Dia tahu tentang hal itu ! Betapa memalukannya situasi sekarang ini. Aku yakin, mukaku kini mirip dengan kepiting rebus. Merah.
“ Kak Aning, sakit ya ? atau kepanasan ? mukanya kok merah banget gitu.. “ Arya menatapku prihatin. Benar kan tebakanku ?
“ Aning, kamu nggak usah malu, aku suka kok dengan pikiran-pikiran kamu yang mengutarakan pendapatmu tentang aku, “ tau-tau Intipalla sudah berada disampingku,dan berbisik ditelinga kiriku.
Aduh Mama...keluarkan aku dari situasi seperti ini...aku malu sekali..jeritku dalam hati, tapi langsung berhenti, saat melihat Intipalla yang tak dapat lagi menahan tawanya. Dia benar-benar bisa membaca isi hati dan pikiran orang ! Luar biasa...
“ Kak, si Intipalla kenapa sih ? memangnya ada yang lucu dalam percakapan kalian berdua ? kok cuma dia doang yang ketawa ? “ selidik Arya, heran melihat Intipalla yang tertawa terbahak-bahak. Aku sendiri tak mampu untuk bersuara.
Setelah berjalan beberapa saat, akhirnya kami berempat tiba didepan pintu piramida sisi yang satunya, tempat kediaman Raja dan Ratu suku itu, kedua orangtua Intipalla. Aku mulai cemas lagi. Kedua tanganku tiba-tiba berubah menjadi seperti es dan berkeringat dingin.
“ Anna, sebelum masuk, bilang dong padaku bagaimana cara dan tata krama suku Inca ketika menghadap Raja dan Ratu kalian, “ pintaku cemas.
Bagaimana kalau aku atau Arya berbuat kesalahan, lalu mereka marah pada kami ?
“ Kalau mereka lagi berada diruang keluarga, kalian bisa masuk begitu saja, tetapi setelah sampai dihadapan Raja atau Ratu, harus membungkuk seperti ini, “ Annamaya berhenti, lalu memperagakan gaya membungkuk seperti orang Jepang. Lalu gadis itu melanjutkan les tata krama kilatnya,
“ Tetapi, kalau mereka berdua lagi berada diruang tahta bersama dengan pembesar-pembesar suku kami yang lainnya, itu artinya kalian harus masuk dulu keruang pakaian, untuk mengganti pakaian kalian dengan pakaian seremoni bangsa kami. “ Aku mengangguk-angguk mengerti.
Segera kujelaskan pada Arya, semua yang telah diterangkan oleh Annamaya tadi. Saking gugupnya, lebih dari 3 kali aku mengulang-ulang pada adikku itu, agar dia tidak berbuat salah, dan mencelakakan kami berdua.
“ Kak Aning, biarpun aku otak keledai seperti katamu, tapi kalau cuma penjelasan-penjelasan semacam itu, cukup sekali saja, aku sudah mengerti, kok, “ Arya menatapku dengan pandangan sebal.
Suasana semakin terasa mencekam bagiku, saat kami sudah mulai memasuki pintu berat yang terbuat dari emas itu. Aku jadi takut sekali. Intipalla rupanya tahu akan hal itu, karena tiba-tiba saja, dia sudah berada disampingku, dan meremas tanganku lembut.
“ Kamu nggak usah takut, orangtuaku bukan kanibal, kok, “ candanya, mungkin berusaha untuk menghilangkan
rasa gugupku. Aku hanya tersenyum padanya, tanpa mampu untuk bersuara apa-apa. Tapi, jujur setelah ucapannya itu, aku jadi sedikit agak tenang. Aku heran melihat Arya, sekaligus merasa iri padanya, dia kelihatan tak takut dan begitu tenang.
Adikku itu adalah tipe orang yang seperti tak memiliki masalah apa-apa dalam hidupnya. Dia kelihatan cool sekali. Atau saking bego-nya, dia tak sadar kalau kami akan bertemu dengan orang yang sangat penting ?
“ Ya, kamu kelihatannya tenang banget, nggak gugup mau ketemu Raja dan Ratu ya ? “ bisikku pelan, dia
hanya menggelengkan kepalanya, sambil menjawab dengan gayanya yang khas, cuek bebek.
“ Tidak, aku baru akan merasa gugup, kalau aku mau ketemuan sama Amanda Manoppo, gilaa...dia itu cakep banget, Kak, sudah pasti aku akan merasa sangat gugup ! “ WAH !
Melihat Intipalla, pengawal-pengawal yang berjaga dipintu itu mengijinkan kami masuk, setelah dia membungkuk dalam pada Intipalla. Lagi-lagi, kami disuguhi pemandangan spektakuler. Isi piramida sisi yang satu ini jauh lebih menarik bila dibandingkan dengan yang lainnya. Memang semuanya menarik, bagaimana mungkin sebuah tempat yang memiliki begitu banyak emas murni sebagai dekorasinya dibilang tidak menarik ?
Tetapi ruangan dalam piramida tempat orangtua Intipalla tinggal ini, jauh lebih menarik. Begitu kami masuk, disisi kiri dan kanan lorong besar dan tinggi, seperti katedral-katedral di Eropa sana, berjejer patung-patung emas berukuran besar, yang berlainan modelnya.
“ Patung-patung ini adalah patung dewa-dewi penjaga bangsa kami, “ lagi-lagi Intipalla menjawab pertanyaan yang belum juga keluar dari mulutku.
“ Wuih...gede banget patungnya, pasti mahal kalau dijual, ya ?! “ decak Arya terkagum-kagum.
Dia memang tak pernah mengerti nilai historis dari sebuah benda. Bagaimana anak itu bisa mengerti ? nilai sejarah disetiap raportnya saja tak pernah menyentuh angka enam, selalu dibawah angka itu. Hanya sedikit sekali yang dia tahu tentang sejarah dunia.
Dulu, dalam suatu percakapan, aku pernah bilang padanya, bahwa Pablo Picasso itu sangat hebat. Dia malah bertanya padaku, memangnya Pablo Picasso itu sudah berapa kali juara Grand Prix, dan
hebat mana Pablo Picasso sama Valentino Rossi ? ampun !
Pernah juga, kejadian disekolah Arya. Waktu ulangan, ada pertanyaan tentang siapa dan apa yang dilakukan oleh Jenghis Khan, sehingga dia menjadi sangat terkenal dimata dunia. Mama sama Papa sampai dipanggil oleh kepala sekolah.
Bagaimana tidak, adikku itu menjawab dalam kertas ulangannya : “ Jenghis Khan adalah seorang aktor Bollywood yang sangat terkenal. Pernah masuk dalam nominasi Oscar, dan sudah memiliki film yang sangat banyak sekali di
India. Karena itu, Jenghis Khan sangat terkenal sampai keseluruh pelosok-pelosok negeri didunia. “ Sekali lagi bisa kuulangi, Arya memang adalah produk kesalahan genetik dari Papa dan mama.
Guru mata pelajaran mengira bahwa adikku itu hanya bermain-main, dan memutuskan untuk melaporkannya pada kepala sekolah, yang lalu mengirimkan surat panggilan untuk memanggil Papa dan Mama agar menghadap ke sekolah Arya. Kedua orangtua kami itu malunya bukan kepalang. Katanya, Arya sudah merusak reputasi keluarga kami, yang dikenal sebagai keluarga jenius dimata umum. Tapi saat ditanyai, Arya malah marah-marah sama kepala sekolahnya, katanya ;
“ Bapak tahu apa tentang dunia perfilman ? kalau bapak tidak percaya sama saya, saya bisa menjelaskan apa-apa saja film yang dibintangi oleh Jenghis Khan ! “
Belum pernah kulihat Papa dan Mama berantem sampai sambil teriak-teriak, biasanya cuma Mama yang punya hobi marah-marah, dan Papa diam, menjadi pendengar yang setia.
Saat pulang kerumah, mereka berdua saling teriak, menuduh masing-masing membawa gen ‘idiot’ yang diturunkan pada Arya. Sedangkan adikku itu, dia terlihat sangat santai, seperti tak peduli dengan apa
yang terjadi.
Satu-satunya hal yang membuat Arya agak terlihat otaknya itu bisa dipakai, dia itu jago ngomong Inggris. Bagaimana nggak bisa ? sepanjang malam dia selalu menghabiskan waktunya dengan chatting dengan semua gadis-gadis dari berbagai penjuru dunia, hingga suatu hari dia bahkan liburan ke Inggris, ikut dengan Papa yang kala itu mengikuti konferensi Arkeologi disana, hanya untuk bertemu dengan seorang gadis Inggris bernama Rebecca.
“ Kalian tak perlu mengganti pakaian, kata pengawal kami, kedua orangtuaku sedang beristirahat diruang keluarga, jadi kita bisa segera masuk.” Intipalla berbalik kearah kami, setelah berbicara dengan salah seorang pengawalnya, mengagetkan aku dari acara melamunku.
Ada satu hal yang menarik perhatianku. Saat kami melintasi sebuah sudut, didinding ada sebuah jam dinding besar. Modelnya seperti matahari, dan memiliki angka serta nomor seperti jam kebanyakan yang bisa kita lihat pada
jaman sekarang. Dan setelah kuperhatikan baik-baik, itu memang adalah sebuah jam. Yang membuatku terkejut adalah, jam itu sudah menunjukkan pukul 13 lewat 35 menit. Artinya aku dan adikku sudah 9 jam lebih tidak berada di perkemahan. Pasti mereka semua kuatir dan sedang mencari aku dan Arya.
“ Ya, Papa sama Mama pasti sedang kebingungan mencari kita berdua, kita sudah sejak subuh tadi tidak berada di perkemahan, “ ujarku agak sedikit resah pada adikku.
Saat mendengar ucapanku, Arya yang biasanya sangat cool itu juga menjadi bingung, bisa kulihat dari raut wajahnya. Dia hanya menganggukkan kepalanya padaku tanpa mengatakan apa-apa.
Akhirnya tiba juga kami dipintu ruang masuk keluarga, setidaknya itulah yang diungkapkan oleh Annamaya
padaku lewat anggukan kepalanya. Aku menunggu apa yang hendak dilakukan oleh kedua teman baru kami itu.
Intipalla lalu masuk lebih dulu, sambil menutup pintu dibelakangnya. Setelah mendengar gumaman dalam bahasa Inca dibalik pintu, terdengar derit pintu dibuka kembali, dan pemuda itu keluar sambil mempersilahkan kami masuk.
(BERSAMBUNG)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Sandi Tamansa
❤❤❤👏🏻
2021-01-14
2