Saat ini Arini sedang berada di kantin. Apalagi kalau bukan menyuapi Zian yang sekarang berada di pangkuannya. Arini menyuapi Zian dengan telaten.
Arini nampak gusar. Pasalnya, sejak ia meninggalkan ruangan Reyhan, ia belum bertemu Reyhan lagi. Sesekali Arini mengedarkan pandangannya siapa tahu melihat Reyhan yang mencarinya. Eh, maksudnya mencari anaknya.
"Duh, pak Reyhan marah lagi gak ya kalau aku belum berada di tempat kerjaku. Bagaimana ini, kalau aku tinggalkan anaknya di sini, pasti pak Reyhan akan tambah marah lagi." Gumam Arini gelisah.
Setelah bergelut dengan pikirannya, Arini memutuskan untuk segera ke ruangan Reyhan. Masa bodoh jika Reyhan belum kelar dengan urusannya dengan wanita yang ia temui tadi pagi.
Setelah selesai menyuapi Zian, Arini mengemas bekalnya lagi dan segera menuju ruangan Reyhan.
Di ruang rapat, Reyhan tak bisa fokus dengan pekerjaannya. Reyhan terlihat khawatir sejak kedatangan Clara. Pikirannya tak hentinya berpikir bagaimana jika Clara berbuat nekat dan membawa Zian pergi darinya. Bahkan sekarang Reyhan tak menyimak rapat dengan baik. Reyhan melamun dan membuat beberapa orang yang hadir di sana nampak gelisah.
Soni yang mengetahui keadaan ini langsung menepuk pelan bahu Reyhan. Berharap agar Reyhan tersadar dari pikirannya. Reyhan terkejut dan menatap semua orang yang saat ini sedang memperhatikannya. Reyhan terdiam beberapa detik.
"Kalian lanjutkan saja rapatnya. Nanti hasilnya bawa ke ruangan saya. Nov, kamu handle rapat hari ini." Ujar Reyhan datar dan kini ia berdiri dan melangkah keluar ruangan.
Novi menatap Reyhan dengan sedikit panik. Ia tahu alasan dibalik semua ini. Tak lain adalah kehadiran Clara tadi pagi. Novi melanjutkan memimpin rapat hari ini. Ia sudah sering dipercayakan oleh Reyhan menangani masalah seperti ini. Jadi, ia sudah terbiasa jika harus menggantikan Reyhan secara tiba-tiba.
"Kamu kenapa Rey? Sepertinya banyak masalah?" Tanya Soni yang sudah berada di samping Reyhan.
"Tadi Clara datang ke kantor. Dia menanyakan Zian. Aku takut jika Clara berani bertindak lebih." Ujar Reyhan kepada Soni. Soni mengernyitkan dahinya.
Soni tahu betul soal kehidupan Reyhan. Karena ia asisten sekaligus sahabat Reyhan. Soni tak habis pikir, Clara masih berani mengganggu Reyhan.
"Aku mau sendiri. Jangan ganggu dulu. Jika ada masalah terkait kantor aku serahkan kepadamu." Ujar Reyhan saat berada di depan pintu ruangannya. Kini ia lupa bahwa ia mengajak Zian ke kantornya tadi pagi.
Soni membukakan pintunya dan membiarkan Reyhan masuk ke dalam. Lalu ia menutup kembali pintu tersebut. Soni membalikkan tubuhnya dan saat ini Arini tepat berdiri didepannya dengan menggendong Zian.
"Loh, Arini? Kamu kenapa bisa sama Zian?" Tanya Soni penasaran.
"Mmm.. Ini, tadi saya disuruh pak Reyhan untuk membawa Zian keluar sebentar." Jawab Arini dan kini menundukkan wajahnya.
"Pak Reyhan ada di dalam?" Tanya Arini hati-hati.
"Ada, tapi dia tidak ingin diganggu dulu. Oh iya, sini biar Zian sama saya saja." Ucap Soni sambil mengambil alih Zian dari gendongan Arini.
Arini mengangguk dan menyerahkan Zian kepada Soni. Soni melangkah pergi dari sana dan Arini menuju mejanya. Tentunya sedari tadi ia mendapat tatapan tak mengenakkan dari rekan kerjanya. Namun Arini memilih mengabaikan itu semua.
Entah kenapa Arini berinisiatif membuatkan Reyhan secangkir kopi. Katanya ketika dalam suasana hati yang buruk, kopi adalah yang paling pas untuk menenangkan pikiran. Itu menurut pengalaman Arini. Arini menuju pantry dan menyeduh secangkir kopi hitam. Setelah selesai, Arini beranjak ingin masuk ke dalam ruangan Reyhan.
Arini mengetuk pintunya namun tidak ada sahutan dari dalam. Arini mengetuk lagi, namun tetap sama. Arini sempat ragu, setelah berpikir sejenak ia memberanikan diri membuka langsung pintu tersebut dan masuk ke dalam.
Di dalam, Arini melihat Reyhan yang duduk di sofa dan menunduk sambil memegangi kepalanya. Entah kenapa Arini merasa kasihan melihat Reyhan yang seperti ini. Arini melangkah pelan hingga berada di samping Reyhan. Ia bersimpuh di lantai dan mengarahkan pandangannya ke Reyhan.
Reyhan yang merasa ada seseorang yang masuk merasa terganggu. Ia belum beralih dari posisinya.
"Jangan ganggu saya. Keluar!" Ujar Reyhan yang masih menunduk.
"Maaf pak Reyhan, ini saya buatkan kopi untuk bapak." Jawab Arini gugup.
Reyhan merasa kesal karena perintahnya tidak didengarkan. Reyhan menepis cangkir kopi tersebut sehingga tumpah dan mengenai tangan Arini.
Prang
Suara cangkir kopi yang jatuh akibat ulah Reyhan. Arini terkejut dan takut. Arini segera mundur dan membereskan pecahan cangkir tersebut. Reyhan menatap dan ingin tahu siapa yang berani mengganggunya. Reyhan terkejut saat mendapati Arini yang sedang membersihkan serpihan cangkir sambil menahan rasa sakit ditangannya.
"Arini. Kenapa kamu kesini?" Tanya Reyhan dan ia mengernyitkan dahinya.
"Saya hanya ingin mengantar kopi ini untuk bapak. Tapi maaf jika saya mengganggu pak Reyhan." Jawab Arini gugup dan tidak berani menatap Reyhan secara langsung.
Reyhan merasa bersalah, tidak seharusnya bersikap kasar seperti ini. Pasti Arini sangat ketakutan saat ini.
"Sini, biar saya lihat lukanya." Ucap Reyhan dan menepuk sofa agar Arini duduk di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Egha
lanjut baca lagi
2021-05-18
1
Ernii Erni
makin penasaran...
2020-02-09
10