Kinara masih tak mengerti situasi yang sedang berlangsung padanya sekarang, apalagi ia bersama pria sempurna disampingnya.
Ingin rasanya bertanya namun ia urungkan, dan sekilas menatap tuan suho tanpa rasa takut lagi.
Terlihat dari sorot matanya ia masih terlihat marah, kinara ingin memberanikan diri untuk membuka suara namun lagi-lagi rasa takut itu muncul saat mata tajam tuan suho menatap kinara lekat.
"Apa kamu begitu senangnya didekati lelaki?" cetus tuan suho jengkel
"Maksud tuan?" kinara tidak mengerti
"Dua hari yang lalu dicafe pegang-pegangan tangan diatas panggung dengan lelaki, pulang dijemput lelaki juga boncengan naik motor dan sekarang lelaki lain lagi" cetus tuan suho makin jengkel
"Apa tuan mengikuti setiap gerak gerik saya?” kinara tersenyum
"Siapa mereka?" bentak tuan suho
"Mereka bukan siapa-siapa tuan. Yang pertama dipanggung di pria duet saya ketika bernyanyi, kedua itu bapak gojek saya yang memesannya. Dan yang terakhir dia pria tidak penting jadi gak usah dibahas" jelas kinara
"Kenapa gak boleh dibahas? Apa kamu senang membuat saya marah?" tuan muda
"Kenapa anda harus marah tuan?" kinara tidak mengerti
Tuan muda hanya diam dalam kejengkelannya, dengan raut wajah yang tidak bersahabat.
Bahkan ketika anda sedang marah kayak gini saja anda masih terlihat tampan tuan. Dan itu, ekspresi anda lucu sekali tuan, rasanya saya ingin mencubitnya karna gemas. Kinara tersenyum
Tuan muda yang melihat kinara tersenyum saat melihatnya lantas mendekatinya dan mencuri cium dibibir kinara.
Kinara sontak terkejut, dan secara tak sengaja mendorong tubuh tuan muda.
Tubuh tuan muda yang terdorong kebelakang sontak melotot pada kinara. Kinara yang lebih terkejut dengan keberaniannya menutut mulut dengan kedua tangannya.
"Tuan maafkan saya" kinara meminta maaf
"Beraninya kamu mendorong saya?" tuan muda
Aarrr mati aku. Kinara
Tubuh tuan muda mendekati kinara lagi, dam mencium bibir kinara yang kedua kali. Kali ini tuan muda memasang tubuh kuat agar kinara tidak bisa mendorongnya lagi.
"Tuan apa yang an..." tuan muda melumat bibir kinara dan menghentikan kalimatnya. Cukup lama tuan dan kinara menikmati ciuman itu. Tuan muda mengakhiri ciuman dibibir kinara dan beralih menatap wajah kinara lekat-lekat. Kini wajah dua sejolin ini terlihat merah merona dan detak jantung yang berdetak begitu cepat.
"Jangan membuatku cemburu lagi" tuan muda
Kinara yang mendengar ucapan tuan muda tak percaya, seorang pria tampan bahkan presdir perusahaan terbesar dinegri ini cemburu terhadapnya.
"Dengar tidak? " suara tuan muda mulai meninggi karna tidak mendapat respon cepat dari kinara.
"Baik tuan" kinara
Tuan muda menarik tubuh munggil kinara di pelukkannya.
Tuhan....kalau gini terus jantungku benar-benar bisa loncat keluar. Kinara
"Dan satu lagi, jangan pernah dekat-dekat dengan pria lain" cetus tuan muda
"Hah? Tuan kenapa jadi mengatur saya? " bantah kinara
"Kenapa? Gak suka?" tuan muda hendak mencium bibir kinara lagi namun kali ini kinara berhasil menghentikannya menutupi bibirnya dengan telapak tangan.
"Singkirkan telapak tanganmu?" tuan muda
Kinara menggelengkan kepala menolak, namun tuan muda memaksanya.
"Tuan saya malu dilihat tuan yang menyetir didepan" ucap kinara dengan pipi merona
Aarrrrr...ekspresi apa itu, kenapa membuatku lemah dan jantungan begini. Tuan muda tersipu
"Tom, apa kau melihat apa yang kita lakukan?"
"Tidak tuan, bagaimana saya bisa melihatnya kan saya lagi fokus menyetir tuan" jawab sekertaris tom
Walau mata saya tidak melihatnya namun telinga saya mendengarnya tuan. Sekertaris tom
"Kamu dengar itu, dia tidak melihat kita. Jadi kamu gak perlu malu sama dia" tuan muda
"Tapi tuan dianya punya telinga pasti bisa mendengar" kinara
"Dia akan pura-pura tuli untuk kita" kata tuan muda dan kembali melumat bibir kinara dengan lembut.
Kinara begitu menikmatinya kali ini.
Mobil sudah lama terparkir didepan rumah hadi wijaya, namun tuan muda masih tidak mau melepaskan pelukkannya. "Tuan sampai kapan anda akan memeluk saya begini" tanya kinara ragu-ragu
"Besok" jawab singkat tuan muda
"Apa?" kinara terkejut "tolong anda jangan bercanda tuan" lanjut kinara
"Kenapa, gak suka?" tuan muda
"Bukan begitu tuan, kita sudah ada didepan rumah saya. Gak enak nanti kalau kluarga saya tau kan" jelas kinara
Tuan muda yang enggan melepaskan pelukkannya kini ia harus mengalah dan terpaksa melepaskan pelukkan ditubuh kinara.
Kinara tersenyum menatao tuan muda.
"Kalau begitu saya masuk dulu tuan" kinara pamit
"He'em" tuan muda yang tak ingin kinara meninggalkannya
Kinara belum beranjak dari duduknya dan masih menatap tuan muda.
"Katanya mau masuk, kenapa masih disini? Tanya tuan muda.
"Bagaimana saya mau masuk tuan, kalau tangan saya saja masih anda pegang begini" kinara
Tuan muda yang menyadarinya seketika melepaskan tangan kinara.
"Ya sudah sana masuk" tuan muda
"Terima kasih tuan, bye bye" kinara melambaikan tangan pada tuan muda dan menganggukkan kepada tanda hormat kepada sekertaris tom. Dan berlalu meninggalkan mereka masuk kedalam rumah.
Tuan muda menunggu sampai kinara hilang dari balik pintu rumah memastikan kinara benar-benar masuk kedalam. Setelah merasa kinara sudah aman, tuan muda baru beranjak pergi dengan mobilnya.
Kinara masuk rumah dan melihat keluarga itu berkumpul. Rasanya kinara enggan melihatnya namun jalan menuju kamar, ia harus melewati dimana mereka duduk sekarang.
"Nara, sini sayang ikut ngumpul" mama diana
Sandiwara apa lagi ini yang mereka perankan huuufffz. Kinara
kinara hanya tersenyum pada mereka dan melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Namun baru dua langkah kinara harus berhenti karna papa.
"Nara, papa ingin ngobrol sebentar dengan kamu. Bisakan?" papa
"Nara capek pa, besok saja ya ngobrolnya" jawab kinara lesu
"Hanya sebentar nara, sudah lamakan kita berdua tidak ngobrol" papa tersenyum
Karna papa sibuk dengan urusan papa dan keluarga baru papa, sampai papa tidak pernah menganggap kinara ada kan. Kinara
"Kita bicara diruang tamu saja ya" papa beranjak dari duduknya dan melangkah ke ruang tamu. Diikuti kinara dibelakangnya.
Mama diana dan rasya masih diposisi mereka, dan melanjutkan menonton tv
"Papa mau bicara apa?" tanya kinara sampai diruang tamu. Kinara sengaja duduk agak jauh dari papanya.
"Kenapa duduknya jauh seperti itu, sini duduk samping papa. Gak enakkan kalau ngobrol jauh-jauhan begini" ucap papa
"Nara bauk pa karna seharian diluar main sama kawan" kinara alasan
"Nara?" papa sepertinya agak canggung memulai bicaranya
"Iya" kinara menatap papa
"Bagaimana kuliah kamu nak?" papa mulai bicara
"Lancar kok pa" jawab kinara singkat
"Bukannya kamu sudah waktu mulai magang ya?" akhirnya papa mulai ke inti bicaranya
"Iya dua minggu lagi magangnya pa" kinara
"Magang diperusahaan papa saja, nanti papa tempatkan diposisi terbaik buat kamu" papa
"Maaf pa, tapi nara sudah mendapatkan tempat magang sesuai yang nara inginkan dan nara sudah diterima disana dan besok diadakan kunjungan disana" kinara
Papa terlihat kecewa dengan jawaban kinara, kelihatan diraut mukanya yang seketika murung.
"Setidak maunya ya kamu mendapat bantuan campur tangan dari papa" papa
Kenapa tiba-tiba ekspresi papa begini, apa papa sedih. Kinara
"Papa ngomong apa sih, nara gak ngerti" kinara
"Papa tau papa banyak salah sama nara, papa sering marah-marah sama nara. Walau papa menyesal setelah marah sama nara tapi papa tak bisa bicara terus terang sama nara" pap mulai menitikkan air mata.
"Maafin papa, papa susah menjadi papa yang tidak berguna bagi nara" lanjutnya
"Papa ngomong apa sih, kalau papa bicara seperti ini karna nara magang ditempat lain nara mintak maaf pa. Tapi nara tidak bermaksud seperti itu pa" jelas nara.
"Papa tau nara tak bermaksud seperti itu, tapi kenapa nara tidak pernah menerima bantuan dari papa?" cetus papa mengingat kinara yang selalu menolak bantuan darinya, bahkan uang kuliah pun kinara tak ingin ada campur tangan dari papanya.
"Karna nara bisa memenuhi kebutuhan nara sendiri pa, dikampus nara dapat beasiswa jadi nara gak perlu bayar. Dan soal kebutuhan sehari-hari, nara kerja part time pa jadi nara bisa memenuhi kebutuhan nara sendiri" jelas kinara.
"Kenapa papa gak pernah tau kalau nara kerja part time?" ucap papa marah
"Karna papa gak pernah nanya, karna papa gak pernah peduli sama nara dan apa yang nara lakuin" kinara
Papa duduk terdiam dan masih meneteskan air mata, apa yang dikatakan kinara memang benar. Selama ini ia tak pernah bertanya apa pun pada kinara, apa lagi soal uang.
Maafin papa nara, papa bukan papa yang baik buat kamu. Papa sudah berperilaku buruk sama kamu, maafin papa sayang. Kinara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Aqiyu
tuan muda itu bibir dikondisikan bisa biar ga nyosor mulu
papanya lagi kerasukan setan apa....
kok tiba-tiba jadi peduli sama Nara?
2021-09-09
2
Ratiah Nursafitri
br nyadar tu aki,,hallo tuan muda belum resmi ya da berani nyosor kaya soang ja.
2020-07-11
3