Arini membuka pintu apartemennya dan masuk dengan gontai. Ia segera menuju kamarnya dan mencari salep di dalam laci kecil. Namun ia tidak menemukan barang yang ia cari. Arini mendengus pelan dan berbaring di atas ranjangnya.
Tiba-tiba air matanya menetes begitu saja. Kenapa ia tidak bisa hidup seperti mereka. Hidup dalam kedamaian dan kecukupan. Arini merasa lelah dengan beban hidupnya selama ini. Ia malu kepada keluarganya, sudah tinggi-tinggi menuntut ilmu namun masih seperti ini saja. Arini merasa tidak ada kemajuan sama sekali.
Jika ada pekerjaan yang lain lagi, Arini akan memilih pekerjaan itu dan tidak akan pernah menginjakkan kakinya lagi untuk bekerja di perusahaan. Hanya ini satu-satunya harapan Arini. Lingkungan kerja sekarang sama sekali tidak cocok dengannya.
Kenapa Arini begitu dibenci. Sebenarnya apa salahnya. Bahkan Arini tidak pernah mengusik kehidupan orang lain. Tetapi mengapa banyak yang benci dan tidak suka padanya. Demi kebutuhan hariannya, ia harus rela bekerja yang isinya dimaki dan dimarahi.
Arini mengusap air matanya. Ini yang selalu ia lakukan saat dirinya merasa lelah dengan jalan hidupnya. Hanya air mata ini yang mampu mewakili kesedihannya.
Arini bangkit lalu berjalan di dekat almari. Mengambil baju ganti dan segera menuju ke kamar mandi. Setelah selesai, Arini keluar dan kini berada di dapur. Tadi Arini belum sempat membeli makanan diluar karena buru-buru untuk pulang.
Tok tok tok
Aktivitas Arini terhenti saat mendengar pintunya diketuk. Arini menoleh dan bertanya-tanya. Arini tidak punya janji dengan siapapun. Siapa yang datang malam-malam seperti ini.
Tok tok tok
Pintu kembali diketuk. Arini melangkah menuju pintu dan membukanya. Betapa terkejutnya ia saat mendapati yang di depannya ini adalah Reyhan. Direktur tempat ia bekerja.
"Pa-pak Reyhan?" Ucap Arini dan menutup mulutnya yang menganga. Seraya tak percaya Reyhan ada dihadapannya.
Reyhan tersenyum manis melihat tingkah Arini.
"Pak Reyhan kenapa ke sini?" Tanya Arini semakin penasaran. Arini saat ini benar-benar gugup.
"Apa aku boleh masuk? Sebentar saja." Ujar Reyhan dan tak menanggapi pertanyaan Arini barusan.
"Eh, iya pak. Tapi...." Ucap Arini menggantung.
Reyhan mengernyitkan dahinya. Menunggu kalimat selanjutnya yang akan diucapkan Arini.
"Ah, tidak apa-apa. Silakan masuk pak." Ucap Arini canggung. Ia mempersilakan Reyhan untuk masuk. Sebenarnya ia takut, ini pertama kalinya ia menerima tamu seorang laki-laki. Arini ingin menolak, namun ia tidak enak dengan Reyhan.
Reyhan mengedarkan pandangannya menyusuri setiap sudut apartemen Arini. Ini terlalu buruk, apartemen yang menurutnya jauh dari kata nyaman.
"Oh iya, pak Reyhan tadi ada perlu apa ya." Tanya Arini saat mereka sudah duduk di sofa.
Reyhan menaruh kantung plastik yang berisi obat dan makanan. Reyhan sengaja melakukan ini karena ia merasa bersalah atas kejadian tadi siang.
"Mmm.. Saya hanya ingin meminta maaf soal tadi siang." Jawab Reyhan pelan.
"Tidak perlu repot-repot datang ke sini pak. Saya sudah lebih baik kok." Balas Arini dan ia tersenyum tipis.
Suasana tiba-tiba hening. Antara Reyhan maupun Arini hanya diam tak bersua. Keduanya belum sedekat itu untuk saling mengobrol satu sama lain.
Reyhan mengulurkan tangannya. Arini hanya melihat Reyhan dengan bingung. Arini tidak tahu maksud Reyhan. Reyhan tersenyum dan menarik tangan Arini. Ia segera mengoleskan salep ke tangan Arini. Reyhan juga meniup-niup dengan pelan saat mengoleskan salepnya.
Arini merasa malu dan gugup diperlakukan seperti ini. Pipinya merona karena menahan malu. Arini tak berani menatap Reyhan secara langsung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Sur Yani
cieeee😅😅😅
2021-01-16
0
Tiur Simamora
cieeee
2020-12-24
4
Atieh Natalia
lanjut
2020-12-23
4