Berhasil menipu

Amara mengikuti di belakang saat Amel membawanya berkeliling rumah dan menunjukkan tempat-tempat favorit Dimas. Amelpun menjelaskan secara detail apa yang disuka dan tidak disukai oleh putranya. Saat merasa cukup, keduanya lantas kembali ruang tengah.

"Kamu sudah mengerti dengan semua yang kujelaskan tadi?" Sambil memangku kaki, Amel yang baru saja membenamkan bokongnya di sofa kembali bertanya untuk memastikan.

"Insya'allah mengerti Nyonya," Amara yang berdiri tak jauh dari Amel menjawab. Iapun menganggukkan kepala untuk meyakinkan.

"Bagus. Kau harus manfaatkan waktumu untuk beristirahat di saat Dimas sedang beristirahat. Atau kau tak memiliki waktu untuk beristirahat lagi saat dia terbangun dan kembali berulah."

"Baik Nyonya."

"Sekarang kau bisa beristirahat. Asisten rumah tangga akan mengantarmu ke kamar." Amel tersenyum lalu melempar pandangannya ke arah pintu. "Euis!" teriaknya memanggil seseorang yang sepertinya berada di dalam sana.

"Saya Nyonya!" sahut suara cempreng wanita dari dalam. Tak lama kemudian, muncul seorang gadis dengan berlari tergopoh kearah mereka. "Iya Nyonya, ada apa?" tanya gadis mungil yang mengikat we ekor kuda rambut sebahunya itu dengan napas setengah terengah.

"Euis, kenalkan, ini Amara. Perawat baru Dimas." Amel mengisyaratkan dengan pandangan ke arah Amara.

Euis seketika menggeser pandangannya ke arah Amara lalu tersenyum manis. Gadis imut yang mengenakan kaus warna biru itu mengulurkan tangannya untuk menyalami Amara.

"Perkenalkan atuh, nami abdi teh Euis," ucapnya dengan logat sunda yang kental sembari membungkuk mendekati Amara.

Amara yang menyambut uluran tangan itu seketika mengernyit bingung. "Nama depan kamu Abdi?" tanyanya penasaran.

"Ya bukan atuh. Neng Perawat, mah," protes Euis sambil tertawa. "Abdi mah saya. Kalau Euis itu baru nama abdi."

"Euis," sela Amel dengan pandangan memperingatkan.

"Iya Nyonya," sahut Euis antusias.

"Antar Amara ke kamarnya, ya."

"Siap Nyonya." Euis mengangguk patuh. Lalu melempar pandangannya ke arah Amara. "Sok mangga atuh Neng Perawat, mari saya antar."

"Terimakasih," ucap Amara sambil tersenyum pada Euis, lantas menoleh pada Amel. "Saya lermisi, Nyonya," pamitnya pada sang majikan dan dibalas anggukan oleh wanita paruh baya itu.

Amara lantas melangkah mengikuti di belakang Euis. Keduanya melangkah melewati ruang demi ruang. Amara memelankan langkah saat melewati pintu tempat Dimas beristirahat, hingga mereka sampai di depan sebuah pintu yang terletak tepat di sebelahnya. Euis lantas membuka pintu itu lebar-lebar.

"Ini kamar buat Neng Perawat, sok atuh masuk." Euis menjulurkan tangannya, memberi isyarat agar Amara masuk.

"Euis," panggil Amara sambil menatap pintu kamar Dimas dengan ekspresi ragu. "Kok kamar saya bersebelahan dengan kamar Tuan Dimas?"

"Ya iya atuh, Neng teh Perawatnya Mas Dimas, jadi harus ditaruh bersebelahan. Begitu nyak. Supaya Neng Perawat denger kalau mas Dimas tiba-tiba wae ngamuk."

"Oh, gitu." Amara menjawab faham.

"Iya atuh Neng." Euis menjawab yakin. "Sok mangga Neng istirahat dulu, Euis tinggal yah. Kalau Neng asa hareudang, sok nyalakan AC. Remotenya ada di meja."

Amara mengangguk setelah melirik remote yang terletak di nakas. "Terima kasih, Euis,"

"Kalem weh atuh Neng, sama Euis mah santai saja," Euis tersenyum lebar sambil menepuk dadanya.

"Nggak usah panggil Neng, ya. Namaku bukan Neneng soalnya." Amara langsung tertawa saat Euis membelalakkan matanya. "Hahaha bercandaan, Euis. Aku tahu Neng maksudnya Nona, kan?"

Euis langsung manggut sambil nyengir. "Kalau gitu panggil Teteh aja ya," pintanya kemudian.

"Boleh" jawab Amara sepakat.

"Assiaapp ...! Kalau gitu Euis pamit ya, Teh. Biar Teteh bisa istirahat."

"Hu'um," balas Amara sambil mengangguk. Kemudian Euis pun beranjak dari sana dengan langkah ringan.

Setelah Euis tak nampak lagi dari pandangan, Amarapun menutup pintu kamar itu rapat. Gadis berjilbab mengedarkan pandangan menyisir ruang kamar berukuran sedang itu kemudian menarik travel bag miliknya mendekati lemari pakaian berukuran besar,

Namun Amara mengurungkan niatnya untuk memindahkan pakaiannya kedalam lemari. Ia memutuskan untuk membuka kotak obatnya dan mencari salep pereda nyeri guna mengobati pelipisnya yang memar.

Di hari pertamanya bekerja Amara sudah mendapatkan sambutan yang luar biasa dari pasiennya. Dan ia tak bisa menebak apa lagi yang akan dilakukan laki-laki itu lagi setelah ini.

Dengan kesadaran penuh, Amara sudah memutuskan untuk terjun kedasar jurang yang entah kedalamannya sampai dimana ia pun tak tahu, maka ia pun sadar tak mudah baginya untuk kembali ke permukaan. Amara hanya bisa sabar dan tawakal dalam menjalani hari-harinya ke depan yang penuh dengan tantangan.

* * *

Amara melangkah menuju kamar dimana Dimas dengan nampan berisi makanan lengkap dengan segelas susu. Ia sengaja mengantar makan malam ke kamar Dimas sebab lelaki itu terlihat masih lemah hingga tak memungkinkan untuk makan di ruang makan.

"Selamat malam Tuan dimas," sapa Amara setelah membuka pintu dan melangkah masuk.

Dimas yang sedang bersandar santai pada kepala ranjang itu terkejut dengan kehadiran Amara.

"Kok lo masih di sini?" Dimas bertanya heran sembari menatap Amara tidak suka.

"Saya akan tetap di sini sampai Tuan sembuh." Amara menjawab santai sembari tersenyum. Ia lantas duduk di sebuah kursi dengan posisi menghadap pada Dimas.

Mendengus kesal, Dimas langsung membuang muka berpaling dari Amara. Ekspresinya menggelap dengan rahang yang mengetat. Lelaki itu membanting ponselnya di ranjang dan langsung menatap Amara dengan sorot tajam.

"Mesti berapa kali gue ngomong, gue nggak butuh elo!" teriak Dimas dengan penuh penekanan di kalimat terakhir sambil menunjuk wajah Amara. "Jadi sekarang gue minta, elo pergi dari rumah ini! Gue nggak mau lihat muka lo lagi. Pergi!!" Dimas menunjuk ke arah pintu.

Berusaha menyembunyikan ketakutan, Amara tetap menunjukkan sikap tenang seolah tak gentar dengan gertakan Dimas. Ia tetap tersenyum dan melakukan pekerjaannya.

"Maaf Tuan, meski anda menginginkannya, tapi selangkahpun saya tak ingin beranjak dari rumah ini. Jadi saya minta, sebaiknya mulai sekarang Tuan membiasakan diri dengan kehadiran saya di sini. Untuk ketidak nyamanan Anda, saya mohon maaf pada anda yang se ,,, dalam-dalamnya." Lagi-lagi Amara berbicara sembari tersenyum.

Namun gadus tetap bersikap hati-hati dan waspada agar bisa mengantisipasi kemungkinan buruk yang terjadi. Sebab dengan gangguan syaraf yang dialami Dimas memang tak bisa disembuhkan dengan sekejap mata.

"Sekarang Tuan makan dulu, karena setelah itu harus minum obat," bujuk Amara sembari menyodorkan piring makan di tangannya.

Dimas terlihat tersenyum saat menggerakkan tangannya menerima piring itu. Sehingga Amara berpikir Dimas akan benar-benar mengambil lalu kemudian melahap makanannya.

Namun ternyata apa yang Amara kira tak seperti kenyataannya. Dimas justru menepisnya, sehingga piring itu pecah setelah menimpa lantai dan memuntahkan isinya hingga berserakan.

Bukannya menyesal, Dimas justru tertawa senang sebab berhasil menipu Amara. Seringai iblisnya muncul saat menatap Amara membelalakkan penuh keterkejutan dan menatap puing-puing piring itu dengan tatapan nanar.

"Bersihkan sekarang juga dengan tanganmu!" bentak Dimas dengan nada memerintah sembari menunjuk pada kekacauan yang telah dia buat.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Eny Budi Lestari

Eny Budi Lestari

Dim jngan gitu dong! kalau kata pepatah cinta itu dari mata turun ke hati,witing tresno jalaran saking kulino,tapi jangan lupa klau rasa cinta itu bisa tumbuh dari rasa benci juga.kamu trauma sama Naura,tapi bukan berarti semua cwek itu macam Naura.semakin kamu memendam rasa benci itu akan susah untuk kamu move on😂😂😂

2021-03-26

1

¥Dayu~~

¥Dayu~~

lanjutannya masih aku tunggu

2021-01-01

1

Haikal Abiyyu

Haikal Abiyyu

sabar amara

2020-12-31

1

lihat semua
Episodes
1 Kecelakaan
2 Yatim piatu
3 Jomblowati
4 Bisik di telinga
5 Juan
6 Cinta bertepuk sebelah tangan
7 Perubahan sikap
8 Pemandangan mencengangkan
9 Terbongkar
10 Terima kasih untuk malam ini
11 Suara syahdu
12 Takut
13 Insiden di mini market
14 Sebuah tawaran
15 Oh No!
16 Keputusan tanpa pikir panjang
17 Siap bekerja
18 Penyambutan luar biasa
19 Berhasil menipu
20 Sebuah gigitan
21 Merasa sendirian (Rindu Juan)
22 Bukan lelaki lemah
23 Pertemuan tak terduga
24 Di mana Naura?
25 Senjata makan tuan
26 Balas dendam
27 Siapa nama Lo?
28 Seperti maling tertangkap basah
29 Pelajaran
30 Lelah
31 Tertidur pulas
32 Pijatan di kaki
33 Melukis pulau di atas bantal
34 Bidadari turun dari loteng
35 Balikin pisang gue!
36 Tidak!
37 Lo ngetawain gue
38 Cewek nggak ada ahlak
39 Ciuman pertama
40 Ini hanya ujian
41 Anugerah tak terduga
42 Pembalasan
43 Doooor!!!!
44 Menangis lah
45 Di bawah selimut
46 Mangkuk bubur
47 Tujuh kucing
48 Nggak boleh bantah!
49 Es krim
50 Empat gadis
51 Lowbat
52 Jadi Ustadzah
53 Kontrak
54 Denda
55 Awas naksir
56 Terpesona
57 Gila?
58 Sepatu sebelah
59 Berdarah
60 Paranoid
61 Jalan pakai kaki gue
62 Mobil
63 Ayo Buruan
64 Suasana tak nyaman
65 Pengorbanan Sia-sia
66 Nggak Jadian
67 Kenangan di restoran
68 Naura
69 Kehilangan pasien
70 Menemukan pasiennya
71 Cie cie
72 Mas Ikuuuuut
73 Cowok nggak peka
74 Kayak bini gue aja
75 Gini-gini doang
76 Salon
77 Baper
78 Pesta
79 Kan ada aku
80 Makasih udah cemasin gue
81 Ucapan Selamat
82 Menunda untuk kesekian kalinya
83 Secangkir kopi
84 Mati bersamamu
85 Terjebak
86 Tertangkap basah
87 Kedatangan Mertua
88 Penjelasan
89 Enam bulan
90 Gosah ngarep
91 Panggil Mama
92 Simbol janji
93 Bisa, kan?
94 Menantu sementara
95 Malu nggak ketulungan
96 Sesuai ekspektasi
97 Kasur lipat
98 Aku lapar
99 Jangan libatkan hati dan perasaan
100 Menginap
101 Kompak
102 Sarapan bertiga
103 Toko perhiasan
104 Es Boba
105 Mencintaimu dalam diam
106 Permintaan Naura
107 Perlakuan Manis
108 Seperti Tersengat
109 Tak Waras
110 Lupa
111 Kecewa
112 Salah paham
113 Ketahuan
114 Sedikit tidak rela
115 Iblis betina
116 Pernyataan mengejutkan
117 Kecewa
118 Kelimpungan
119 Telah Berakhir
120 Kafe
121 Foto Candid
122 Yang suami Amara itu siapa?
123 Hanya batu kali
124 Kejadian di panti asuhan
125 Kehilangan jejak
126 Tangan lembut dan dingin
127 Gue Capek
128 Aturan Baskoro
129 Khawatir
130 Terjebak situasi
131 Merasa terancam
132 Kembali di titik awal
133 Otak nggak ada akhlak
134 Sadar Diri
135 Sok tau
136 Satu Paket
137 Provokasi
138 Aku yang membantumu berdiri, dia yang kau ajak berlari
139 Sandiwara yang nyata
140 Iya, aku suka
141 Bantal guling
142 Bisikan setan
143 Hanya peduli, bukannya ada hati
144 Perpaduan yang sempurna
145 Terima kasih, Ma
146 High heels versus pantofel
147 Panas dingin
148 Perjuangan untuk orang yang istimewa
149 Tolong aku
150 Nggak bisa tidur tanpa lo
151 Mala Rindu
152 Aldo
153 Cuma Modus
154 Mau apa lagi?
155 Kepiting matang
156 Satu permintaan
157 Cemburu?
158 Terlalu pemalu
159 Ketahuan
160 Satu syarat
161 Mau sih, tapi malu
162 Kamu di mana, Sayang?
163 Bercak darah
164 Bocah asing
165 Secercah cahaya
166 Mau aku bantu?
167 Jangan buat aku hancur
168 Aku mencintaimu
169 Sini aku bantu (Bonchap)
170 Seperti dapat berkah (Bonchap)
171 Menyatukan Cinta
Episodes

Updated 171 Episodes

1
Kecelakaan
2
Yatim piatu
3
Jomblowati
4
Bisik di telinga
5
Juan
6
Cinta bertepuk sebelah tangan
7
Perubahan sikap
8
Pemandangan mencengangkan
9
Terbongkar
10
Terima kasih untuk malam ini
11
Suara syahdu
12
Takut
13
Insiden di mini market
14
Sebuah tawaran
15
Oh No!
16
Keputusan tanpa pikir panjang
17
Siap bekerja
18
Penyambutan luar biasa
19
Berhasil menipu
20
Sebuah gigitan
21
Merasa sendirian (Rindu Juan)
22
Bukan lelaki lemah
23
Pertemuan tak terduga
24
Di mana Naura?
25
Senjata makan tuan
26
Balas dendam
27
Siapa nama Lo?
28
Seperti maling tertangkap basah
29
Pelajaran
30
Lelah
31
Tertidur pulas
32
Pijatan di kaki
33
Melukis pulau di atas bantal
34
Bidadari turun dari loteng
35
Balikin pisang gue!
36
Tidak!
37
Lo ngetawain gue
38
Cewek nggak ada ahlak
39
Ciuman pertama
40
Ini hanya ujian
41
Anugerah tak terduga
42
Pembalasan
43
Doooor!!!!
44
Menangis lah
45
Di bawah selimut
46
Mangkuk bubur
47
Tujuh kucing
48
Nggak boleh bantah!
49
Es krim
50
Empat gadis
51
Lowbat
52
Jadi Ustadzah
53
Kontrak
54
Denda
55
Awas naksir
56
Terpesona
57
Gila?
58
Sepatu sebelah
59
Berdarah
60
Paranoid
61
Jalan pakai kaki gue
62
Mobil
63
Ayo Buruan
64
Suasana tak nyaman
65
Pengorbanan Sia-sia
66
Nggak Jadian
67
Kenangan di restoran
68
Naura
69
Kehilangan pasien
70
Menemukan pasiennya
71
Cie cie
72
Mas Ikuuuuut
73
Cowok nggak peka
74
Kayak bini gue aja
75
Gini-gini doang
76
Salon
77
Baper
78
Pesta
79
Kan ada aku
80
Makasih udah cemasin gue
81
Ucapan Selamat
82
Menunda untuk kesekian kalinya
83
Secangkir kopi
84
Mati bersamamu
85
Terjebak
86
Tertangkap basah
87
Kedatangan Mertua
88
Penjelasan
89
Enam bulan
90
Gosah ngarep
91
Panggil Mama
92
Simbol janji
93
Bisa, kan?
94
Menantu sementara
95
Malu nggak ketulungan
96
Sesuai ekspektasi
97
Kasur lipat
98
Aku lapar
99
Jangan libatkan hati dan perasaan
100
Menginap
101
Kompak
102
Sarapan bertiga
103
Toko perhiasan
104
Es Boba
105
Mencintaimu dalam diam
106
Permintaan Naura
107
Perlakuan Manis
108
Seperti Tersengat
109
Tak Waras
110
Lupa
111
Kecewa
112
Salah paham
113
Ketahuan
114
Sedikit tidak rela
115
Iblis betina
116
Pernyataan mengejutkan
117
Kecewa
118
Kelimpungan
119
Telah Berakhir
120
Kafe
121
Foto Candid
122
Yang suami Amara itu siapa?
123
Hanya batu kali
124
Kejadian di panti asuhan
125
Kehilangan jejak
126
Tangan lembut dan dingin
127
Gue Capek
128
Aturan Baskoro
129
Khawatir
130
Terjebak situasi
131
Merasa terancam
132
Kembali di titik awal
133
Otak nggak ada akhlak
134
Sadar Diri
135
Sok tau
136
Satu Paket
137
Provokasi
138
Aku yang membantumu berdiri, dia yang kau ajak berlari
139
Sandiwara yang nyata
140
Iya, aku suka
141
Bantal guling
142
Bisikan setan
143
Hanya peduli, bukannya ada hati
144
Perpaduan yang sempurna
145
Terima kasih, Ma
146
High heels versus pantofel
147
Panas dingin
148
Perjuangan untuk orang yang istimewa
149
Tolong aku
150
Nggak bisa tidur tanpa lo
151
Mala Rindu
152
Aldo
153
Cuma Modus
154
Mau apa lagi?
155
Kepiting matang
156
Satu permintaan
157
Cemburu?
158
Terlalu pemalu
159
Ketahuan
160
Satu syarat
161
Mau sih, tapi malu
162
Kamu di mana, Sayang?
163
Bercak darah
164
Bocah asing
165
Secercah cahaya
166
Mau aku bantu?
167
Jangan buat aku hancur
168
Aku mencintaimu
169
Sini aku bantu (Bonchap)
170
Seperti dapat berkah (Bonchap)
171
Menyatukan Cinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!