Beberapa warga memutuskan untuk pulang karena hari sudah larut dan besok mereka harus bekerja di ladang. Beberapa warga lagi masih di sana ingin ikut melakukan pencarian terhadap putri papa Sigit.
"Tante..apa Tante tadi sudah ke rumah nenek Sari?" tanya Manda.
"Iya..tapi sepi! memangnya kenapa?" mama Rossi pun khawatir.
"Kasihan kalau nenek Sari mencari kita. Ini kan sudah malam?"jawab Manda.
"Siapa yang kalian bicarakan?" kyai Arifin yang mendengar kata nenek Sari,buru buru masuk ke dalam.
"Nenek Sari biasanya Magrib sudah pulang kerja. Sekarang kami tidak ada di rumah pasti beliau khawatir!" jawab Manda lagi.
"Tapi tadi pagi Raya sudah meninggalkan surat untuk beliau. Pasti nenek Sari sudah membacanya." balas Lily.
" Tunggu..maksud kalian nenek Sari ada di rumah?" tanya kyai Arifin tidak percaya.
"Iya kyai..nenek Sari berangkat kerja pagi hari dan pulang saat adzan Magrib berkumandang" jawab Lily.
"Tapi..nenek Sari sudah menghilang beberapa tahun yang lalu. Kami tidak tau di mana keberadaan beliau." ucap kyai Arifin.
"Apa?" sontak saja semua yang ada di sana terkejut. Terlebih Manda dan Lily yang setiap malam pasti bertemu nenek Sari.
"Tidak mungkin! Kami bertemu nenek Sari setiap hari di rumah!" jawab Manda dan Lily meyakinkan semua orang.
"Kalau begitu kita ke rumah ibu saya kyai..kita mulai mencari Raya dari sana. Bukankah tadi pagi Raya menghilang di rumah?" usul papa Sigit. Kyai Arifin dan warga pun setuju.
"Baiklah!" jawab Kyai Arifin.
Kini semua orang berduyun-duyun ke rumah nenek Sari. Mereka jadi penasaran dengan apa yang dikatakan Lily dan Manda.
Sesampainya di rumah nenek Sari, suasana rumah sangat sepi. Hanya lampu petromax di teras yang menyala.
"Nah lihat kan..hanya nenek Sari yang menyalakan petromax saat pulang kerja. Kami tidak pernah sama sekali. Lagipula kami kan ada di rumah pak kyai sejak tadi siang." jelas Manda.
Semua orang yang ada di sana hanya saling pandang, mereka tidak mampu berkata apa apa lagi. Papa Sigit segera mengajak kyai Arifin masuk ke dalam. Ternyata pintunya tidak di kunci.
"Nenek..kami pulang!" teriak Manda dan Lily bersamaan. Tapi tak ada sahutan. Mereka berdua langsung menuju kamar nenek Sari. Tapi kosong dan masih rapi. Mereka mulai merasakan sebuah keanehan. Tiba-tiba Lily dan Manda merasakan dingin pada tengkuk lehernya. Mereka segera kembali ke depan menemui mama Rossi.
Sementara itu kyai Arifin dan putranya juga Sigit melihat seisi rumah. Mereka membuka semua pintu dan memeriksa semua ruangan yang ada di sana. Namun semua sepi, tak ada tanda-tanda keberadaan nenek Sari.
"Bagaimana pa?" tanya mama Rossi saat papa Sigit dan kyai Arifin kembali ke teras.
"Apa benar kalian bertemu dengan nenek Sari?" tanya kyai Arifin sekali lagi pada Manda dan Lily.
"Benar pak kyai.." jawab mereka berdua. Kyai Arifin tampak berpikir. Beliau memerintahkan putranya untuk mencari tau keberadaan nenek Sari di rumah itu. Namun saat dicoba, putra kyai Arifin yang bernama Ilham itu tidak menemukan keberadaan nenek Sari. Mata batin nya seakan tertutup di rumah tersebut.
"Tidak bisa terbuka Abi.." kata Ilham.
"Bagaimana mungkin?" Kyai Arifin mencoba mencarinya sendiri, namun juga gagal.
"Sepertinya ada yang tidak beres dengan rumah ini!" ucap kyai Arifin. Sejenak mereka yang ada di sana diam tanpa ada yang bersuara.
"Bang Ali!" tiba-tiba saja Manda Ingat dengan Ali. Mungkin Raya bersama Ali karena hanya Ali yang dekat dengan Raya selama di kampung ini. Pikir Manda.
"Apa mungkin memang ada sangkut pautnya sama Ali pak kyai? seperti kisahnya Tata, putrinya pak Somad?" ucap salah seorang warga.
"Kalau begitu panggil Ali kesini!" perintah kyai Arifin pada hansip yang ada di sana.
Beberapa warga akhirnya ramai ramai mendatangi rumah Ali. Mereka tidak berani mendekati rumah Ali sendirian, karena mereka merasakan aura yang tidak bersahabat dari rumah Ali.
Hansip pun mengetuk pintu rumah Ali. Lama tak ada sahutan, mereka mencoba mengetuknya lagi. Tak lama kemudian Ali membukakan pintu, namun orang orang langsung mundur dan diam tak bersuara.
"Ada apa malam malam begini bertamu?" tanya Ali. Orang orang masih diam, malah saling senggol agar ada yang mau ngomong.
"Ada apa?" kata Ali sedikit membentak.
"Itu..kamu diminta menemui kyai Arifin di rumah nenek Sari."akhirnya pak hansip yang membuka suara.
"Rumah nenek Sari? memangnya ada apa?" tanya Ali heran.
"Itu.. Cucunya nenek Sari dari kota tadi pagi menghilang, sampai sekarang belum kembali!" jawab pak hansip.
"Apa?" Ali sangat terkejut mendengar kata pak hansip. Ali segera ke dalam mengambil keris dan diselipkan di bajunya. Warga yang melihatnya menjadi ngeri.
"Ayo berangkat!" teriak Ali yang sudah ada di halaman, sementara orang orang masih bengong di depan pintu rumah Ali. Ali bergegas ke rumah nenek Sari.
Ali sudah sampai di rumah nenek Sari meninggalkan warga yang tadi menjemputnya. Ali melihat Manda dan Lily di sana, berarti memang Raya yang menghilang.
"Ali.. apakah kamu bersama cucu nenek Sari hari ini?" tanya kyai Arifin.
"Hari ini saya tidak bertemu Raya kyai!" jawab Ali menunduk.
"Apa kamu tau kalau cucu nenek Sari menghilang sejak tadi pagi?" tanya kyai Arifin lagi. Ali hanya menggeleng.
"Saya akan mencarinya!" jawab Ali.
"Kemana kamu akan mencarinya malam malam begini?"tanya kyai Arifin. Ali pun hanya diam dan menggeleng.
Ali sama sekali tidak tau jika Raya menghilang sejak pagi. Tak ada yang memberitahunya juga. Apalagi kabar kalau hari ini Raya dan kawan kawannya akan kembali ke kota. Ali menjadi khawatir. Saat pertemuan terakhir dengannya, Raya tidak cerita apapun.
"Siapa Ali?" tanya papa Sigit pada kyai Arifin.
"Dia keturunan terakhir keluarga Hambali. Apa kamu ingat?" jawab kyai Arifin.
"Tidak! memangnya ada apa sebenarnya kyai?" papa Sigit pun penasaran.
"Mereka mendapatkan kutukan jika menikah, maka wanita yang akan menjadi istrinya pasti akan meninggal dan dijadikan tumbal" jawab kyai Arifin.
"Apa? jadi dia keponakannya Agus?" tanya papa Sigit lagi.
"Iya.. kamu ingat juga dengan Agus, Dahlan, Wibowo dan Husen? mereka bersaudara." ucap kyai Arifin.
"Awalnya tidak ingat, jadi ingat lagi gara gara dia!" tunjuk papa Sigit pada mama Rossi. Mama Rossi pun menunduk. Kyai Arifin juga tahu jika dulu mama Rossi pernah bertunangan dengan Agus dan membatalkannya karena tidak ingin menjadi tumbal di keluarga Agus.
Siapa sangka ternyata mama Rossi malah berpaling pada papa Sigit sehingga memicu dendam yang lama terkubur diantara keluarga mereka.
"Tapi itu kan masa lalu kyai, saya pun tidak mempermasalahkannya lagi." ucap papa Sigit.
"Jadi kamu tidak ada dendam dengan keluarga Hambali?" kyai Arifin memperjelas.
"Saya sengaja membawa keluarga saya ke kota agar tidak terjadi pertikaian lebih lanjut, tapi ibu saya menolak ketika saya mengajaknya pindah"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Annisa alma
lanjut thor..........seru banget..klo bisa jangan lama2 dong thor
2021-01-31
2