Sepanjang perjalanan kinara hanya diam, ia mencoba mengingat-ingat kembali pria disampingnya. Sesekali kinara mencuri pandang pria tampan itu, berharap ingatan sekecil apa pun itu muncul di kepalanya.
Aarrrr....kalau kita tak saling mengenal paling tidak kita pernah ketemu bukan. Dimana dan kapan kita ketemu? Ayo nara ingat-ingat lagi. Kinara
Sambil mengacak-ngacak rambutnya, frustasi karna tak ada ingatan yang terlintas bersama tuan muda.
"Kenapa? Apa kau merasa pusing?" ucap tuan muda sembari menata rambut kinara dengan perasaan khawatir.
"Tidak tuan, hanya saja..."tidak dilanjutkan oleh kinara.
Nanti kalau aku ditertawakan gimana, kan malu. Biarlah, toh kita gak akan pernah ketemu lagikan. Anggap saja ini bonus buatku hari ini. Kinara
"Hanya saja?" dan lagi tuan muda mengangkat alisnya, kini disertai kerutan dibagian matanya.
"Hhhhhh...oiya tuan kita belum kenalan secara resmikan. Saya kinara, panggil saja nara tuan" mengulurkan tangannya sembari tersenyum.
"Hebat sekali kau, baru saja nangis-nangis sekarang sudah senyum-senyum. Dasar wanita" cetus tuan muda.
"Heyy...saya bukan type wanita yang meratapi nasib terlalu lama ya. Dan saya tidak suka orang lain tau apa yang saya rasa, yang saya harapkan mereka hanya tau saya bahagia. Mengerti tuan?" kinara
"Yyy...terserahlah" tuan muda
_-_
Sampailah mereka dialamat yang diberikan kinara tadi, kinara keluar dari mobil sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada sekertaris tom.
"Tuan benar tak ingin mampir dulu? Sekedar minum teh?" kinara menawari
"Gak" tuan muda
"Baiklah, terima kasih sekali lagi tuan" kinara berlalu dan berjalan menjauh. Sampai didepan pintu kinara melambaikan tangan.
"Terima kasih tuan, hati-hati dijalan" teriak kecilnya sebelum mobil melaju.
Tuan muda hanya tersenyum bahagia melihat kinara.
Tak salah jika saya menyukaimu gadis pirang. Tuan muda
"Kita kemana tuan" ucap sekertaris tom
"Pulang" tuan muda
Mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah, tak ada satu katapun yang terdengar. mereka tenggelam dengan pikiran masing-masing.
_-_
"nara kesini pasti ada sesuatu kan?" tanya tante dewi.
Tante dewi adalah kakak dari mamaku. Satu-satunya anggota keluarga dari mendiang mama. Tante dewi begitu baik padaku, dulu ia sempat memintaku tinggal bersamanya namun aku tolak. Bukan tanpa alasan, aku bertahan dirumah itu demi papa. Karna aku tidak mau kehilangan papa seperti kehilangan mama dulu.
"Tante, nara gakpapa kok. Hanya kangen saja sama tante, nian dan demo" ucap kinara bohong.
"Kamu yakin sayang? Mereka tak memperlakukanmu dengan kasar kan? Mereka baik sama kamu kan?" tante dewi khawatir
"Yakin tante, tente dewi bisa lihat sendiri kan kalau kinara baik-baik saja" kinara mencoba menyakinkan tante dewi. Tante dewi hanya tersenyum, ia percaya kalau keponakannya ini tak akan bicara yang akan membuatnya cemas. Sesakit apa pun itu, kinara tak akan buka suara yang akan membuat orang lain khawatir terhadapnya.
"nara? " ini tian anak tante dewi. Umurnya tak jauh beda dengan kinara. Bahkan mereka seangkatan hanya saja beda jurusan.
"Kak nara" berlari dan memeluk kinara, mencurahkan rasa rindunya. Ini demo anak tante dewi paling kecil. Demo sangat dekat dengan kinara. Bahkan demo terlihat manja ketika bertemu. Kinara begitu menyayanginya seperti adik sendiri.
"Kak nara, demo kangen tauk. Udah lama gak main kesini kemana kak? Gak kangen ya sama demo?"cetus demo disertai wajah kesalnya.
"Kak nara sibuk sayang, habis kuliah terus kerja part time. Jadi gak ada waktu buat kesini. Maaf yaa, kak nara kangen kok sama kalian apalagi sama demo" ucap kinara sambil tersenyum. Membuat demo ikut tersenyum senang.
"Udah mandi sana dulu, bau tauk!" cetus nian kepada adiknya. Kinara hanya tersenyum melihatnya.
"Iya iya bawel banget sih" ucap demo kepada kakaknya, ia merasa nian sudah mengacaukan moment indahnya bersama kinara. "Kak nara, nanti ngobrol lagi ya? Sambungnya
"Iya demo" kinara
"ma, nian juga masuk ke kamar ya" nian. Ia tau kalau mamanya ingin berbicara empat mata sama kinara. Mangkanya nian memberikan waktu berdua untuk ibunya.
Tanpa menunggu lagi tante dewi langsung pada intinya.
"Apa wanita itu memarahimu lagi?" ucap tante dewi seketika setelah ia memastikan kalau nian dan demo sudah masuk kamar masing-masing.
Kinara hanya mengangguk mengiyakan, tapi ia tak bercerita soal pukulan dipunggungnya tadi. Karna kinara tau, kalau tante dewi sampai tau ia bakal kerumah dan mengamuk sama mama diana dan papa. Dan semua itu juga bakal berdampak pada kinara.
"Tapi tidak sampai memukulmu kan?" Tante dewi mengecek semua bagian tubuh nara. sepertinya tante dewi tidak menemukan apa yang ia cari, terlihat dari wajahnya yang tersenyum tipis pada kinara.
"Tidak tante, tante lihat sendirikan kinara gakpapa" kinara menyakinkan
"Nara, tinggal sama tante aja ya? Tante mohon?! " tante dewi
"Tante kan tau tujuan nara tetap tinggal disana" menolak pelan
"Apa karna papa kamu?" tante dewi
"Buat apa nara bertahan disana untuk papa tan, sedangkan nara tau papa gak mungkin nenggok ke arah nara" suaranya mulai terdengar gentar. "nara tinggal disana untuk tujuan lain tante, yang belum bisa nara dapatkan sampai sekarang"
"Apa ini menyangkut mamamu?" tante dewi
Kinara menganggukkan kepalanya.
"Apa kamu kembali berfikir tujuan awalmu?" tante dewi memastikan
Lagi-lagi kinara hanya menganggukkan kepalanya. Tujuan awal kinara adalah merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik mendiang ibunya.
"apa kamu tau apa yang harus kamu ambil dari mereka? Sesuatu yang berharga bagi mamamu?" tante dewi bertanya.
Kinara tampak berfikir sebelum menjawabnya.
Sesuatu yang berharga untuk mama? Tapi apa. Kinara
"Mungkin semua yang mereka miliki tante" kinara
"Kamu salah sayang, kamu tau sendirikan mamamu tidak gila harga seperti wanita itu. Jadi buat apa semua harga itu. Mamamu tak memerlukan itu semua nara" tante dewi menjelaskan.
Kinara tampak binggung mendengar ucapan tantenya, tapi yang dibilang tante dewi memang benar adanya. Mama tidak membutuhkan semua itu. Lalu apa yang harus kinara ambil dari mereka.
"Lalu apa tante?" kinara mencoba mencari jawaban dari tante dewi. Bagaimana pun tante dewi yang lebih tau soal mama.
"Filla" tante dewi
"filla? Maksud tante filla yang di dekat pantai itu?" kinara memastikan.
Tante dewi menganggukkan kepala
"Tapi tante ibu bakal sulit buat nara, papa begitu memprivasikan filla itu. Bahkan nara sendiri sudah lama tidak ke sana" kinara
"Tapi itu milik mamamu, tempat dimana mamamu dibesarkan sayang. Bahkan ketika kamu kecil mamamu sering membawamu kesana. Banyak kenangan indah kalian disana" tante dewi
Kinara mulai mengingat tempat itu, memang benar mama sering membawaku kesana. Banyak kebahagiaan kami yang terukir indah disana.
"Baik, nara akan ambil filla itu bagaimana oun caranya" tegas nara.
"Tante percaya kamu nara, tapi ingat jangan sampai mengorbankan dirimu untuk itu. Tante gak mau nara kenapa-napa" tante dewi begitu khawatir tampaknya.
"Tante dewi gak usah khawatir, nara bakal baik-baik saja. Percaya deh" kinara mencoba menyakinkan tantenya.
Mereka berpelukkan, tak ingin kehilangan satu sama lain. Kinara begitu menyayangi tante dewi, bahkan kinara menganggap tante dewi seperti ibu kandungnya sendiri.
Ma, nara janji nara akan mengambil apa yang seharusnya milik mama. Termasuk filla itu. Nara janji ma. Kinara
"Nara mengginapkan" tanya tante dewi penuh harap
Kinara tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Mereka tersenyum bersama dan kembali berpelukan.
_-_
Didalam rumah besar itu, tuan muda duduk termenung diruang kerjanya. Mencoba mencari apa yang ia inginkan.
"Tom" tuan muda
"Iya tuan, apa ada yang anda perlukan?" sekertaris tom mendekati tuannya.
"Kerja apa kinara setelah kuliah?" tuan muda
"Menyanyi dicafe XX tuan" sekertaris tom
"Apa! " tuan muda terkejut, pikirannya melayang ke hal-hal yang negatif
"Tuan muda jangan berfikir negatif dulu, nona kinara hanya bernyanyi menghibur para pengunjung. Penampilan nona juga sopan dan tertutup tuan. Saya menjamin itu" penjelasan sekertaris tom mendetail, agar tuan mudanya berhenti berfikir negatif tentang nona kinara.
"Syukurlah tom, awasi terus jangan sampai lenggah. Jangan biarkan tergores sedikitpun ditubuhnya. Kalau sampai itu terjadi, kamu yang akan menanggung akibatnya tom" ancam tuan muda
"Baik tuan, nyawa saya yang akan menjadi taruhannya" sekertaris tom menyerah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Nur hikmah
seketaris Tom....Jery mna....hee
2021-01-05
4
Ratiah Nursafitri
semoga apa yang di harapkan kirana dan tantenya berhasil.
2020-07-10
4
Arry Dewanti
Maaf thor, penulisannya seharusnya VILLA bukan FILLA. Semangaat thoorr 💪💪
2020-05-13
2