Arini saat ini berada di meja kerjanya. Sebenarnya pipinya sakit akibat tamparan tadi dan juga tangannya. Namun Arini tahan, ia tidak ingin terlihat lemah.
Arini membuka komputernya dan mengerjakan laporan yang kemarin Soni minta. Arini berusaha mengalihkan perhatiannya.
Setelah beberapa saat, Novi keluar dan menatap Arini. Novi melangkah dengan ragu menghampiri Arini. Arini yang mengetahui kedatangan Novi sontak berdiri.
"Gue minta maaf!" Ucap Novi dengan acuh.
"Kalau bukan atas permintaan Reyhan, gue gak akan sudi minta maaf sama lo!" Batin Novi kesal.
"Tidak apa-apa mbak. Saya juga minta maaf." Ucap Arini lembut dan tersenyum tipis.
"Cih, lihat dia. Masih bisa tersenyum seperti itu!" Gumam Novi yang semakin kesal.
Novi segera pergi dari sana. Dia tidak ingin berlama-lama berada di sana. Arini kembali duduk dan menyelesaikan laporannya.
Reyhan keluar ruangannya dengan pelan. Diam-diam memperhatikan Arini yang sedang fokus mengetik sesuatu yang Reyhan tidak tahu. Entah karena apa, tanpa sadar Reyhan tersenyum melihat Arini yang sedang serius seperti itu.
"Walaupun merasa kesakitan, kamu masih bisa profesional dalam bekerja ya. Meskipun kamu lambat dalam hal pekerjaan, tapi kamu tidak pernah mengeluh. Aku kagum dengan sikap kamu yang dewasa seperti ini." Batin Reyhan yang masih senyum-senyum sendiri memperhatikan Arini.
Reyhan berjalan menuju lift. Menuju ruang tunggu. Karena Zian berada di sana. Reyhan sampai lupa jika Zian ia bawa ke kantornya. Kalau bukan karena Soni yang meneleponnya tadi.
Arini menghela napasnya dengan pelan. Sedikit lagi laporan yang diminta Soni kemarin akan selesai. Arini berhenti sejenak. Memandangi tangannya yang sedikit melepuh karena insiden tadi. Pipinya juga sedikit nyeri. Ia bahkan tidak berani izin pulang. Ia memilih beristirahat di mejanya saja.
Hari menjelang sore. Semua karyawan sudah berhamburan pulang. Arini juga sudah mengemas barangnya dan ingin segera pulang. Namun sebelum itu, ia harus memberikan laporan yang sudah ia buat tadi kepada Soni. Semoga kali ini ia tidak membuat masalah lagi.
"Pak Soni! Ini laporan yang bapak minta kemarin." Ujar Arini dan menyodorkan map ke Soni. Soni memeriksa sekilas dan manggut-manggut.
"Oke, ini akan saya cek nanti kalau sudah di rumah ya. Terima kasih sudah menyelesaikan laporannya." Ucap Soni dan ia tersenyum ke arah Arini. Soni mengernyitkan dahinya ketika melihat ada tanda merah dipipi Arini. Tanpa sengaja tangannya bergerak menyentuh bagian yang merah itu. Arini yang sempat terkejut segera menghindar.
"Kenapa ini?" Tanya Soni yang masih menatap Arini dengan lekat.
"Tidak apa-apa pak. Hanya terbentur pintu saat pergi ke toilet." Dusta Arini.
Soni berpikir keras. Bagaimana bisa Arini terbentur pintu. Dia bukan anak kecil yang polos seperti itu.
"Apa masih sakit?" Tanya Soni lagi. Soni tidak tega melihat Arini yang seperti ini.
Arini menggeleng pelan. Ia tidak ingin membuat Soni khawatir. Arini merasa canggung jika tiba-tiba mendapat perhatian seperti ini.
"Saya permisi dulu pak. Maaf." Ucap Arini menghindar. Arini pergi tanpa menunggu jawaban Soni terlebih dahulu.
Soni semakin curiga dengan sikap Arini barusan. Pasti telah terjadi sesuatu padanya. Tapi Soni tidak ingin ikut campur terlalu dalam. Bagaimanapun itu juga bukan urusannya. Soni melanjutkan langkahnya lagi menuju ruangan Reyhan.
"Soni, kamu sudah datang." Tanya Reyhan yang sudah mendapati Soni berada dalam ruangannya. Soni mengangguk dan duduk disamping Reyhan.
"Apa terjadi sesuatu pada Arini?" Tanya Soni membuka pembicaraan mereka. Rasa penasarannya begitu tinggi. Padahal baru tadi ia meyakinkan diri agar tidak ikut campur tentang masalah Arini.
Reyhan hanya terdiam. Tidak tahu harus memulai cerita dari mana. Tapi yang jelas sekarang ia merasa bersalah kepada Arini.
"Son, kamu antar Zian pulang ya. Nanti bilang sama mama kalau aku ada urusan sebentar." Pinta Reyhan. Soni menatap Reyhan dengan bingung. Urusan apa yang ia tidak ketahui. Padahal hari ini tidak ada jadwal rapat diluar.
"Sudahlah jangan menatapku seperti itu." Ucap Reyhan lagi yang menyadari kebingungan Soni.
"Tolong!" Ucap Reyhan lagi dan menepuk bahu Soni. Reyhan mencium kening Zian sekilas dan mengusap rambutnya.
"Tidak apa kan kalau diantar sama om Soni?" Tanya Reyhan memastikan. Zian hanya mengangguk dengan paham. Reyhan tersenyum dan mengacak pelan rambut anaknya itu. Memang Zian selalu mengerti Reyhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Ernii Erni
makasih udh up byk tpi aku msh kurang thor,pgen cpt2 up lg😁😁
2020-02-10
7