"Mau kemana mas?" tanya mama Rossy.
"Menjemput anakku lah! kemana Lagi?" papa Sigit pun berlalu. Mama Rossy mengikuti suaminya.
"Ikut!"mama Rossi pun mengambil beberapa baju ganti dan memasukkannya ke dalam koper
"Kamu mau pindahan?" papa Sigit heran melihat istrinya membawa koper segala. Mama Rossi pun hanya senyum.
Dengan cemas papa Sigit melajukan mobilnya menuju kampung halamannya. Tempat kelahirannya yang sudah dia tinggalkan sepuluh tahun yang lalu tanpa sekalipun datang lagi kesana. Padahal di kampung tersebut papa Sigit meninggalkan ibunya yang sudah renta.
Perjalanan menuju kampungnya tidak begitu mulus. Berkali kali papa Sigit terpaksa berhenti karena mobilnya mogok, bahkan pecah ban. Sehingga membuat papa Sigit dan istrinya semakin gelisah.
"Kamu merasa aneh nggak sih, kalau perjalanan kita banyak rintangannya? inilah kenapa aku enggan sekali untuk pulang. Pasti saja terjadi sesuatu!" gerutu papa Sigit.
"Apa kamu selalu mengalami hal ini saat pulang dulu?" tanya mama Rossi penasaran.
"Iya.. dari dulu! Makanya kamu aku ajak ke kota , tapi dulu kamu yang gak mau. Betah banget tinggal di sana padahal kamu bukan orang sana. Sekarang aku tau kamu betah di sana biar bisa melihat Agus kan?" ejek papa Sigit.
"Mana ada? di sana kan masih ada ibu kamu. Aku kasihan jika meninggalkannya sendirian. Dan terbukti kan? Setelah kita tinggal di kota kamu jarang menengok beliau, bahkan telpon saja tidak!" Mama Rossi tidak habis pikir dengan suaminya. Karena sebelum pergi meninggalkan ibunya, papa Sigit pernah berjanji akan sering mengunjungi ibu nya. Tapi nyatanya?
"Bukannya aku tidak pernah telpon. Dulu aku ninggalin ponsel pada ibu sebelum pergi, tapi saat dihubungi tidak pernah tersambung." jawab papa Sigit.
Beberapa waktu setelah pindah ke kota, papa Sigit masih bisa berkomunikasi dengan ibunya melalui ponsel yang dibeli papa Sigit untuk nenek Sari. Namun beberapa waktu lamanya nenek Sari sudah tidak bisa di hubungi lagi. Papa Sigit tidak tau alasannya, karena saat itu papa Sigit sangat disibukkan oleh pekerjaan. Sehingga papa Sigit tidak punya waktu untuk pulang kampung menanyakan kabar ibunya.
Apalagi seperti saat ini yang harus pergi mendadak dan belum ijin jika besok tidak bisa masuk kerja karena ingin mencari putrinya. Papa Sigit saat ini tidak peduli lagi, nanti jika sudah kembali ke kota, baru beliau akan menerima segala konsekuensinya dari perusahaan tempatnya bekerja.
Hari mulai gelap, papa Sigit dan mama Rossy masih jauh dari kampung halamannya. Berkali kali mama Rossi menghubungi ponsel Raya, tapi masih tidak aktif. Begitu juga dengan ponsel milik Lily dan Manda yang tidak bisa dihubungi.
"Bagaimana?" papa Sigit masih konsentrasi dengan kemudinya yang sudah bisa dijalankan.
"Tidak ada yang bisa dihubungi!" jelas mama Rossi.
Papa Sigit dan mama Rossi semakin cemas, apalagi saat ini jalanan yang mereka lalui sangat sepi. Karena gelap, papa Sigit menajamkan penglihatannya.
"Apa masih lama sampainya?" tanya mama Rossi gelisah.
"Harusnya sudah dekat, aku ingat daerah sini!" papa Sigit mengamati jalanan yang memang sudah dikenalnya.
Beberapa menit kemudian, papa Sigit sudah menemukan gapura kampung halamannya. Papa Sigit merasa lega. Beliau segera melajukan mobilnya pelan pelan menyusuri jalan kampung tersebut.
Papa Sigit pun menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah kuno yang terlihat masih terawat. Ya..itu adalah rumah nenek Sari, ibunya. Rumah itu sangat sepi, tapi ada mobil Raya yang terparkir di sana.
"Itu mobil Raya pa.." ucap mama Rossy langsung keluar dari mobil. Papa Sigit pun mengikuti mama Rossi menuju rumah.
"Assalamualaikum.." sapa mama Rossi agak keras.
Sepi tak ada sahutan. Papa Sigit dan mama Rossi kembali mengucap salam, tapi masih saja tak ada yang menjawab. Hingga tak jauh dari mereka berdiri ada dua orang warga yang kebetulan lewat.
"Sigit.. Rossi? apa itu kalian?" tanya salah seorang warga tersebut.
" Iya..ini kami! kami mau menjemput putri kami!" jawab Sigit.
" Tapi putri kamu menghilang sejak tadi pagi. Sekarang kedua temannya ada di rumah kyai Arifin" ucap orang tersebut.
"Tolong antar kami ke sana!" pinta papa Sigit.
"Mari.." dua orang itupun mengantar papa Sigit dan mama Rossi menemui kyai Arifin. Lily dan Manda yang melihat orang tua Raya datang menjadi lega. Mereka berhamburan memeluk mama Rossi.
"Tante maafkan kami..kami tidak tahu dimana Raya berada!" ucap Lily menangis di pelukan mama Rossi.
"Sigit.. akhirnya kamu datang juga! mereka bilang putrimu menghilang saat berkemas tadi pagi." kata kyai Arifin.
"Apa yang sebenarnya terjadi Lily? Manda?" tanya papa Sigit.
"Tadi pagi kami mau kembali ke kota. Setau saya Raya ke mobil memasukkan tas nya. Begitu kami keluar, Raya sudah tidak ada. Kami mencari ke sekitar rumah tapi tidak ketemu sampai sekarang." jawab Manda dalam tangisnya.
Sementara itu di luar rumah kyai Arifin, warga jadi panik karena kedatangan Sigit dan Rossi. Mereka pun tersulut emosi ingin Sigit dan Rossi segera meninggalkan kampung itu. Mereka khawatir jika keberadaan Sigit dan Rossi akan menimbulkan bencana di kampung mereka.
Warga pun ricuh di luaran dan sedang diamankan oleh hansip yang tengah berjaga.
Mama Rossi ketakutan mendengar ocehan para warga di luar sana. Kyai Arifin pun keluar menenangkan warga.
"Apa yang kalian lakukan? kenapa ribut di rumah saya?" kyai Arifin mencoba berdialog dengan warga. Sigit pun bersama kyai Arifin. Sementara mama Rossi masih di dalam karena takut.
"Kami ingin Sigit meninggalkan kampung ini sekarang juga! kami tidak ingin terjadi sesuatu di kampung ini karena kedatangannya!" teriak seorang warga.
"Memangnya apa yang akan terjadi jika Sigit datang ke kampung ini. Ini juga kampungnya, Sigit juga lahir dari kampung sini. Apa hak kalian mengusir di tengah malam begini?" kyai Arifin memberikan penjelasan pada warga agar tidak semakin ricuh.
"Bapak bapak sekalian, saya dan istri minta maaf jika memang kami mempunyai salah. Tapi saya mohon, saya kemari mencari putri kami yang menghilang tadi pagi. Saya mohon kerjasamanya untuk mencari keberadaan putri kami. Saya janji setelah putri kami ditemukan, kami akan Segera kembali ke kota!" papa Sigit pun mengiba. Berharap warga mau mengerti keadaannya dan tidak bertindak anarkis.
"Bapak bapak semuanya saya mohon, mari kita bantu Sigit menemukan putrinya" ucap kyai Arifin.
"Halah..Tidak usah dicari, tunggu saja seminggu nanti juga kembali. Sama seperti anaknya pak Somad yang pernah hilang dulu, iya kan?" kata seorang warga.
"Iya benar! ngapain susah susah nyari? paling juga tidak ketemu!" jawab warga lainnya membenarkan.
"Apa yang terjadi kyai? mengapa mereka bilang seperti itu?"Sigit semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan warga. Kyai Arifin mulai berpikir.
"Bapak bapak semuanya..mohon kerjasamanya, mari kita mulai mencari keberadaan putrinya Sigit bersama sama. Semoga yang anda katakan tidak terjadi dan putrinya Sigit dapat ditemukan dalam keadaan baik baik saja" ucap kyai Arifin.
"Huhu...uuu" warga pun bersorak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Wulan Sari
salahnya raya kenapa musti lari ga tentu arah setelah melihat neneknya meninggal. jadi nyusahin yg lain kan ?
2021-05-16
3