Kinara berjalan dengan beruraian air mata. Masih tak percaya ibu tirinya melakukan hal sekeji itu padanya, apalagi atas tuduhan tak bermoral yang dilontarkan rasya saudara tirinya.
Danau kecil, dikelilingi dengan pepohonan hijau. Tempat yang selalu didatangi kinara ketika suasana hatinya tak baik. Tak banyak orang yang datang ke tempat itu, sehingga kinara lebih leluasa mencurahkan isi hatinya.
"Mama"mulailah kirana berteriak meluapkan isi hatinya. "Kenapa mama tinggalin nara sendiri ma, kenapa? Nara Hidup bersama orang-orang yang tak pernah menganggap nara ada. Nara kangen sama mama, kangen dipeluk mama. Dirumah itu, nara sendirian ma sudah tak ada lagi orang yang meluk nara ketika nara terjatuh" tangis nara kian menjadi ketika teringat tentang ibunya yang tlah lebih dulu meninggalkan nara.
"Nara akan lebih iklas kalau mereka mencela nara, tapi nara tak akan pernah iklas ketika mereka memcela mama bahkan menyebut nama mama dimulut mereka. Mama terlalu berharga dari hidup nara ma, bagi nara mama masih hidup disini" menunjuk dada sendiri, menandakan kalau ibunya selalu ada dihati kinara sampai detik ini.
"Ambil nara ma, ajak nara ikut sama mama. Nara udah tak sanggup ma, nara tinggal dirumah itu karna papa. Karna papa ayah kandung nara, pendoman nara, sandaran nara tapi ternyata nara salah ma. Papa masih selalu dipihak wanita itu, sampai dia tak perduli lagi sama nara"kinara terduduk sambil mencengkam kedua lututnya dengan derai air mata yang kian meluap.
Derasnya hujan, disebrang jalan tuan muda yang melihat kehancuran kirana ikut merasakan sakitnya. Ikut merasakan kesedihan yang dialami wanita itu.
Melangkah mencoba mendekati kinara.
"tuan muda" sekertaris tom terkejut ketika tuan muda sudah turun dari mobil dan melangkah diderasnya hujan. Ia segera mengambil payung agar tuan mudanya tak basah kurup karna hujan. Namun tuan muda menempis payung yang menedui tubuhnya. Tuan muda tetap berjalan mendekati kinara dibawah derasnya hujan.
Tuan muda seketika mendekap tubuh mungil kinara ketika sudah berada didekatnya.
"Kamu siapa?" tanya kinara masih dengan tangis diwajahnya
"Aku tempatmu bersandar, akan ku biarkan kamu menangis disini" tuan muda menunjuk dada bidangnya lalu menarik kinara didekapannya. "Menangislah, keluarkan semua beban dipikiranmu. Percayalah aku bukan orang jahat seperti mereka, aku hanya ingin menjadi tempatmu bersandar dan memberikan pelukan hangat ketika kamu membutuhnya, kapan saja" tuan muda.
"Kapan saja?" kinara menatap wajah tampan itu.
Tuan muda mengangguk mengiyakan pertanyaan kinara.
Kini kinara meluapkan semua bebannya dengan menangis dipelukan tuan muda. Dengan isak tangis yang sudah lama ia tahan. Kini ia luapkan tanpa sisa. Berhentinya hujan, berhentinya juga tangis kinara. Kinara mengonggakkan kepalanya menatap wajah suho.
"Terima kasih tuan" kinara mencoba melepaskan pelukan tuan muda. Terlihat dari matanya kinara sudah mulai tenang.
Tian muda tak menjawab, ia hanya sedikit mempererat pelukkannya dengan tersenyum lega. Setelah merasa lega, tuan muda merenggangkan pelukannya dan menatap wajah kinara "jangan biarkan air matamu jatuh lagi nanti, aku tak akan membiarkannya. Kamu mengerti" tuan muda.
Kinara hanya terdiam mendengar ucapan tuan muda.
"mengerti? " tuan muda mengulangi karna tak ada jawaban dari kinara.
"Kenapa? Menangis adalah caraku untuk melampiaskan semua yang ada dibenakku. Bukan cuma aku, mungkin semua wanita didunia ini" kinara masih tak mengerti dengan ucapan tuan muda.
"Ini bukan permintaan, tapi ini perintah. Jangan pernah membantah karna saya tak suka dibantah" tuan muda menyingkirkan rambut yang menghalangi ia menatap luas wajah kinara, lalu menyisihkannya ditelinga kinara. Kinara hanya mengangguk mengiyakan.
Maksudmu apa, kenapa aku tak boleh menangis? Apa karna kau sudah meminjamkan dada bidangmu dan memberiku pelukan lalu kau dengan seenaknya memberiku perintah. Memang kau siapa. Gerutu kinara
Namun kinara menyadari bahkan pelukan hangat yang diberikan tuan muda sama persis dengan pelukan hangat ibunya. Kinara mulai beruntung karna mendapatkan pelukan tadi.
"Tunggu" kinara menghentikan langkahnya, dengan terpaksa tuan muda mengikutinya.
"Saya rasa kita tak saling kenal, bahkan saya juga tak pernah melihat anda. Kenapa anda rela basah kehujanan dan memberikan pelukan pada saya?" tanya kinara heran, ia mulai mengingat-ingat tapi memang benar ia tak mengenal pria dihadapannya ini.
"Benarkah? Saya rasa juga begitu. Kenapa saya memelukmu dan bodohnya kenapa saya merelakan kau bersandar didadaku" jawab tuan muda dengan senyum bodoh.
"Anda mesum ya? Apa yang anda mau dari saya? Maaf tuan saya tak menarik, apalagi tubuh saya. Anda bisa lihatkan kalau tubuh saya kecil dekil bahkan membuat pria sakit mata ketika melihatnya" kinara mulai mempererat dekapan tangannya ditubuhnya sendiri. Mulai takut, tapi tak setakut itu.
"Apa katamu? Aku mesum" tuan muda menatap tajam kinara
"Maaf tuan, maaf sekali"kinara
Apa aku sudah salah bicara? Kenapa tatapan matanya begitu menakutkan. Kinara
"anda bisa cari wanita lain yang lebih cantik dan menarik, anda tampan tuan dan sepertinya anda orang kaya jadi anda bisa memilih wanita yang anda mau" dan itu bukan saya tuan ucap kinara lirih
Tuan muda hanya memperhatikan kinara, dari bawah sampai keatas. Dan nampaknya ia mulai berfikir dengan ucapan kinara tadi.
"Sepertinya kau benar, aku bisa memilih wanita mana yang ku mau" seakan-akan tuan muda berfikir, menatap kinara yang menunggu dengan tatapan berharap bahkan bukan dirinyalah wanita yang pria itu mau. Namun seketika harapan itu hancur mendengar ucapan pria dihadapannya itu "wanita yang ku mau adalah kau, jadi jangan mencoba lari. Faham!" tuan muda
"Ah tuan sepertinya anda bercanda, atau jangan-jangan anda sakit?" kinara memastikan dan meletakkan tangannya diatas kening suho.
Suhunya norma, tapi kenapa ucapannya tak senormal suhunya. Kinara
"Apa kau akan berdiri disitu sampai besok?" membuyarkan lamunan kinara
"Ah maaf tuan, silahkan pergi" kinara mempersilahkan
"saya tak segila itu meninggalkan wanita basah kuyup didanau ini, lagian kau mau pulang pakek apa? Disini tak akan ada taxsi lewat" ucap tuan muda
"Saya bisa pulang sendiri tuan, lagian saya sudah terbiasa jalan kaki jadi... " sebelum kinara selesai berbicara, tuan muda sudah menarik tangan kinara memasuki mobil.
"Tadi saya sudah bilangkan, jangan pernah membantah saya. Jadi lakukanlah sesuai apa yang saya mau" tegas suho
Kinara hanya mengangguk mengiyakan, ia terdiam tanpa suara.
Tampan-tampan kok aneh sih, ini hidup saya kenapa saya tidak boleh membantah. Tuhan, Kenapa orang kejam datang lagi dihidup saya. Kinara
"Diantar kemana kau? Kerumah hadi wijaya atau lain tempat?" ucap tuan muda
Kinara yang mendengar nama ayahnya disebut menatap suho serius.
Kenapa dia tau nama papaku? Kinara
"Kemana?" ucapnya lagi
"Ah tidak tuan, saya pergi kelain tempat. Saya tak ingin pulang kerumah itu" dengan menundukkan kepala kinara teringat rumah itu, tempat dimana ia dipukul bagai binatang oleh ibu tirinya.
"Lantas" menunggu jawaban kinara, tuan muda menegakkan wajah kinara. Menatapnya sembari menunggu jawaban. Menggangkat alisnya keatas petanda ia menunggu jawaban cepat kinara.
"Ke kerumah bibi saya tuan, di blok B prunas" jawab kinara cepat.
"Kau takut pada saya?" tua muda
"Apa?" kinara terkejut. Lagi-lagi suho menggangkat alis menunggu jawaban
"Ah maaf tuan, tidak saya tidak takut. Mungkin saya agak canggung karna ada pria disebelah saya" mungkin ini alasan yang tepat untuk melindungi diri gerutu kinara.
Siapa yang tak takut denganmu tuan, bahkan seriga liarpun takut mendengar perkataanmu ketika dibantah. Apalagi tatapan liar matamu membuat orang ingin segera lari darimu tuan. Sekertaris tom
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
heaven
berlaku buat aku ga sihh tuan muda kaya raya😭🤚
2022-08-22
0
Neti Jalia
aku mampir thor, mampir jg dikaryaku ya thor🤗🙏
2021-08-23
1
Deni Ersanti
bisa dipecat kamu sekertaris tom kl tuan mudamu tau apa yg km ucap dlm hati🤣🤣🤣
2020-09-12
8