"Maaf pak." Hanya kata itu yang lolos dari ucapanku.
Aku segera keluar dan membenahi berkas itu lagi.
"Rey, kenapa kamu belum siap-siap? Bukankah kita akan mengadakan rapat hari ini?" Tanya Novi yang sudah memasuki ruangan Reyhan.
"Iya sebentar lagi." Jawabnya dengan malas.
"Hei, apa ini! Kenapa berkasnya seperti ini? Rey, jangan bilang ini adalah hasil dari sekretaris barumu itu?" Tanya Novi menyelidik.
Reyhan hanya terdiam dan memijat pelipisnya. Hari ini sungguh kacau.
"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan." Balas Reyhan dan dengan sikap yang sama, malas.
"Kalau dia tidak bisa bekerja dengan baik, kenapa juga masih dipekerjakan disini. Rey, ini bukan permainan oke? Kamu nggak bisa asal menerima karyawan baru, apalagi sekretaris." Kini amarah Novi memuncak.
Dan bertepatan dengan itu, aku membuka pintu ruangan dan perlahan masuk menghampiri mereka. Aku menyerahkan kembali berkas yang sudah kuperbaiki untuk ketiga kalinya. Namun belum sempat mendarat diatas meja, Novi sudah merebut berkas tersebut.
"Hei, kau ini pernah sekolah gak sih. Menyusun berkas seperti ini saja kamu nggak bisa hah! Aku heran kenapa kamu masih bisa diterima kerja disini." Bukan pak Reyhan namun Novi yang gantian memarahiku. Melempar lembaran kertas tersebut kepadaku dan mengenai wajahku. Ya, wajar saja jika mereka marah. Aku juga belum punya pengalaman di bidang ini. Bagaimana bisa aku langsung paham begitu saja.
"Sudahlah, jangan teriak-teriak. Mungkin dia sedang gugup." Bela pak Reyhan.
"Tidak bisa Rey! Kamu harus pecat dia. Jelas-jelas dia ini bodoh. Menyusun berkas yang begitu mudah saja tidak bisa!" Ucap Novi sambil menunjuk kearahku.
"Bagaimana dengan rapat kita hari ini. Semua ini kacau gara-gara sekretaris barumu ini, heh!" Lanjutnya lagi.
"Nov, kau bilang sama mereka rapat hari ini kita tunda. Cepat pergilah dan beritahu mereka. Dan kau! Jangan meninggalkan ruangan ini terlebih dahulu." Ucap pak Reyhan. Novi berdecak kesal, sebelum melangkahkan kakinya ia menatapku dengan sinis. Mungkin ia sangat membenciku saat ini.
Pak Reyhan berjalan mendekatiku. Menatapku dengan sinis. Aku menundukkan kepalaku agar tatapan kami tidak bertemu. Sungguh, aku ingin menangis sekarang.
"Katakan padaku! Hukuman apa yang pantas saya berikan padamu. Orang yang telah mengacaukan jadwal saya hari ini." Ucapnya pelan namun tegas. Membuat orang merinding jika langsung mendengarnya.
"Apa saja pak, yang terpenting jangan pecat saya. Saya sangat butuh pekerjaan ini." Ucapku memelas. Berharap pak Reyhan memaklumiku.
"Hahahahahahaha.." Pak Reyhan menertawakanku. Aku semakin takut dan gugup.
"Kau ini bodoh atau apa hah! Kau kerja saja tidak becus. Mengapa saya masih harus mempertahankanmu bekerja disini. Pantas saja, diluar sana tidak ada yang menerimamu bekerja. Menangani hal sepele seperti ini saja kamu tidak bisa." Pak Reyhan memarahiku habis-habisan. Bahkan sampai mengataiku bodoh. Aku mencengkram ujung bajuku dan menggigit bibir bawahku. Agar tangis ini tak pecah dihadapan pak Reyhan.
"Pak saya mohon. Saya benar-benar butuh pekerjaan ini. Saya janji saya akan belajar lagi. Saya tidak akan mengecewakan bapak. Tapi saya mohon jangan pecat saya." Aku bersimpuh dihadapannya. Memeluk kakinya erat. Tidak peduli lagi dengan harga diriku. Pak Reyhan melepas kasar diriku. Aku tergeletak di lantai.
"Jangan pernah sentuh saya dengan tangan kotormu itu!" Kini pak Reyhan semakin marah.
"Pak, beri saya kesempatan lagi. Saya mohon." Kekehku memohon agar pak Reyhan tidak memecatku.
"Maaf, perusahaan saya tidak bisa menerima orang sepertimu. Saya tidak punya banyak waktu untuk bermain-main dengan Anda." Ucap Reyhan dengan angkuhnya. Bahkan saat mengucapkan kalimat itu, dirinya tidak memandangku sama sekali.
"Tidak, aku tidak bisa membiarkan diriku dipecat begitu saja. Tapi apa yang harus aku lakukan." Batinku yang semakin panik dan takut.
"Maaf, telah merepotkanmu hari ini. Silakan pergi, pintu keluar disebelah sana." Ucap Reyhan datar. Menunjuk pintu ruangan ini.
Hiks hiks hiks
Akhirnya, air mataku tak dapat aku tahan lagi. Belum sehari aku bekerja, namun aku sudah dipecat?
"Sial! kenapa melihatnya menangis seperti ini aku jadi tidak tega dengannya. Rasanya aku ingin merengkuhnya dan melindunginya." Batin Reyhan yang seakan hatinya terasa sakit jika melihat gadis di depannya ini menangis.
"Pak.." Pintaku yang masih menangis.
Aku mendengar pak Reyhan berdecak kesal. Aku berharap ia masih punya hati nurani sedikit saja kepadaku.
"Satu minggu. Jika kau tidak bisa beradaptasi dan mengerjakan pekerjaanmu dengan benar, maaf saya tidak bisa memberikan toleransi lagi." Ucapnya dengan dingin dan berjalan meninggalkan ruangan.
Aku langsung menatapnya saat mendengar ucapan pak Reyhan. Aku pasti bisa! aku segera mengusap air mataku dan berjalan menuju meja kerjaku. Mempelajari semua dokumen sebaik mungkin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Yuu Neera
yg ogeb mah yg nrima arini.. udh tau bukan jurusannya mlh ditrima hahahahha
2021-10-03
0
Priskha
aneh jurusan bhs indonesia kok jd sekretaris ya maklumlah klau ndak bs apalagi ndak ada yg ngajari, ndak masuk akal bgt
2021-05-20
0
Egha
aku terharu
2021-05-18
0