kembali bersamaku.
“ Sekarang kita akan pergi ke rumahku, “ tukas Annamaya.
“ Tapi, mungkin kami harus pulang dulu ke perkemahan, sebab sejak subuh tadi aku dan Arya pergi dari sana tanpa meninggalkan pesan apa-apa, “ ungkapku jujur.
“ Aku takut, kedua orangtua kami akan cemas dan mulai mencari-cari, jadi sebelum keadaan menjadi lebih buruk, mungkin sebaiknya aku dan Arya pulang dulu, dan kita bertemu lagi besok. “
Aku tahu benar bagaimana tabiat Mama. Dia itu orangnya sangat panikan. Sebelum dia membawa setengah batalyon polisi dan tentara naik keatas gunung untuk mencari aku dan Arya, lebih baik kami kembali dulu ke Base Camp. Annamaya dan Intipalla hanya bertukar pandang tanpa bicara apa-apa.
“ Bagaimana menurut kalian berdua ? “ tanyaku,
“ Kita bertemu dimana besok, kalau begitu ? “ Annamaya menatap adikku. Jelas sekali dia seperti tak
ingin berpisah dengan si kecoak kecil itu.
“ Aku dan Arya akan menunggu kalian ditepi jurang, tempat lorong masuk ke kampung kalian, kupikir
itu ide yang bagus, “ usulku
“ Tapi bagaimana jika ada orang yang mengikuti kalian ? “ Intipalla bertanya cemas, aku mengerti dengan sikapnya itu. Siapa yang tidak cemas, bila kampung yang disangka oleh peradaban luas telah lenyap selama berabad-abad terancam akan diketahui tentang keberadaannya ? Sudah pasti akan memancing rasa ingin tahu banyak orang, apalagi dengan sebegitu banyaknya emas yang mereka miliki.
“ Aku janji, Inti, Aku dan Arya akan berhati-hati, agar tidak memancing kecurigaan orang-orang di perkemahan, termasuk kedua orangtua kami, sebelum kami datang ketempat itu, “ ujarku menenangkan pemuda tampan itu.
Intipalla kelihatan seperti sedang berpikir, kedua alisnya yang tebal dan bagus itu bersatu ditengah. Sejenak kemudian, dia mengangguk dan berucap pendek,
“ Baiklah, aku percaya pada kalian berdua. “
“ Kami berdua akan mengantar kalian sampai diatas, kemudian kalian kembali berdua saja sampai keperkemahan kalian, ya ? “ Annamaya menatapku, meminta persetujuan. Aku lalu mengangguk tanpa menjawab apa-apa.
Kemudian ku lihat Annamaya mengucapkan sesuatu pada Intipalla, yang kali ini aku tak mengerti sedikitpun yang mereka ucapkan.
“ Apa itu bahasa Inca, Inti ? “ aku bertanya lagi, Annamaya dan Intipalla menganggukkan kepala mereka
barengan.
“ Apa sih artinya ? “
“ Ehmm….Annamaya bertanya kalau aku tak harus membantu ayahku sore ini. “ jawab Intipalla, kelihatannya ragu-ragu.
Kami berempat lalu mulai berjalan menaiki bukit menuju lorong panjang yang menghubungkan kampung mereka
dengan dunia luar. Lumayan juga tanjakan bukit itu, aku mulai ngos-ngosan, tapi kulihat Arya santai saja, dan astaga ! Dia dan Annamaya sekarang sedang berjalan bergandengan tangan, dasar Playboy cap Kucing. Tapi bagaimana mereka bisa berkomunikasi, ya ? tanyaku dalam hati.
“ Kata orang, bahasa cinta itu universal, tak perlu diartikan dengan kalimat-kalimat, Ning..” Intipalla
mengejutkan aku, dia tahu pikiranku. Memang aku tak se-surpris yang pertama, tapi tetap saja itu membuatku jadi malu.
Kami sudah hampir sampai dipuncak bukit, ketika tiba-tiba saja tiga orang berbadan tegap, yang kelihatannya seperti pengawal Raja muncul secara mendadak, entah darimana asalnya. Mereka mendekati Intipalla, dan setelah membungkuk hormat pada pemuda itu, salah seorang dari mereka berbicara pada Intipalla dengan bahasa mereka.
Intipalla menjauh dari rombongan kami, dan mulai berbicara serius dengan orang itu. Kelihatannya mereka seperti
sedang membicarakan suatu masalah yang sangat penting. Setelah berbicara beberapa saat, Intipalla kembali pada kami.
“ Aning, maafkan aku, mereka adalah pengawal-pengawal istana yang datang untuk menahan kamu dan
adikmu atas perinta Sapa Inca. Ayahku tidak mau melepaskan kalian berdua, karena katanya kalian sudah tahu terlalu banyak tentang kota kami ini, dan takut kalian akan memberitahukan dunia luar tentang keberadaan kami, “ dia menunduk, sepertinya tak sanggup untuk menatap mataku.
Ya Tuhan ! tadinya semua begitu sempurna. Mengapa jadi seperti ini ?
“ Inti, aku tak bisa tinggal disini selamanya...Bagaimana dengan kedua orangtua kami ? mereka pasti akan bersedih bila kami hilang begitu saja tanpa jejak ! Aku kan sudah berjanji padamu, dan sekarang aku akan bersumpah bahwa aku dan adikku tak akan pernah memberitahukan pada siapapun tentang kota kalian.. “ Aku tak sanggup lagi
mengendalikan diriku, dan sekarang aku sudah mulai menangis dihadapan mereka bertiga. Arya yang memang tak mengerti dengan perbincangan kami bingung melihat aku menangis.
“ Kak...kenapa Kakak menangis ? “ Arya memelukku.
“ Mereka tak memperbolehkan kita pulang ke perkemahan, aku tak tahu apa yang akan mereka lakukan pada kita,tapi katanya kita tak boleh keluar lagi dari tempat ini karena kita sudah tahu terlalu banyak tentang kota mereka...Huuu... “ hilang sudah rasa malu ku, sekarang aku sudah mulai terisak-isak dengan suara agak nyaring.
Arya tiba-tiba berdiri, bdan tanpa kusangka dia berbalik pada Intipalla. Sedetik kemudian, BUK ! adikku meninju wajah pemuda itu.
“ KALIAN JAHAT !!..KUPIKIR KALIAN ADALAH TEMAN KAMI !! “ seru Arya. Tentu saja Annamaya dan Intipalla
hanya memandangiku bingung, karena tak mengerti apa yang dikatakan oleh adikku itu, setidaknya, mereka tahu Arya marah.
“ Aku dan Intipalla minta maaf pada kalian berdua, tapi perintah itu datangnya dari Sapa Inca.. “ Annamaya memohon padaku. Gadis itu bahkan memelukku dan mulai menangis. Aku tak sanggup berkata-kata lagi, hanya terus dan terus menangis.
“ Bagaimana menurutmu, Inti ? Kasihan Aning dan Arya... “ Annamaya menatap sepupunya yang diam bagai
batu karang.
Sedangkan aku, kantong airmataku seperti bocor, tak henti-hentinya mencucurkan air. Aku memang takut, bercampur sedih. Bagaimana bila aku tak bisa lagi bertemu dengan Mama dan Papa?
Disampingku Arya mulai meronta-ronta, mencoba untuk melepaskan dirinya dari pegangan dua orang pengawal kerajaan berbadan kekar itu. Tentu saja, perjuangan adikku itu hanyalah sia-sia, sebab pengawal-pengawal kerajaan hanya terlihat santai, meskipun Arya sudah meronta-ronta dengan segenap kekuatannya.
“ Inti.....kumohon berpikirlah.... “ suara Annamaya memelas memohon. Rupanya pengawal-pengawal itu sama sekali tak mengerti bahasa Spanyol, sebab mereka hanya menatap keduaanggota keluarga bangsawan itu dengan pandangan bingung.
(BERSAMBUNG)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Sandi Tamansa
❤❤❤
2021-01-20
2