“ Jadi, aku juga harus dibunuh, dong ? kan aku sudah tahu kampung kalian, “ candaku, tapi sebenarnya aku takut. Sebab siapa yang tahu apa yang akan mereka lakukan padaku ?.
Intipalla hanya tersenyum, lalu menjawabku,
“ Tidak, kan kami yang mengajakmu kesini, bukan kamu yang menemukan jalan masuk ke kampung kami, jadi kamu tidak akan kami bunuh, tapi kamu tak boleh keluar lagi dari kampung ini, dan harus tinggal selama-lamanya disini. “ Aku langsung panik, kalau aku harus tinggal untuk selama-lamanya disini, bagaimana dengan keluargaku ? mereka pasti akan sedih sekali.
“ Aku cuma bercanda, Aning, kamu kok jadi sedih seperti itu ?! “ goda pemuda itu lagi. Aku langsung berbalik kearahnya, dan saat kulihat Intipalla dengan senyum usilnya, aku baru sadar bahwa dia tengah mengerjai aku.
“ Kamu nakal, Inti !! “ seruku sambil memukul pundaknya. Intipalla dengan gesit mengelak dari pukulanku. Sedangkan Annamaya hanya tertawa melihat ulah kami.
Saat kami hendak berjalan kesisi terakhir piramida emas itu, tiba-tiba seorang laki-laki berusia kira-kira 50-an tahun berlari-lari kecil kearah kami. Dia lalu berbicara pada Intipalla dengan kepala menunduk, seperti tengah berbicara pada seseorang yang sangat penting. Kulihat pemuda itu mengangguk-anggukan kepalanya, lalu berbicara pada laki-laki itu dalam bahasa mereka. Sayang sekali aku tak bisa mengerti dengan yang mereka bicarakan itu. Intipalla lalu berbalik pada Annamaya dan berkata cepat dalam bahasa mereka. Annamaya kulihat hanya menganggukkan kepalanya tanpa menjawab satu patah katapun juga.
“ Inti, Anna, ada apa ? “ Annamaya hanya mengangkat bahunya.
“ Maafkan aku Aning, tapi aku harus meninggalkan kamu sebentar dengan Annamaya, karena Sapa Inca memanggil aku, “ kata Intipalla segera. “ Aku akan kembali secepat yang kubisa ! “ dengan susah payah kulihat dia mencoba untuk tersenyum, tapi bisa kulihat ketakutan dimata pemuda itu. Dia lalu berbalik menuju kearah tempat dimana kami masuk tadi, meninggalkan aku dan Annamaya.
“ Anna, mengapa Intipalla harus pergi tergesa-gesa seperti itu ? dan untuk apa dia dipanggil oleh Sapa Inca ? “ tanyaku cepat-cepat. Kulihat Annamaya seprti salah tingkah sejenak, seperti bingung dengan apa yang harus dia katakan. Gadis itu menghela napas panjang, lalu menjawab pertanyaanku,
“ Intipalla adalah anak tertua dari Sapa Inca kami, itu artinya, pada peneguhan nanti, dialah yang akan menjadi Sapa Inca kami yang baru, “ ujarnya lirih.
Aku terkesan, tak bisa kusangkal. Ternyata sangkaan-sangkaanku dari tadi benar. Sejak kulihat banyak orang yang sepertinya sangat menghormati Intipalla, siapa dan mengapa dia seperti memiliki suatu kedudukan penting di
kampung ini terus menghantui pikiranku.
Aku jadi membayangkan, apa pendapat Papa jika dia tahu, bahwa Sapa Inca terakhir ternyata bukanlah Atahualpa, seperti yang diketahui oleh dunia pada umumnya tentang bangsa Inca, tetapi masih ada Sapa Inca yang berkuasa sampai saat ini. Pasti papa akan kena serangan jantung !
Mungkin, kalau didunia luar, Intipalla bisa dibilang adalah seorang pangeran pewaris tahta kerajaan. Tak jauh beda dengan Pangeran William dari Inggris. Perasaan bangga langsung merayap dalam relung-relung hatiku. Meskipun mereka tidak dikenal orang, tapi aku punya teman seorang pangeran pewaris tahta. Tetapi yang satu ini, jauh lebih kaya bahkan dari pangeran William dari Inggris sekalipun, dengan semua emas yang dia miliki.
Bila Intipalla adalah seorang calon Sapa Inca, artinya pada hari pengangkatan dirinya, Annamaya-lah yang akan dikorbankan.
Kenyataan itu membuatku jadi sedih. Kasihan sekali gadis itu, dari sekian banyak anak yang ada dikampung ini, mengapa harus dia yang dikorbankan ?
“ Anna, maaf aku menanyakan ini, tapi apa tidak ada orang lain yang ada dikampung ini, yang bisa menggantikan dirimu pada upacara peneguhan Sapa Inca nanti ? “ tanyaku dengan nada bercampur rasa kasihan yang amat sangat. Annamaya menggeleng lemah, lalu jawabnya,
“ Tidakkah kau lihat, dikampung ini akulah satu-satunya yang sudah menjadi seorang gadis. Anak-anak yang lain masih terlalu kecil untuk dijadikan kurban, “ gadis itu menunduk sedih, aku lalu mengusap rambutnya, mencoba untuk menghibur dia, meski itu tak akan merubah kenyataan yang ada. Annamaya benar, tadinya aku tidak terlalu
memperhatikan, tetapi memang semenjak aku masuk kekampung mereka, aku tak melihat adanya gadis-gadis seusia dia atau aku. Yang ada hanyalah ibu-ibu dan anak-anak laki kecil atau yang berusia diatas 10 tahun, serta pemuda-pemuda yang seusia Intipalla, juga yang agak lebih berumur dari dia.
“ Karena kami hanya diijinkan untuk mencari pasangan orang dari dalam suku kami, sulit untuk menemukan pasangan yang tepat. Jarang ada pernikahan disini, karena itulah, aku menjadi satu-satunya anak gadis disini. Mungkin dalam beberapa tahun lagi, akan ada, saat anak-anak kecil itu sudah mulai bertumbuh, tetapi peneguhan Sapa Inca bukan dalam waktu beberapa tahun lagi, tapi dua bulan depan, “ lanjut Annamaya sendu.
Aku jadi sedih sekali. Kupeluk gadis itu erat-erat, yang langsung mencucurkan airmatanya. Aku juga.
“ Kalau saja ada yang bisa kulakukan, Anna... “ ucapku dalam tangis. Annamaya hanya menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Keharuan itu tiba-tiba saja terputus oleh teriakan seseorang, yang suaranya sudah sangat kukenal.
“ KAK ANIIINGG.... “ Oh Tuhan ! Itu Arya, adikku. Sedang apa dia disini ? bagaimana dia bisa menemukan jalan masuk ketempat ini ? pikirku panik. Mendengar apa yang akan mereka lakukan pada orang yang menemukan pintu
masuk rahasia ke kampung mereka, siapa yang tidak panik ? mereka akan membunuh adikku !
“ Ini siapa, Aning kudengar dia menyebut-nyebut namamu ? “ tanya Intipalla. Dia datang bersama dengan beberapa laki-laki yang kuduga adalah pengawal, melihat dari pakaian mereka yang sama, dan bentuknya seperti baju perang. Mereka tengah memegangi adikku, yang tak henti-hentinya meronta. Baru kali ini kulihat Arya ketakutan
seperti itu. Arya memang tak bisa bicara bahasa Spanyol.
“ Itu adikku, Inti. Kenapa dia ada disini ? “ tanyaku. Kulihat wajah Intipalla sangat tegang.
“ Dia ditemukan oleh salah seorang penjaga, tengah bersembunyi di bukit, tanya padanya bagaimana dia menemukan pintu masuk rahasia itu ! “ kali ini suara Intipalla bernada memerintah. Tidak ada lagi Intipalla yang lembut seperti yang kulihat sebelumnya. Menyeramkan.
“ Arya, bagaimana kamu bisa ada ditempat ini ? “ tanyaku, berharap bahwa dia nanti tidak akan dibunuh.
“ Aku mencari Kak Aning ditempat penggalian, tapi tak ada. Lalu aku melihat kakak pergi dengan dua orang aneh ini, aku lalu mengikuti kakak dari belakang, sampai akhirnya aku tiba disini. Aku hanya berada tepat dibelakang kalian bertiga, sebelum kehilangan kalian dibukit itu, dan ditemukan oleh orang-orang gila yang memakai baju
tentara romawi ini !“ jelas adikku sambil menunjuk pengawal Intipalla dan Annamaya.
Kalau saja kami tidak dalam keadaan seperti sekarang, sudah pasti aku tengah tertawa terbahak-bahak.
Pengetahuan umum Arya memang sangat terbatas. Entah apa yang membuatnya berpikir, bahwa baju yang dipakai pengawal itu adalah baju tentara jaman Romawi, modelnya saja beda 160º !
Aku langsung menjelaskan pada pemuda itu, kalau Arya tidak menemukan jalan masuk rahasia ke kampung
mereka, tetapi dia hanya mengikuti kami.
“ Itu artinya dia tidak bersalah, kan ? dia hanya mengikuti kita, dan yang menunjukkan jalan itu adala
kalian berdua ! “ akhirku dengan nada sedikit panik.
Intipalla menatapku sejenak, lalu berpaling pada orang-orangnya, dan berbicara pada mereka. Setelah
Intipalla selesai bicara, kulihat mereka hanya mengangguk hormat, lalu berjalan pergi.
Sejenak ada keheningan yang tercipta, sebelum akhirnya kuputuskan untuk memperkenalkan adikku pada
kedua teman baruku itu.
“ Inti, Anna, ini adikku. Namanya Arya, “ aku lalu menyikut Arya sambil menyuruhnya memperkenalkan diri. Dengan takut-takut, Arya mengulurkan tangannya pada Intipalla, yang menyambutnya sopan, lalu pada Annamaya, yang kulihat seperti malu-malu menyambut tangan adikku itu.
“ Dia cantik juga ya, Kak, “ celetuk Arya menunjuk Annamaya, sialan ! Penyakit Playboy adikku kambuh melihat gadis itu. Aku lalu mencubitnya. Dalam keadaan seperti ini, dia masih mikirin hal itu ?
“ Iya, dia memang cantik, tapi nanti dia yang akan memenggal kepalamu, karena sudah lancang masuk kedalam kampung mereka ! “ tukasku cepat, senang melihat muka Arya langsung pucat pasi seperti melihat hantu.
“ Kalian bicara apa, sih ? “ tanya Annamaya, rupanya penasaran mendengar aku dan Arya berbicara dalam
bahasa Indonesia.
“ Dia bilang kamu cantik, “ jawabku. Pipi gadis itu langsung bersemburat warna merah, Intipalla sampai tertawa melihatnya.
“ Dia mulai suka adikmu, Aning.. “ tutur Intipalla. Kami lalu tertawa bersama, kecuali Arya yang memang
tak mengerti apa yang kami percakapkan.
“ Kalian bicara apa ? kelihatannya seru sekali, “ tanya Arya ingin tahu. Aku hanya melotot padanya.
“ Makanya, disuruh belajar bahasa Spanyol, malah molor melulu, dasar otak udang ! “
“ Oo...yang tadi itu bahasa Spanyol, ya ? kukira kalian bicara pakai bahasa Italia, “ jawab Arya. Aduh, mati aku ! punya adik bego benar seperti yang satu ini.
Aku tak tahu apa yang ada dalam pikiran Annamaya dan Intipalla tentang keberadaan Arya disini. Jujur, perasaanku saat ini bercampur aduk tak karuan. Antara senang karena adikku ada disampingku, tapi takut juga dia, atau lebih parah, kami berdua akan dibunuh karena sudah mengetahui keberadaan Kota yang Hilang itu.
“ Hey ! sudah waktu makan siang, kalian mau kan makan bersama dengan kami ? “ ajak Intipalla penuh harap. Benar juga, perutku mulai keroncongan. Apalagi sejak makan malam terakhir tadi malam, perutku belum tersentuh apa-apa. Aku lalu menganggukkan kepalaku, dan mengikuti Intipalla dan Annamaya.
Tempat yang disebut ruang makan oleh mereka, adalah sebuah ruangan seluas kira-kira seukuran dua kali lapangan Volly, dengan sebuah meja makan panjang yang sangat indah. Berukiran emas (sudah pasti itu juga terbuat dari emas), dengan kursi yang kira-kira berjumlah 50 buah yang mengelilingi meja itu, masih berukiran serupa
dengan meja, juga berwarna emas.
“ Ini meja makan untuk keluarga Sapa Inca, ya ? “ tanyaku berbisik pada Annamaya. Gadis itu tersenyum geli dan menatapku dengan pandangan seperti aku baru saja mengatakan hal aneh dan tidak masuk akal.
“ Bukan, ini adalah ruang makannya Intipalla, “ jelas gadis itu.
Wah! meja segede ini cuma untuk Intipalla ? makan-nya sebanyak apa ya, sampai-sampai meja makannya saja sebesar ini ?
Ruangan itu sendiri erupakan salah satu ruangan yang berada dibagian bawah Piramida emas itu. Pada setiap sisi Piramida itu, terkecuali yang sisi terdepan yang ditengahnya ada tangga panjang menuju puncak Piramida, masing-masing memiliki pintu masuk di bagian tengah. Kami belum memasuki pintu-pintu yang lain, jadi aku tak tahu ada
apa dibalik pintu-pintu besar itu, terkecuali disisi barat, tempat ruang makan ini berada.
Kami berempat lalu mengambil tempat duduk masing-masing. Aku baru saja hendak duduk, saat Annamaya
menggelengkan kepalanya padaku. Ternyata harus menunggu Intipalla duduk terlebih dahulu, baru kami boleh dipersilahkan untuk mengikutinya.
Tak lama kemudian, entah darimana mereka datang, tiba-tiba sekitar 10 orang pelayan masuk dan masing-masing membawa baki-baki berisi berbagai jenis makanan. Dengan cekatan mereka melayani kami, ada yang menaruh
piring dan cawan (aku merasa seperti putri dalam dongeng, semua peralatan makan yang kami pakai terbuat dari emas), dan jangan salah sangka, bangsa mereka tidak makan dengan tangan, terbukti dengan sendok, garpu dan pisau yang diatur rapi seperti layaknya jamuan makan modern.
Semuanya begitu sempurna, hingga saat mencicipi hidangan yang diatur sedemikian indahnya diatas meja itu. Setelah Intipalla mengambil makanan, Annamaya mengisyaratkan, sudah boleh mengambil makanan.
“ Kak, siapa sih pemuda itu ? kenapa semua harus dia yang lebih dulu ? “ tanya Arya sambil menyendok sayuran merah seperti bayam, tetapi memiliki biji-biji hijau kecil seperti kacang hijau disekelilingnya.
“ Dia itu pangeran, bego. Pewaris tahta disini, makanya dia itu sangat dihormati, “ jelasku pada anak itu. Arya hanya melongo.
“ Pantasan, tapi, mereka hobi mengecat semua rumah dan alat-alat yang mereka pakai dengan warna emas ya
? Piramida ini juga, pasti mereka memakai cat berwarna emas beribu-ribu ember banyaknya untuk mengecat semua ini, “ timpal Arya, kali ini beralih pada daging panggang, yang kelihatannya seperti ayam atau sejenisnya.
Adikku ini memang benar-benar bodoh, dia masih juga belum menyadari bahwa semua itu bukan dicat dengan emas, tapi adalah emas beneran.
“ Kamu ini bego banget, deh. Keturunan siapa sih kamu, Ya ? itu bukan dicat, tapi itu adalah emas beneran, semua yang ada disini terbuat dari emas ! “ jelasku sebal. Arya tiba-tiba terbatuk-batuk, dan menarik tanganku kasar,
“ Ini semua dari emas, Kak ? “ tanya dia tak percaya, tapi aku sempat melihat tangannya yang sedang memegang
sendok masuk kedalam kantong celananya, dasar !
“ Arya, kembalikan sendok itu ! kamu bikin malu kakak saja ! “ bentakku tapi cukup pelan. Dengan bersungut-sungut Arya mengeluarkan tangannya dari kantong. Untung saja tak dilihat oleh Annamaya dan Intipalla.
Ternyata makanan mereka benar-benar lezat. Aku sangat menikmati masakan semacam sup makaroni, tapi isinya kacang-kacang dengan potongan-potongan seperti daging yang entah apa itu, tapi yang pasti rasanya gurih dan enak.
“ Ini sup yang terbuat dari apa, Inti ? “ tanyaku sambil mengunyah potongan-potongan gurih itu.
“ Oh, itu adalah sup kami yang paling terkenal, terbuat dari kacang semak liar, dan kecoak yang digoreng bersama dengan madu semut merah dan juga semut merahnya, “ Intipalla menerangkan, sambil mengangsurkan sepiring sayur, yang sepintas kelihatannya seperti getuk.
Mulutku tiba-tiba terasa susah untuk mengunyah. Ada yang bergerak-gerak dalam perutku, sepertinya mau
naik ke tenggorokan. Tuhan...yang sedang kumakan ini adalah sekumpulan kecoak dan semut merah, menjijikkan.
Kupaksakan diriku untuk menelan semua yang ada dalam perutku. Aku jadi merasa seperti sedang bermain
dalam acara Fear Factor, dimana ada satu sesi peserta harus memakan bagian dari binatang-binatang menjijikkan.
Dalam hati aku bertanya, dimana semua kentang dan jenis kacang-kacangan, yang menurut sejarah katanya
dibudidayakan pertama kali didunia salah satunya oleh bangsa Inca ? aku mulai ragu dengan keterangan sejarah tentang bangsa Inca dan kentang mereka itu, sebab tak ada satupun dari makanan-makanan itu yang ada disini.
“ Bagaimana rasanya ? enak ? “ Annamaya bertanya, untungnya pada Arya, bukan padaku. Kujelaskan pada Arya
apa yang ditanyakan Annamaya, dan Arya mengangkat 2 jempolnya, sambil menyendok sup itu lagi.
Dia kelihatannya benar-benar menikmati masakan diatas meja itu. Aku sendiri langsung kehilangan selera makanku, dan tak berani sembarangan menyendok.
Setelah pura-pura bertanya tentang makanan-makanan yang ada diatas meja itu, aku memilih untuk tidak menyinggung perasaan tuan rumah, dengan hanya memakan tumis daun-daunan, yang hanya Tuhan yang tahu itu daun apa, juga salad buah dan sepotong daging burung Rajawali.
Daripada harus memakan perkedel cacing tanah yang kulihat sangat dinikmati oleh adikku, atau masakan semacam sambal yang katanya terbuat dari dendeng daging tipis ulat bulu. Memangnya ulat bulu punya daging ? ada-ada saja. Kupikir, Arya itu bukan hanya bego, tapi indera perasa-nya juga sudah tak berfungsi lagi!
(BERSAMBUNG)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Je Moeljani
Annyeong👋👋👋
✓mampir
✓5 like
Sukses selalu buat kakak Author yang keren ini❤️❤️❤️
Jangan lupa dukung karyaku ya..
From 'Hope for Happy Ending'
2021-02-09
1
Melina
ih...
mkn kecoa,ulat bulu,cacing..
2021-02-04
2
Sandi Tamansa
❤❤❤
2021-01-12
2