"Ayo, sekarang tidur siang daddy temani." Ucap Reyhan dan membawa Zian ke kamarnya. Reyhan menidurkan Zian dan berbaring disampingnya.
"Daddy.." Panggil Zian yang saat ini berada dipelukan sang ayah.
"Ada apa?" Tanya Reyhan dengan lembut.
"Kenapa daddy marah sama mommy? Bukankah mommy sangat baik pada kita?" Tanya Zian dengan polos.
Reyhan tersenyum mendengar pertanyaan dari anaknya ini. Tetapi ia bingung, bagaimana menjelaskan masalahnya hingga Reyhan sampai sebenci ini kepada mantan istrinya.
"Kenapa tiba-tiba tanya seperti ini? Daddy tidak suka jika Zian membicarakan mommy lagi, mengerti?" Tutur Reyhan hati-hati agar Zian mengerti. Setidaknya mengerti jika Reyhan tidak menyukai kehadiran mommynya di sini.
"Tapi Zian ingin punya mommy seperti anak-anak yang lainnya dad." Pinta Zian lagi.
"Boleh saja, asalkan bukan mommy Clara, pasti daddy akan usahakan untuk kamu." Ucap Reyhan kemudian mencium kening anaknya.
"Benarkah?" Tanya Zian berbinar.
"Apa kamu tidak percaya kepada daddy lagi, hmm?" Ujar Reyhan. Zian tersenyum bahagia dan mencium pipi Reyhan.
"Terima kasih dad." Ucap Zian dengan senang.
"Sekarang kita tidur siang, oke?" Ajak Reyhan dan disambut anggukan oleh Zian.
Reyhan sebenarnya hanya menjawab asal setiap pertanyaan yang diajukan Zian. Karena semenjak perceraiannya, Reyhan tak lagi berpikir untuk menikah lagi. Cukup fokus dengan kerjaan dan buah hatinya ini.
Reyhan ingin yang terbaik untuk anaknya. Ia selama ini juga merasa tanpa kehadiran sosok ibu dan istri ditengah mereka, mereka baik-baik saja. Entah apa yang membuat Zian tiba-tiba menginginkan seorang ibu. Atau mungkin ini adalah rencana mantan istrinya itu, yang setiap satu minggu sekali berkunjung ke rumahnya untuk menemui Zian.
Reyhan tidak pernah melarang Clara bertemu dengan Zian. Bagaimanapun juga, Zian adalah anak kandungnya. Reyhan hanya membatasi waktu berkunjung Clara. Karena Reyhan tidak ingin berurusan dengan wanita yang telah membuat hidupnya hancur berantakan.
***
Disisi lain, Arini menuju kantin untuk makan siang. Ia termenung memikirkan semua ucapan Reyhan padanya tadi. Arini hanya mengaduk-ngaduk makanannya tanpa memakannya. tatapannya kosong dan tak memedulikan keadaan sekitarnya.
"Arini!" Ujar Soni yang sudah duduk di depan Arini. Namun Arini tak menyadari kedatangan Soni.
"Arini?" Panggil Soni dan kini tangannya menyentuh tangan kiri Arini yang diletakkan diatas meja.
"Eh.." Arini tersadar dari lamunannya.
"Pak Soni, maaf pak.. Saya tadi melamun." Ujar Arini dengan panik. Soni tersenyum melihat kepanikan Arini.
"Santai saja, tidak perlu serius seperti itu. Saya hanya ingin mengobrol denganmu, boleh kan?" Ujar Soni.
"I-iya pak, silakan." Jawab Arini dan kini ia menunduk.
"Apa kamu takut dengan pak Reyhan?" Pertanyaan awal yang membuat Soni penasaran bagaimana tanggapan Arini tentang bosnya itu.
"Ah, tidak. Tidak kok. Saya, saya hanya takut sedikit." Jawab Arini dengan gugup. Kini tubuhnya gemetar. Entah apa yang membuatnya takut kali ini. Padahal ini hanya obrolan biasa pada umumnya.
"Sudah saya bilang kan? Tidak perlu seserius itu. Anggap saja saya ini teman kamu. Santai saja." Soni terkekeh, baru kali ini menemui wanita yang gugup saat mengobrol dengan orang lain. Itu terlihat lucu dimata Soni.
"Pak Reyhan itu memang keras orangnya. Tapi jika sudah kenal lama dia tidak segalak itu kok. Dan mengenai pekerjaan ia memang tidak main-main. Tapi kamu tenang saja, saya akan membantumu agar cepat memahami pekerjaanmu sebagai sekretaris." Ujar Soni.
"Semua yang pak Reyhan bilang memang benar. Saya mungkin tidak cocok menduduki posisi ini." Jawab Arini tidak percaya diri.
"Siapa bilang? Asal kamu mau bekerja keras pasti bisa melewati semua ini." Ucap Soni menyemangati.
Soni merasa kasihan melihat Arini dibentak oleh Reyhan, oleh karena itu ia berinisiatif mendekati Arini agar lebih mudah memberikan motivasi dan sedikit pengarahan agar bisa bekerja lebih baik. Walaupun Arini agak lambat dalam hal bekerja, namun Soni memaklumi hal itu. Ya mungkin karena kepribadian Arini yang pemalu dan pendiam yang membuatnya tidak profesional mengerjakan pekerjaannya.
"Kamu bisa bertanya kepadaku kalau ada sesuatu yang belum kamu pahami. Nanti sepulang kerja jangan pulang dulu. Saya ajari semua yang belum kamu pahami." Ucap Soni.
"Terima kasih pak. Maaf merepotkan." Arini tersenyum kepada Soni.
Deg
Tiba-tiba jantung Soni terpacu dengan keras. Hanya melihat senyuman dari Arini sudah membuatnya sedikit gugup dan salah tingkah.
"Sial! Kenapa aku jadi grogi seperti ini sih melihat senyuman Arini." Batin Soni.
"Ya sudah, kalau begitu saya kembali bekerja dulu." Ucap Soni dan kini ia berdiri. Melangkahkan kakinya meninggalkan meja Arini.
Arini merasa senang, ada juga orang yang baik kepadanya. Kali ini ia akan bekerja lebih keras lagi agar bisa menjadi sekretaris yang baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Egha
nah gitu Soni ...jadi teman yg baik buat Arini
2021-05-18
0
Bunga Syakila
matap soni mau membantù arini 👍👍👍
2021-01-11
0
dina Zulaikhah
hti" joni klau suka ma arini nnti bos kmu jd rival kmu
2021-01-07
1