“ Boleh, tapi Annamaya yang akan menemani kalian, ya ? “ kata Intipalla, seperti tak bersemangat. Aku jadi ingin tahu mengapa. Setelah mengitari sebuah lembah kecil, kami sampai di kaki sebuah bukit kecil. Diatas bukit itu nampak sebuah bangunan megah, yang terkesan sangat feminin, dengan ukiran-ukiran bunga mawar pada pilar-pilar penopang yang berukuran besar. Itu pasti Acllahuasi, tebakku dalam hati.
Intipalla berhenti, lalu berkata pendek,
“ Aku hanya mengantar kalian sampai disini, “ Pemuda itu lalu duduk bersandar pada batang pohon
pinus.
“ Baiklah, aku yang akan mengantar Aning keatas. “ tutur Annamaya, lalu berbalik padaku,
“ Aning, tolong bilang pada Arya, dia harus menunggu disini, sebab kita akan pergi ketempat dimana hanya boleh dikunjungi oleh perempuan dan Raja, “ lanjut gadis itu. Aku langsung mengatakan pada adikku semua yang dikatakan oleh Annamaya. Arya kelihatan menyesal harus berpisah dengan gadis itu.
Aku dan Annamaya lalu berjalan menaiki bukit kecil itu, melewati tangga berpegangan emas, dan berhiaskan bunga-bunga beraneka warna pada setiap samping kiri dan kanan disetiap pijakannya.
“ Anna, tadi aku perhatikan, Intipalla sepertinya tak suka saat aku mengatakan ingin berkunjung ke Acllahuasi, kenapa ya ? “ tanyaku sambil berpegangan pada pegangan tangga yang berukir lilitan seekor ular emas.
“ Dia memiliki sedikit masalah dengan istri tertua ayahnya, ibu tiri Intipalla, “ jawab Annamaya.
“ Kalau aku boleh tahu, masalah apa yang membuatnya tidak menyukai ibu tirinya, Anna ? “
“ Kamu kan tahu, Ratu kami adalah istri ke-3 Raja, tapi karena dia yang pertama kali melahirkan seorang anak, dan anak laki-laki juga, maka dia berhak untuk menyandang predikat Ratu, yang juga artinya dialah yang berhak tinggal dengan Sapa Inca di Istana. Kata ibuku, istri Raja yang pertama rupanya merasa tidak senang, dan memusuhi Intipalla dengan ibunya, bahkan ada gosip yang beredar, dia pernah mencoba untuk meracuni Intipalla saat dia masih kecil. “ Tutur Annamaya panjang lebar, membuatku terkejut bukan kepalang.
“ Lalu apa kata Raja tentang semua itu ? “ kasihan sekali Intipalla, memiliki ibu tiri yang sangat
kejam seperti itu.
“ Raja tak pernah tahu tentang cerita itu, lagipula, itu hanya gosip, yang tak bisa dibuktikan kebenarannya. Tapi Ibu Intipalla mengambil langkah-langkah pengamanan yang sangat ketat untuk menjaga Intipalla sejak kecil. Semua pengawal yang ditugaskan untuk menjaga anaknya di kediaman Intipalla dipilihnya sendiri, dan hanya orang-orang yang bisa dia percayai yang berjaga disitu, “ tangan Annamaya terulur memetik sekuntum bunga berwarna ungu violet, lalu disematkannya bunga itu ditelinganya.
“ Apa istri pertama itu punya anak, Anna ? “ gadis itu mengangguk mengiyakan,
“ Dia memiliki dua orang anak, yang pertama laki-laki, hanya beda setahun dengan Intipalla. Sedangkan
yang kedua perempuan, sekarang baru berusia 4 tahun, “
“ Sayang sekali, anaknya yang laki-laki itu berkelakuan seperti ibunya, pernah satu kali, dia bertengkar dengan Intipalla, sampai-sampai bahu kanan Intipalla robek kena sabetan pisaunya. Katanya pada Inti, dia tidak berhak untuk menjadi Sapa Inca, sebab ibunya-lah yang Ratu, bukan Ibu Intipalla.. “ lanjut gadis itu menerangkan.
Aku jadi makin tertarik dengan cerita Annamaya. Sayang sekali, kami sudah sampai di depan pelataran Acllahuasi.
“ Ayo masuk, aku akan memperkenalkan kamu pada Ibu ke-5, dia baik sekali, dia itu juga adalah adik kandung Ibu Intipalla, “ ajak Annamaya sambil meraih tanganku.
Acllahuasi itu sangat besar, meskipun Piramida didalam gunung itu jauh lebih besar. Masih terdapat begitu banyak aksen emas disana-sini, tetapi sentuhan kefemininan sangat jelas terasa. Pelataran Acllahuasi dihiasi dengan banyak bunga-bunga beraneka warna, yang teratur rapi, baik yang ditanam dalam tanah, ataupun yang berada dalam pot-pot indah berukir yang sudah pasti terbuat dari emas.
Disebelah kanan depan bangunan itu, ada sebuah kolam berukuran tidak terlalu besar, yang rupanya adalah sebuah kolam ikan berhiaskan patung seorang wanita berpakaian khas Inca, yang tengah memegang sebuah jambangan emas ditangannya. Jambangan itu mengalirkan air membentuk air terjun mini, sekilas mirip-mirip dengan yang bisa dilihat depan mall-mall besar di Jakarta, bedanya yang satu ini terbuat seluruhnya dari emas murni.
Disisi kiri depan Acllahuasi juga ada sebuah kolam ikan, tetapi patung yang berada ditengahnya adalah patung berbentuk seorang wanita yang setengah telanjang, diukirkan patung itu tangah menyusui seorang bayi dipayudara kanannya, sedangkan payudara sebelah kiri mengalirkan air yang meluncur jatuh kedalam kolam. Aku terkesan dengan patung yang satu itu, sebab wajah wanita itu ternyata adalah replika dari Ibu Intipalla, sang Ratu.
Teras yang sangat besar dan penuh dengan kursi-kursi emas berukir merupakan tampilan depan bangunan
itu. Disisi masing-masing undakan-undakan tangga ada pengawal-pengawal yang berjaga. Semuanya berdiri tegak dalam posisi tegap dan diam tak bergerak, layaknya seorang militer terlatih. Mereka mengingatkan aku pada polisi-polisi Inggris berbaju merah dengan topi tinggi yang berjaga di depan istana Buckingham.
Annamaya naik keteras itu diikuti aku yang berjalan tepat dibelakangnya. Para pengawal itu mengangguk
hormat pada Annamaya kemudian padaku. Aku sendiri agak gugup, karena akan bertemu dengan istri-istri Sapa Inca yang lainnya. Kami lalu menuju keruangan utama ( itu kata Annamaya ), tempat dimana mereka harus berkumpul pada jam-jam seperti ini, untuk menanti Sapa Inca yang akan datang dalam beberapa saat lagi.
Annamaya menjelaskan padaku, bahwa setiap hari, pada jam-jam sesudah istirahat siang, Sapa Inca biasanya datang ke Acllahuasi untuk bercengkrama dengan istri-istrinya yang lain, dan juga memilih istri yang akan menginap dengannya di piramida selama 1 malam. Aku jadi terkekeh geli tanpa sadar.
Aku merasa agak aneh dengan kehidupan poligami Sapa Inca yang unik itu.
“ Nanti mereka akan bertanya padamu, jawab saja bila kamu tahu apa jawabannya, kalau tidak, kamu jawab saja tidak, “ ajar Annamaya saat kami mulai memasuki pintu besar berukir kelopak mawar emas disetiap daun pintunya.
“ Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaan mereka, kalau aku tak mengerti nanti apa yang mereka tanyakan, Anna ? “ meskipun ada Annamaya, kupikir tak mungkin gadis itu harus menerjemahkan satu persatu ke-7
ucapan istri-istri Sapa Inca itu.
“ Jangan khawatir, Aning, mereka semua bisa berbicara dalam bahasa Spanyol, “ terang Annamaya
menjawab kekhawatiranku.
Saat kami masuk, ruangan itu terang benderang dan berbau harum. Nampak tirai-tirai transparan berwarna-warni
tergantung disana-sini, mengingatkan aku pada dekorasi negeri 1001 malam dalam dongeng Alladin dan lampu ajaib.
Saat aku dan Annamaya memasuki ruangan, suara riuh rendah yang sesekali dibarengi dengan cekikikan
halus terhenti seketika. Semua yang ada disitu langsung menatapku penuh tanda tanya.
Sejenak ada keheningan, sebelum Annamaya berkata-kata dalam bahasa mereka. Mungkin gadis itu mengucapkan salam, karena setelah itu semua orang yang berada disitu menjawab serempak dengan ucapan yang sama.
“ Ibu-Ibuku yang terkasih, perkenalkan, ini Aning, sahabat kita dari negeri yang jauh... “ Annamaya memperkenalkan aku, memakai bahasa Spanyol. Kulihat mereka menatapku dengan berbagai macam cara pandang.
Ada yang menatapku dengan pandangan curiga, ada juga yang tersenyum padaku. Disudut ruangan, dekat
sebuah kandil emas, ada seorang wanita berwajah sangat familiar denganku, tersenyum hangat dan melambaikan tangannya padaku.
(BERSAMBUNG)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Sandi Tamansa
❤❤
2021-01-20
2