Jomblowati

Amara berdiri sembari menatap dirinya sendiri melalui pantulan cermin pada pintu lemari pakaian di kamarnya.

Ia sudah siap dengan pakaian dinas lengkap dengan jilbab. Diraihnya ponsel serta tas yang berada di nakas. Tersenyum mantap, Amarapun mengayunkan langkah keluar dari kamar.

Saat menutup pintu kamar, dilihatnya Diana tengah duduk di ruang makan bersama sang suami.

Melihat Amara muncul, Diana yang semula sedang mengobrol dengan suaminya--yang seorang polisi--itu langsung memanggil. "Mara."

Karena terkejut, Amara yang tengah mengendap-endap hendak keluar itu seketika menghentikan langkah. Aduh, ketahuan, keluhnya dalam hati sambil meringis dan menggigit bibir bawah. Sontak ia berbalik badan dan menyunggingkan senyum canggung pada pasangan suami istri itu.

"Sarapan bareng yuk?" ajak Diana kemudian.

"Iya Mbak, makasih. Tapi ini, aku lagi buru-buru banget. Soalnya--"

"Halah alasan," potong Diana.

Langsung diam, Amarapun segera menurunkan tangannya yang sudah terangkat dan menunjuk ke arah luar.

"Sepagi ini buru-buru mau kemana, heumm?" tanya Diana dengan mata menyipit seolah sedang menyelidik.

"Aku mau ke mini market dulu mbak, ada yang mau dibeli," jelas Amara kemudian.

"Hemmm?" Diana menautkan alisnya, sementara Amara langsung mengangguk cepat untuk meyakinkan.

"Padahal aku sudah memasak nasi goreng buat kamu, loh. Tuh," tutur Diana sambil melirik pada sepiring nasi goreng dengan asap yang masih mengepul. Nasi goreng itu tersaji di meja yang biasa Amara tempati, seolah memang sengaja dibuat khusus untuk dia.

Amara memasang wajah lemas. "Tapi Mbak--"

"Kalau kamu buru-buru pergi, lalu siapa yang makan nasi gorengnya? Kan, sayang ...," tutur Diana sambil menyebik dan memasang mimik sedih.

Plis, jangan pasang wajah sedih gitu, dong. Jangan karena aku nggak tegaan, malah bikin Mbak jadi tegaan gitu sama aku! Tapi kalau di tinggal pergi sayang juga sih. Nasi goreng buatan Mbak Diana, kan enak banget. Bagus juga buat kesehatan dompet aku yang sedang sekarat. Lumayan kan, bisa ngirit karena nggak perlu beli sarapan, pagi ini, he-he, batin Amara.

"Mar, lama amat mikirnya?"

Panggilan Diana mengejutkan Amara. Gadis berjilbab itu tersenyum kikuk. Sesaat kemudian ia menggeser pandangan dan menatap suami Diana yang rupanya tengah tersenyum ramah ke arahnya. "Hehe, Mas," sapanya sambil mengangguk sopan.

"Ayo dong. Rezeki nggak boleh ditolak, lho," goda Diana sambil mengedipkan sebelah mata.

"Kamu malu sama aku? Apa aku perlu pergi dulu?" sahut suami Diana dengan nada tak enak hati.

"Ah enggak kok, enggak!" Amara menyangkal cepat sambil mengibaskan tangannya. Kini justru dirinya yang merasa tidak enak hati.

"Terus?"

"He-he, aku cuma nggak mau ganggu kalian," jelas Amara sambil menggigit bibirnya.

"Ganggu apaan! Dah sini buruan!" tutur Diana kesal seolah tak ingin mendengar penolakan.

Memaksakan senyum, mau tak mau Amara menyanggupi. Gadis dengan pakaian dinas serba putih itu kemudian melangkah perlahan mendekati meja makan dan duduk mengambil posisi di seberang Diana.

"Nah, gitu dong. Kan aku jadi senang," ucap Diana dengan bibir tersenyum lebar. "Nih minumannya," imbuhnya sambil mengangsur gelas berisi jus jeruk yang baru saja ia tuang ke depan Amara. Tak lupa pula mengambilkan sendok serta garpu pada gadis yang baru seminggu dikenalnya.

"Terimakasih Mbak, Mas." Amara mengangguk sopan. Sedetik kemudian ia menatap Diana dengan bibir menyebik. "Maaf Mbak, aku jadi merepotkan."

Diana justru tertawa renyah menanggapi sikap tak enak hati Amara. "Merepotkan apa sih, enggak kok. Kita malah senang, lagi. Lebih rame aja sarapan bertiga. Iya kan, Sayang ,,,?" ucap Diana sambil menatap sang suami dengan mata berbinar senang. Tangannya pun bergerak menyentuh lengan suaminya penuh kelembutan. Amara melirik sekilas lalu segera membuang muka. Malu.

"Lagi pula Mbak sengaja masak banyak biar cukup untuk kita bertiga," lanjut Diana lagi. Ia tersenyum lalu menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulut dan mengunyahnya penuh perasaan. Menatap Amara yang masih bengong dan memalingkan wajah, ia kemudian berucap, dengan mimik wajah kesal. "Ayo dong di makan. Kok malah di anggurin aja kaya pacar yang diselingkuhin," candanya kemudian sambil tersenyum lebar.

Keceriaan Diana itu menular pada Amara dan suaminya. Dua orang itu spontan tertawa, entah karena lucu atau untuk menghargai wanita periang itu.

"Iya mbak, aku makan kok. Makasih ya."

"Iya, iya."

Amara lantas memegang sendok dan garpunya, lantas dengan canggung menyuapkan sesendok ke mulutnya.

Diana terdiam sejenak sambil mengamati gerak-gerik Anara. "Nggak perlu sungkan," sindirnya pada Amara yang masih terlihat kikuk.

Mendengar itu Amara hanya meringis sambil mengunyah nasi gorengnya dengan gaya cantik.

"Bagaimana, enak tidak?" Tanya Diana meminta pendapat.

Amara langsung mengangguk dan mengacaukan jempolnya. Sebab ia tak bisa menjawab dengan mulut terisi makanan. Cepat-cepat menelan makanannya, ia kemudian berucap, "Enak kok mbak. Enak banget, malah."

Mata Diana melebar dengan binar senang. "Yang benar?"

"Hu'um." Amara mengangguk mantap.

"Aaa ,,, terima kasih," ucap Diana sambil tersenyum penuh haru, lantas mengalihkan pandangannya pada sang suami yang lebih banyak diam sejak Amara gabung. Bukannya tak mau bicara, ia hanya sedang memberi kesempatan pada dua wanita ini untuk saling bercanda. "Sayang habiskan makanannya ya, mau aku suapi?"

Pria bernama Bagaskara itu tersenyum manis. "Tentu saja aku mau Sayang," jawabnya sambil memandangi istrinya dengan penuh cinta. Ia membuka mulutnya menyambut suapan Diana. "Terima kasih, Cintaku," ucapnya sambil membelai pipi sang istri dengan lembut.

Lagi-lagi Amara hanya bisa mengalihkan pandangan demi menghindari adegan romantis pasangan kasmaran ini. Ia kemudian menunduk dalam, menatap nanar butir-butir nasi goreng yang masih bersemayam di piring makannya. Hai nasi, kapan kau akan habis, hah? Haruskah aku menyaksikan semua ini hingga kalian semua masuk ke dalam perutku?

Segera menyuap, Amara berusaha menghabiskan nasi goreng di hadapan nya ini dengan cepat. Tentu saja agar ia bisa secepatnya pergi meninggalkan pasangan yang sedang kasmaran ini.

"Amara, kapan kamu akan menikah?" tanya Diana tiba-tiba dan membuat Amara yang sesang tertunduk itu sontak mengangkat pandangannya dengan ekspresi terkejut.

Nikah? Pacar aja aku nggak punya, lalu mau nikah sama siapa? batin Amara dalam hati nya. Ia lantas menelan makanan yang masih tertahan di mulut sambil memikirkan jawaban yang tepat, dan tentunya tidak membuatnya kehilangan muka akibat menjomblo terlalu lama.

"Belum pengen nikah mbak dulu, Mbak," Jawabnya kemudian. "Masih mau mikirin karir dulu. Kerja disini aja baru seminggu." Benar-benar alasan yang selalu tepat di pakai untuk para jomblowati. Karir. Amara pun terkekeh usai mengatakannya.

"Jangan lama-lama mikirin karirnya. Nikah tuh enak loh, Mara."

"Uhuk-uhuk!" Entah apa yang salah dari ucapan Diana hingga membuat Amara tersedak makanan di mulutnya.

"Mara, pelan-pelan dong makanannya.Jadi tersedak, kan," Diana yang terkejut segera bangkit dan mengambilkan segelas air putih untuk Amara yang langsung ditenggak habis oleh gadis itu. Diana kembali duduk dan saling pandang dengan suaminya dengan ekspresi keheranan.

Amara menaruh gelas kosongnya kembali ke meja. Sementara tangannya bergerak mengusap bibirnya yang basah oleh air minum. Entah mengapa sekelebat suara rintihan semalam kembali terngiang di kepalanya. Dan itu mendadak membuatnya pening.

"Enaknya, ada suami yang nemenin saat suka dan duka kita," lanjut Diana seolah meralat ucapannya yang barangkali diartikan lain oleh Amara. Sebab terlihat sekali pipi gadis itu mendadak tampak merona karena malu.

"Iya mbak, mudahan aku bisa segera nyusul, ya, " Amara hanya tersenyum, lantas meneguk segelas jus jeruk miliknya demi untuk mengusir canggung.

"Amin ...," ucap Diana sambil meraup telapak tangan ke wajahnya. Doanya pun tampak sangat tulus dari hati, sementara Amara hanya tersenyum kecut menanggapi.

"Mbak, aku duluan ke rumah sakit ya," ucap Amara sambil bangkit dari kursi. "Makasih untuk nasi goreng nya loh," lanjutnya dengan senyum tersenyum manis.

"Eh, kok buru-buru?"

"Aku udah selesai, kok. Selamat bersenang-senang ya," ucapnya sambil meraih tas, lalu beranjak pergi meninggalkan keduanya dengan tergesa.

Bersambung

Terpopuler

Comments

ᴹᴮ𝓕𝓐𝓜✿𝔐𝔟𝔲𝔫𝔞

ᴹᴮ𝓕𝓐𝓜✿𝔐𝔟𝔲𝔫𝔞

Kasian Jomlowati 🤭

2021-12-29

0

veraazuera( ig Veraazuera)

veraazuera( ig Veraazuera)

lanjut ah🥺🥺

2021-12-29

0

Eny Budi Lestari

Eny Budi Lestari

hadew Diana g kasian sama si jomblo😂😂

2021-03-22

0

lihat semua
Episodes
1 Kecelakaan
2 Yatim piatu
3 Jomblowati
4 Bisik di telinga
5 Juan
6 Cinta bertepuk sebelah tangan
7 Perubahan sikap
8 Pemandangan mencengangkan
9 Terbongkar
10 Terima kasih untuk malam ini
11 Suara syahdu
12 Takut
13 Insiden di mini market
14 Sebuah tawaran
15 Oh No!
16 Keputusan tanpa pikir panjang
17 Siap bekerja
18 Penyambutan luar biasa
19 Berhasil menipu
20 Sebuah gigitan
21 Merasa sendirian (Rindu Juan)
22 Bukan lelaki lemah
23 Pertemuan tak terduga
24 Di mana Naura?
25 Senjata makan tuan
26 Balas dendam
27 Siapa nama Lo?
28 Seperti maling tertangkap basah
29 Pelajaran
30 Lelah
31 Tertidur pulas
32 Pijatan di kaki
33 Melukis pulau di atas bantal
34 Bidadari turun dari loteng
35 Balikin pisang gue!
36 Tidak!
37 Lo ngetawain gue
38 Cewek nggak ada ahlak
39 Ciuman pertama
40 Ini hanya ujian
41 Anugerah tak terduga
42 Pembalasan
43 Doooor!!!!
44 Menangis lah
45 Di bawah selimut
46 Mangkuk bubur
47 Tujuh kucing
48 Nggak boleh bantah!
49 Es krim
50 Empat gadis
51 Lowbat
52 Jadi Ustadzah
53 Kontrak
54 Denda
55 Awas naksir
56 Terpesona
57 Gila?
58 Sepatu sebelah
59 Berdarah
60 Paranoid
61 Jalan pakai kaki gue
62 Mobil
63 Ayo Buruan
64 Suasana tak nyaman
65 Pengorbanan Sia-sia
66 Nggak Jadian
67 Kenangan di restoran
68 Naura
69 Kehilangan pasien
70 Menemukan pasiennya
71 Cie cie
72 Mas Ikuuuuut
73 Cowok nggak peka
74 Kayak bini gue aja
75 Gini-gini doang
76 Salon
77 Baper
78 Pesta
79 Kan ada aku
80 Makasih udah cemasin gue
81 Ucapan Selamat
82 Menunda untuk kesekian kalinya
83 Secangkir kopi
84 Mati bersamamu
85 Terjebak
86 Tertangkap basah
87 Kedatangan Mertua
88 Penjelasan
89 Enam bulan
90 Gosah ngarep
91 Panggil Mama
92 Simbol janji
93 Bisa, kan?
94 Menantu sementara
95 Malu nggak ketulungan
96 Sesuai ekspektasi
97 Kasur lipat
98 Aku lapar
99 Jangan libatkan hati dan perasaan
100 Menginap
101 Kompak
102 Sarapan bertiga
103 Toko perhiasan
104 Es Boba
105 Mencintaimu dalam diam
106 Permintaan Naura
107 Perlakuan Manis
108 Seperti Tersengat
109 Tak Waras
110 Lupa
111 Kecewa
112 Salah paham
113 Ketahuan
114 Sedikit tidak rela
115 Iblis betina
116 Pernyataan mengejutkan
117 Kecewa
118 Kelimpungan
119 Telah Berakhir
120 Kafe
121 Foto Candid
122 Yang suami Amara itu siapa?
123 Hanya batu kali
124 Kejadian di panti asuhan
125 Kehilangan jejak
126 Tangan lembut dan dingin
127 Gue Capek
128 Aturan Baskoro
129 Khawatir
130 Terjebak situasi
131 Merasa terancam
132 Kembali di titik awal
133 Otak nggak ada akhlak
134 Sadar Diri
135 Sok tau
136 Satu Paket
137 Provokasi
138 Aku yang membantumu berdiri, dia yang kau ajak berlari
139 Sandiwara yang nyata
140 Iya, aku suka
141 Bantal guling
142 Bisikan setan
143 Hanya peduli, bukannya ada hati
144 Perpaduan yang sempurna
145 Terima kasih, Ma
146 High heels versus pantofel
147 Panas dingin
148 Perjuangan untuk orang yang istimewa
149 Tolong aku
150 Nggak bisa tidur tanpa lo
151 Mala Rindu
152 Aldo
153 Cuma Modus
154 Mau apa lagi?
155 Kepiting matang
156 Satu permintaan
157 Cemburu?
158 Terlalu pemalu
159 Ketahuan
160 Satu syarat
161 Mau sih, tapi malu
162 Kamu di mana, Sayang?
163 Bercak darah
164 Bocah asing
165 Secercah cahaya
166 Mau aku bantu?
167 Jangan buat aku hancur
168 Aku mencintaimu
169 Sini aku bantu (Bonchap)
170 Seperti dapat berkah (Bonchap)
171 Menyatukan Cinta
Episodes

Updated 171 Episodes

1
Kecelakaan
2
Yatim piatu
3
Jomblowati
4
Bisik di telinga
5
Juan
6
Cinta bertepuk sebelah tangan
7
Perubahan sikap
8
Pemandangan mencengangkan
9
Terbongkar
10
Terima kasih untuk malam ini
11
Suara syahdu
12
Takut
13
Insiden di mini market
14
Sebuah tawaran
15
Oh No!
16
Keputusan tanpa pikir panjang
17
Siap bekerja
18
Penyambutan luar biasa
19
Berhasil menipu
20
Sebuah gigitan
21
Merasa sendirian (Rindu Juan)
22
Bukan lelaki lemah
23
Pertemuan tak terduga
24
Di mana Naura?
25
Senjata makan tuan
26
Balas dendam
27
Siapa nama Lo?
28
Seperti maling tertangkap basah
29
Pelajaran
30
Lelah
31
Tertidur pulas
32
Pijatan di kaki
33
Melukis pulau di atas bantal
34
Bidadari turun dari loteng
35
Balikin pisang gue!
36
Tidak!
37
Lo ngetawain gue
38
Cewek nggak ada ahlak
39
Ciuman pertama
40
Ini hanya ujian
41
Anugerah tak terduga
42
Pembalasan
43
Doooor!!!!
44
Menangis lah
45
Di bawah selimut
46
Mangkuk bubur
47
Tujuh kucing
48
Nggak boleh bantah!
49
Es krim
50
Empat gadis
51
Lowbat
52
Jadi Ustadzah
53
Kontrak
54
Denda
55
Awas naksir
56
Terpesona
57
Gila?
58
Sepatu sebelah
59
Berdarah
60
Paranoid
61
Jalan pakai kaki gue
62
Mobil
63
Ayo Buruan
64
Suasana tak nyaman
65
Pengorbanan Sia-sia
66
Nggak Jadian
67
Kenangan di restoran
68
Naura
69
Kehilangan pasien
70
Menemukan pasiennya
71
Cie cie
72
Mas Ikuuuuut
73
Cowok nggak peka
74
Kayak bini gue aja
75
Gini-gini doang
76
Salon
77
Baper
78
Pesta
79
Kan ada aku
80
Makasih udah cemasin gue
81
Ucapan Selamat
82
Menunda untuk kesekian kalinya
83
Secangkir kopi
84
Mati bersamamu
85
Terjebak
86
Tertangkap basah
87
Kedatangan Mertua
88
Penjelasan
89
Enam bulan
90
Gosah ngarep
91
Panggil Mama
92
Simbol janji
93
Bisa, kan?
94
Menantu sementara
95
Malu nggak ketulungan
96
Sesuai ekspektasi
97
Kasur lipat
98
Aku lapar
99
Jangan libatkan hati dan perasaan
100
Menginap
101
Kompak
102
Sarapan bertiga
103
Toko perhiasan
104
Es Boba
105
Mencintaimu dalam diam
106
Permintaan Naura
107
Perlakuan Manis
108
Seperti Tersengat
109
Tak Waras
110
Lupa
111
Kecewa
112
Salah paham
113
Ketahuan
114
Sedikit tidak rela
115
Iblis betina
116
Pernyataan mengejutkan
117
Kecewa
118
Kelimpungan
119
Telah Berakhir
120
Kafe
121
Foto Candid
122
Yang suami Amara itu siapa?
123
Hanya batu kali
124
Kejadian di panti asuhan
125
Kehilangan jejak
126
Tangan lembut dan dingin
127
Gue Capek
128
Aturan Baskoro
129
Khawatir
130
Terjebak situasi
131
Merasa terancam
132
Kembali di titik awal
133
Otak nggak ada akhlak
134
Sadar Diri
135
Sok tau
136
Satu Paket
137
Provokasi
138
Aku yang membantumu berdiri, dia yang kau ajak berlari
139
Sandiwara yang nyata
140
Iya, aku suka
141
Bantal guling
142
Bisikan setan
143
Hanya peduli, bukannya ada hati
144
Perpaduan yang sempurna
145
Terima kasih, Ma
146
High heels versus pantofel
147
Panas dingin
148
Perjuangan untuk orang yang istimewa
149
Tolong aku
150
Nggak bisa tidur tanpa lo
151
Mala Rindu
152
Aldo
153
Cuma Modus
154
Mau apa lagi?
155
Kepiting matang
156
Satu permintaan
157
Cemburu?
158
Terlalu pemalu
159
Ketahuan
160
Satu syarat
161
Mau sih, tapi malu
162
Kamu di mana, Sayang?
163
Bercak darah
164
Bocah asing
165
Secercah cahaya
166
Mau aku bantu?
167
Jangan buat aku hancur
168
Aku mencintaimu
169
Sini aku bantu (Bonchap)
170
Seperti dapat berkah (Bonchap)
171
Menyatukan Cinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!